Anda di halaman 1dari 7

 KASUS FARMAKOTERAPI I

  Kasus 1 Lina (8th) mengalami sakit perut, mual, muntah, tidak


nafsu makan sejak kemarin. Pasien demam 38,7C dan ibunya sudah
memberikan PCT untuk antidemam. Menurut pengakuan pasien, beberapa
hari yang lalu pasien membeli makanan di warung yang kurang bersih.
Hasil pemeriksaan lab. Didapatkan SGOT 40 IU/ml, SGPT 51 IU/ml
 Subyektif  Sakit perut,  Mual,  Muntah,  Tidak nafsu
makan. Obyektif    Drug History  Paracetamol Demam 38,7ᵒC ,
SGOT 40 iu/ml, SGPT 51 iu/ml. Pasien History Family History -
 TERAPI Menurut gejala/tanda yang dialami oleh pasien, pasien
tersebut mengalami penyakit hepatitis A. Hepatitis ini dapat terjadi
karena berhubungan dengan sanitasi dan higienis yang buruk dari
kontaminasi makanan/minuman.  Penyakit ini dapat sembuh dengan
sendirinya, karena didalam tubuh kita telah ada sistem imun yang
dapat melawan penyakit tersebut.   Pencegahan yang terpenting
yaitu dengan menghindari pemaparan penyebaran HAV melalui teknik
mencuci tangan yang baik serta praktek higienis personal yang baik.
 Selama dalam keadaan sakit, pasien diberikan obat yang dapat
mengurangi atau mengobati gejala yang ditimbulkan terlebih dahulu
serta membangun sistem imun yang terdapat dalam tubuh pasien yang
dilanjutkan dengan vaksinasi sehingga dapat meningkatkan proteksi
antibodi.
 Terapi  1. Ibuprofen (Proris suspensi) Dosis : 2 sendok takar
(200 mg) Aturan pakai : 3 - 4 kali sehari sesudah makan Alasan :
untuk mengurangi gejala nyeri dan demamnya 2. Metoklorpramid
(Lexapram sirup) Dosis : Anak-anak usia 5 - 14 tahun : 1/2 – 1
sendok teh Aturan pakai : 3 kali sehari sebelum makan Alasan : untuk
mengurangi gejala mual dan muntahnya  3. Curcuma Plus Imuns Sirup
Dosis : 6-12 tahun : 1 sendok teh (5ml) Aturan pakai : 2 kali sehari
sesudah makan Alasan : sebagai imunomodulator dan hepatoprotektor.
 4. Vaksin yang digunakan yaitu Havrix  Dosis : 0,5 ml  Aturan
pakai : vaksin diberikan dua kali dengan interval 6-12 bulan dari
pemberian pertama.  Alasan : sebagai imunomodulator (imunisasi
aktif yang melawan infeksi yang disebabkan oleh virus Hepatitis A)
Membantu memelihara daya tahan tubuh dan membantu memperbaiki nafsu
makan pada masa pertumbuhan.
 Mekanisme Aksi Obat  1. Ibuprofen (Proris sirup) Kerjanya dengan
menghambat enzim siklooksigenase pada biosintesis prostaglandin,
sehingga konversi asam arakidonat menjadi PG-G2 terganggu. 2.
Metoklorpramid (Lexapram sirup) Memblok reseptor dopamin Bila dalam
dosis besar - memblok reseptor serotonin di kemoreseptor triger
zone di SSP. Meningkatkan respon jaringan disaluran pencernaan
terhadap Ach -> meningkatkan motilitas dan kecepatan pengosongan
lambung tanpa menstimulasi sekresi pankreas, bilier, atau lambung ->
meningkatkan tonus spingter esofagus bagian bawah  3. Curcuma Plus
Imuns Sirup
 Efek Samping Obat 1. Proris sirup  Memburuknya kerja
kardiovaskular  Pendarahan gastro intestinal  Kerusakan ginjal 
Anemia 2. Metoklorpramid (Lexapram Sirup)  Mengantuk  Diare 
Sembelit  Gejala ekstrapiramidal.
 3. Curcuma Plus Imuns Sirup 4. Vaksin Havrix  Nyeri ringan yang
bersifat sementara pada tempat penyuntikan  Eritema  Indurasi 
Bengkak  Kemerahan.  Tidak terlalu sering : demam, rasa tidak
enak badan yang tidak jelas, keletihan, sakit kepala, mual,
kehilangan nafsu makan
 KASUS 2 Tn H (43th) periksa ke dokter dengan keluhan mual, muntah,
demam 38ᵒ dan oleh dokter C, didiagnosis mengalami Hepatitis B.
