Anda di halaman 1dari 14

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Uraian Kacang Kedelai

Kedelai merupakan tanaman asli daratan Cina. Menurut laporan, kedelai

mulai dikenal di Indonesia sejak abad ke-16. Tanaman kedelai umumnya tumbuh

tegak, berbentuk semak, dan merupakan tanaman semusim (Adisarwanto, 2005).

Kedelai adalah salah satu tanaman polong-polongan. Polong kedelai

berbulu dan berwarna kuning kecoklatan atau abu-abu. Selama proses pematangan

buah, polong yang mula-mula berwarna hijau akan berubah menjadi kehitaman.

Kedelai yang dibudidayakan terdiri dari dua spesies, yaitu Glycine max (disebut

kedelai putih, yang bijinya bisa berwarna kuning, agak putih, atau hijau) dan

Glycine soja (kedelai hitam, berbiji hitam). Penghasil kedelai utama dunia adalah

Amerika Serikat (Joe, 2011).

2.1.1 Sistematika tanaman kedelai

Menurut hasil determinasi dari Herbarium Medanense, kacang kedelai

diklasifikasikan sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Kelas : Dicotyledonae

Ordo : Fabales

Famili : Papilionaceae

Genus : Soya

Spesies : Soya max L.

Universitas Sumatera Utara


2.1.2 Manfaat dan kandungan kacang kedelai

Dalam biji kedelai terkandung gizi yang tinggi, terutama kadar protein

nabati. Di samping itu, kadar asam amino kedelai termasuk paling lengkap, yang

terdiri atas lisin, isoleusin, leusin, fenilalanin, treonin, triptofan, valin, sistin,

metionin, dan tirosin. Dalam minyak kedelai terdapat vitamin E sekitar 140 mg,

yang berfungsi sebagai antioksidan pelindung dan penstabil sel, membran sel, dan

enzim, serta menjaga vitamin A dan karoten terhadap oksidasi (Kuntaraf dan

Kuntaraf, 2003).

Kedelai mengandung Phenolik dan asam lemak tak jenuh, yang berfungsi

sebagai penangkal kanker. Lesitin dalam kedelai dapat menghancurkan timbunan

lemak dalam tubuh, secara tidak langsung dapat menekan penyakit darah tinggi

dan menekan diare. Kandungan gizi kedelai dapat dilihat pada Tabel 2.1

(Rukmana dan Yuniarsih, 1996).

Tabel 2.1 Kandungan gizi dalam tiap 100 gram kacang kedelai :

Banyaknya dalam :
Kandungan Gizi
Kedelai Basah Kedelai Kering
Kalori 286,00 kal 331,00 kal
Protein 30,20 g 34,90 g
Lemak 15,60 g 18,10 g
Karbohidrat 30,10 g 34,80 g
Kalsium 196,00 mg 227,00 mg
Fosfor 506,00 mg 585,00 mg
Zat Besi 6,90 mg 8,00 mg
Vitamin A 95,00 S.I. 110,00 S.I.
Vitamin B1 0,93 mg 1,07 mg
Air 20,00 g 10,00 g
Bagian biji yang dapat
100% 100%
dimakan

Universitas Sumatera Utara


2.2 Kulit

Kulit menutupi dan melindungi tubuh dari perusak eksternal dan dari

kehilangan kelembaban. Luas permukaan kulit orang dewasa sekitar 1,6 m2.

Ketebalan kulit tergantung umur, jenis kelamin, dan lokasinya. Kulit terluar

terbagi dalam tiga lapisan, yaitu epidermis, dermis, dan jaringan subkutan.

Berbagai tambahan, seperti rambut, kuku, dan kelenjar (keringat dan sebaseus)

juga terdapat pada kulit (Mitsui, 1997).

2.2.1 Struktur kulit

Kulit terdiri atas tiga bagian besar dengan fungsi yang berbeda-beda, yaitu

lapisan kulit ari (epidermis), lapisan kulit jangat (dermis), dan lapisan hipodermis

(subkutan) (Guyton dan Hall, 1996).

a. Epidermis

Lapisan ini terletak pada bagian paling luar atau paling atas (tipis sekitar

0,001 inci) dan sebagian besar terdiri dari sel-sel mati. Lapisan epidermis terdiri

atas lima lapisan sel, yaitu : stratum Basale (stratum Germinativum), stratum

Spinosum, stratum Granulosum, stratum Lucidum, dan stratum Korneum (Guyton

dan Hall, 1996).

b. Dermis

Dermis tersusun atas pembuluh darah, ujung syaraf, kelenjar keringat, akar

rambut, otot penegak rambut, dan kelenjar sebasea (Guyton dan Hall, 1996).

c. Hypodermis (Subkutan)

Lapisan ini terdiri atas jaringan konektif, pembuluh darah, dan sel-sel

penyimpan