Pasien memiliki riwayat hepatitis B setahun yang lalu. Berat badan
pasien meningkat dalam 3 hari, mengalami jaundice, ikterik, dan
terdapat spider angioma pada lehernya. Hasil pemeriksaan lab
didapatkan SGOT 234 iu/ml, SGPT 273 iu/ml, bilirubin 1,9 mg/dl,
albumin 3 g/dl. OPINI 1 : KELAS IIIB
  Hepatitis B adalah penyakit yang disebabkan oleh virus
hepatitis B (HBV) yang menginfeksi hati hominoidae, termasuk manusia,
dan menyebabkan peradangan yang disebut hepatitis.  Awalnya dikenal
sebagai "serum hepatitis", penyakit tersebut telah menyebabkan
epidemi di Asia dan Afrika, dan itu adalah endemik di Cina. Sekitar
sepertiga dari populasi dunia, lebih dari 2 miliar orang, telah
terinfeksi dengan virus hepatitis B. Penularan virus hepatitis B
hasil dari paparan infeksi darah atau cairan tubuh yang mengandung
darah.
 Gambaran Klinis Virus       Virus : HBV Family :
Hepadnavirus Ukuran(nm) : 42 Genom : dsDNA Inkubasi(hari) : 40-180
Tranmisi : parenteral , seksual perinatal, membran ,mukosa Penyakit
Hepatitis akut menyebabkan radang hati, muntah, penyakit kuning dan
jarang kematian. Hepatitis B kronis pada akhirnya dapat menyebabkan
sirosis hati dan kanker hati-penyakit yg fatal dengan respon yang
sangat lemah untuk kemoterapi saat ini. Infeksi dapat dicegah dengan
vaksinasi.
   Subyektif : pasien mual dan muntah Obyektif : SGOT 234
iu/ml, SGPT 273 iu/ml, bilirubin 1,9 mg/dl, albumin 3 g/dl , demam 38
C  PH : Pasien mengalami hepatitis B setahun yang lalu. Berat badan
pasien meningkat dalam 3 hari, mengalami jaundice, ikterik, dan
terdapat spider angioma pada lehernya.  DH : -  FH : -
 TERAPI  Nama Obat : 1. Interferon sebagai AntiVirus  Merk :
betaferon  Dosis : 250 mcg (8 MIU)  Aturan pakai : i.m 3x
seminggu selama 24-52 minggu  Alasan : karena memiliki 3 keuntungan
yaitu AV, Anti proliferatif, dan Immunomodelator
 TERAPI 2. Curcuma Merk : Curcuma Curson heparviton  Dosis : 200
mg  Aturan pakai : 1-2 tablet per hari  Alasan : sebagai
Hepatoprotektor karena SGPT dan SGOT nya meningkat 
 TERAPI  Nama Obat : 3. Ibuprofen sebagai antipiretik Merk :
bufect  Dosis : 100 mg/5 ml suspensi ; 200 mg/5 ml suspensi forte
 Aturan pakai : diminum setelah makan 3-4 x sehari 2 sendok the
suspensi atau 1 sendok the suspensi forte   Alasan : karena ES
nya ke hepar lebih kecil
 MEKANISME OBAT  Interferon Alfa  Antivirus Terikat pada
reseptor spesifik pada permukaan sel, ikatan ini mengaktifkan 2 macam
enzim : 1. Protein Kinase 2. 2’, 5’ oligoadenilate syntase yang
membentuk oligonukleotida rantai pendek   Bu sudewi Bilirubin
normal?.. Pada pria bilirubin total 0,2-1(Mg/dl) Mas ryan
Meningkatnya berat badan karena udem atau yang lain? Tidak mengalami
udem, tapi mengalami asites
 KASUS II  Tn. H (34 Thn) periksa ke dokter dengan keluhan mual,
muntah, demam 38 C dan oleh dokter di diagnosis mengalami Hepatitis
B. Pasien memiliki riwayat Hepatitis B setahun yang lalu. Berat badan
pasien meningkat dalam 3 hari, mengalami Jaundice, Ikterik dan
terdapat Spider Angloma pada lehernya. Hasil pemeriksaan laboratorium
didapatkan SGOT 234 iu/ml, SGPT 273 iu/ml, Bilirubin 1.9 mg/dl, dan
Albumin 3 g/dl OPINI 2 : KELAS IIIC
 Data Objektif  Suhu badan 38 C  SGOT 234 iu/ml  SGPT 273
iu/ml  Bilirubin 1.9 mg/dl  Albumin 3 g/dl  Jaundice  Spider
Angloma pada leher  Ikteri Data Subjektif  Mual  Muntah 
Demam  Berat badan meningkat
 Patient History  Mengalami Hepatitis B setahun yang lalu. Drug
History  Tidak ada pada kasus. Family History  Tidak ada pada
kasus.
 Terapi Utama  Nama Obat  Merk Dagang  Dosis  Aturan Pakai
 Alasan : Interferon : Roferon A : Dewasa 5 µu/hari atau 10 µu/hari
: 3 kali seminggu selama 4 – 6 bln : 1. Untuk obat kambuhan. 2.
Untuk pengobatan Hepatitis B kronis 3. Sebagai antiviral,
antiproliteratif, dan penambahan sistem imun.
 Monitoring  Pengecekan ALT AST level  Pemeriksaan Histologi 
Respon Urologi pada HBV serum level dan Hbe Ag Efek Samping 
Kelelahan, sakit-sakit otot, demam, kedinginan, dan kehilangan nafsu
makan.  Turun-naiknya suasana hati, depresi, ketakutan, dan efek-
efek neuropsychiatric.
 Terapi Tambahan  Nama Obat  Merk Dagang  Dosis  Aturan
Pakai  Alasan : Domperidon : Dometik : 10 mg/tablet : Bila perlu
maks 3x sehari 1 jam sebelum makan : Untuk pengobatan mual & muntah
 Kasus 3 Ny. K (36th) sudah 3 hari ini mengeluhkan nyeri perut
bagian bawah disertai rasa sakit ketika BAK. Pasien pergi ke dokter,
dan dari hasil pemeriksaan urin dihasilkan bakteri uria, urin keruh,
pyuria, dan hasil uji mikroskopi positif E.coli.
 Subyektif : Nyeri perut bagian bawah disertai rasa sakit ketika
BAK Objektif : Pada urin terdapat bakteri uria, urin keruh, pyuria,
dan hasil uji mikroskopi urin positif mengandung E.coli. PH : DH : FH
: Terapi : Obat yang diberikan yaitu kombinasi trimetoprim-
sulfametoksazol, (bactrim), tiap tablet bactrim mengandung 400 mg
sulfametoksazol + 80 mg trimetoprim, aturan pakai 2 x sehari 2
tablet.
 Alasan : Pasien didiagnosa menderita infeksi saluran kemih (ISK)
bagian bawah uncomplicated yang disebabkan oleh bakteri E.coli.
Bakteri E.coli meupakan bakteri gram negatif. Obat pilihan pertama
yang digunakan untuk ISK yang disebabkan E.coli yaitu menggunakan
kombinasi trimetoprim-sulfametoksazol. Kombinasi obat ini bersifat
sinergis dan menurunkan resistensi. Mekanisme Aksi Obat : Menghambat
reduksi asam dihidroksifolat (DHFA) menjadi asam tetrahidroksifolat
(THFA) lewat blokade enzim folat reduktase sehingga sintesa DNA
bakteri tidak terjadi Efek Samping Obat : mual, muntah, ruam, reaksi
alergi, diare, anoreksia, mialgia, depresi. Sakit kepala gangguan
elektrolit.
 KASUS 4 Ny. R (32 th) sudah 5 hari ini mengeluhkan nyeri perut
bagian bawah disertai rasa sakit ketika BAK. Pasien pergi ke dokter,
dan dari hasil pemeriksaan urin dihasilkan, bakteriuria, urin keruh,
pyuria, dan hasil uji mikroskopi positif E. Coli. Pasien sedang hamil
3 bulan. OPINI 1 : KELAS IIIB
 Subyektif : Ny. R (32 th) sudah 5 hari ini mengeluhkan nyeri perut
bagian bawah disertai rasa sakit ketika BAK. Pasien sedang hamil 3
bulan. Obyektif : hasil pemeriksaan urin dihasilkan, bakteriuria,
urin keruh, pyuria, dan hasil uji mikroskopi positif E. Coli. PH : DH
: FH : -
 TERAPI Antibiotik : tab ampisilin 500 mg tiap 8 jam / tab
amoxicillin 500mg tiap 12 jam dengan kategori B (aman tetapi ada efek
samping ) Analgetik : Parasetamol untuk meredakan rasa nyeri dari ISK
yang dialaminya, dengan kategori B. Vitamin : Folamil yang mengandung
asam folat sebagai multivitamin dan mineral, pencegahan bayi lahir
cacat, mengurangi risiko anak terkena autisme.
 Efek Samping 1. Ampicillin : Pada SSP : demam, penisilin
encephalitis, kejang • Pada kulit : erythema multiform, rash,
urticaria • Pada GI : lidah hitam berambut, diare, mual, sakit mulut
dan lidah. • Hematologi : agranulositosis, anemia, eusinophilia,
leucopenia, thrombositope nia • Hepatik dan renal •
 2. Amoxicillin Menyebabkan reaksi alergi seperti rasa gatal,
peradangan, atau ruam yang menyebabkan adanya pembengkakan di leher,
hidung, tenggorokan/mulut sehingga dapat mengganggu pernafasan.
Reaksi alergi yang kronis mengakibatkan penurunan tekanan darah yang
sangat drastis. Pada pencernaan : diare, muntah, sakit perut. Efek
samping terbesar pada organ hati dan ginjal 3. Parasetamol :
kemerahan pada kulit, gatal, bengkak, dan kesulitan bernafas. Pada
jangka panjang menyebabkan kerusakan hati.
 Mekanisme Aksi Obat • Parasetamol : bekerja mengurangi produksi
prostaglandin dengan mengganggu enzim COX. Menghambat kerja COX pada
SSP yang tidak efektif dan sel endotelian dan bukan pada sel
kekebalan dengan peroksida tinggi. Dengan kemampuan menghambat kerja
enzim COX, yang dihasilkan otak sehingga dapat membuat parasetamol
bekerja dengan mengurangi rasa sakit.
 • Amoxicillin : menghambat atau membunuh pertumbuhan bakteri.
Tidak membunuh bakteri secara langsung tetapi dengan cara mencegah
bakteri membentuk semacam lapisan yang melekat disekujur tubuhnya. •
Ampisilin : menghambat sintesis dinding sel bakteri dengan mengikat
satu atau lebih ikatan penisilinprotein sehingga menyebabkan
penghambatan pada tahap akhir transpeptidase sintesis peptidoglikan
dalam dinding sel bakteri, akibatnya biosintesis dinding sel
terhambat dan sel bakteri menjadi pecah.
 Kasus IV Ny. R (32th) sudah lima hari ini mengeluh  nyeri pada
perut bagian bawah disertai rasa sakit ketika BAK. Pasien pergi
kedokter dan dari hasil pemeriksaan urin dihasilkan bakteri uria,
urin keruh, pyuria, dan hasil uji mikroskopi positif e. Colli. Pasien
sedang hamil 3 bulan OPINI 2 : KELAS IIIC
 Penyelesaian  Data Subjektif: Nyeri pada perut bagian bawah,
disertai rasa sakit ketika BAK Data Objektif:  Dari hasil
pemeriksaan urin dihasilkan bakteri uria, urin keruh, pyuria, dan
positif e. colli
 Terapi:  Sanprima F: 960 mg 2x 1tablet 3hari sebelum makan
Pamol: 500 mg, jika nyeri 1 tablet sebelum/sesudah makan Vitamin B6:
jika mual 1 tablet sebelum makan - Monitoring: Efek samping untuk
kotrimoksazol adalah mual, muntah, hilang nafsu makan, kemerahan pada
kulit - Apabila resisten terhadap kotrimoksazol dapat digunakan
Sefaleksin (2x 1tab) Efektifitas: Bakteri urin berkurang, urinnya
jernih, tidak mengalami pyuria lagi 
 KASUS V ISK KAMBUHAN  Ny. G (40th) sudah 2 hari ini mengeluhkan
nyeri perut bagianbawah disertai rasa sakit ketika BAK. Dari hasil
pemeriksaan urin di lab, dihasilkan bakteriuria, urinkeruh, pyuria,
dan hasil uji mikroskopi positif E.coli. pasien memiliki riwayat ISK
1 bulan yang lalu, dan mendapatkan pengobatan kotrimoksazol SS selama
3 hari
 Subyektif : Perasaan nyeri perut di bagian bawah disertai sakit
ketika Buang Air Kecil Obyektif : • Bakteriuria • Urin keruh • Pyuria
• + E.coli PH : Sudah mengalami infeksi saluran kemih 1 bulan DH :
Sudah mengkonsumsi Kotrimoksasol dosis single selama 3 hari FH : -
 TERAPI     Kotrimoksazol Merupakan kombinasi trimetoprim
dan sulfa metoksazol dengan perbandingan 1:5. Sebagai antibiotik
untuk bakteri gram negatif Merk : Cotrimoksazol (generik) suspensi
240mg/5ml; tablet 480 mg, Abatrim (Meta gelenika) tablet 480 mg;
Bactoprim (Combhipar) suspensi 240mg/5ml ;tablet 480mg, 960mg. Dosis
dan aturan pakai : Oral 960 mg/hari tiap 12 jam, dapat ditingkatkan
menjadi 1,44 g tiap 12 jam. Pada infeksi berat: 480mg tiap 12 jam
bila pengobatan lebih dari 14 hari. Untuk kasus ISK kambuhan dosis
kotrimoksazol ½ tablet 1xsehari selama 6 bulan. Alasan: Merupakan
pilihan utama untuk infeksi dari bakteri gram negatif, dalam khasus
ini bakteri gram negatif yang terdeteksi adalah E.Coli. selain itu
untuk infeksi saluran kemih kambuhan obat yang rekomendasikan adalah
kotrimoksazol dan nitrofurantoin.
 2. Nitrofurantoin Sebagai antibiotik pada infeksi saluran kemih
kambuhan.  Merk: Nitrofurantoin generik, Cleanaren Global,
Laurofurin Laurel, Macrotal Combiphar.  Dosis aturan pakai : 50 mg
1x sehari selama 6 bulan.  Alasan: infeksi saluran kemih kambuhan
obat yang rekomendasikan adalah kotrimoksazol dan nitrofurantoin 
   Paracetamol Sebagai analgesik Merk: sanmol Dosis aturan
pakai: 500 mg 3 kali sehari (bila diperlukan) Alasan: Pilihan utama
untuk mengobati nyeri yang paling aman efeksamping lebih kecil dari
NSAID lain tapi bisa merusak hati. Paracetamol digunakan untuk
mengatasi demam yang diderita pasien. Paracetamol diberikan apabila
pasien merasa terganggu aktivitasnya karena demam. Paracetamol yang
diberikan hanya sebagai penurun panas, tidak sebagai terapi untuk
penyembuhan ISK.
       Ibuprofen Sebagai analgesik Merk : ibuprofen
Dosis aturan pakai 3x400mg ibuprofen selama 3 hari Alasan: Jika
dipilih ibuprofen untuk pilihan efeknya lebih cepat daripada PCT.
Sehingga untuk obat antibiotik yang dianjurkan adalah kotrimoksazol
atau nitrofurantoin yang cocok untuk infeksi saluran kemih yang
kambuhan, sementara jika pasien demam dapat diberikan paracetamol.
Perlu diingat karena penggunaan paracetamol (jika perlu) maka tidak
dibutuhkan hepatoprotektor. Namun jika penggunaan paracetamol
lama(berbulan-bulan) maka dapat menambahkan hepatoprotektor (misalnya
curcumin)
    Kotrimoksazol Aktivitas kombinasi antimikroba
Kotrimoksazol berdasarkan atas kerjanya pada dua tahap yang berurutan
dalam reaksi enzimatik untuk membentuk asam tetrahidrofolat.
Sulfametoksazol menghambat masuknya molekul PABA ke dalam molekul
asam folat dan trimetropim menghambat terjadinya reaksi reduksi dari
asam dihidrofolat menjadi tetrahidrofolat. Trimetropim menghambat
enzim Dihidrofolat reduktase mikroba secara sangat selektif. Hal ini
penting, karena enzim tersebut juga terdapat pada sel manusia
Nitrofurantoin Merusak dinding sel bakteri dan mengganggu metabolisme
bakteri. Paracetamol/Ibuprofen Mekanisme aksi utama dari parasetamol
adalah hambatan terhadap enzim siklooksigenase (COX: cyclooxigenase),
dan penelitian terbaru menunjukkan bahwa obat ini lebih selektif
menghambat COX-2. Meskipun mempunyai aktivitas antipiretik dan
analgesik, tetapi aktivitas antiinflamasinya sangat lemah karena
dibatasi beberapa faktor, salah satunya adalah tingginya kadar
peroksida dapat lokasi inflamasi. Hal lain, karena selektivitas
hambatannya pada COX-2, sehingga obat ini tidak menghambat aktivitas
tromboksan yang merupakan zat pembekuan darah.

Anda mungkin juga menyukai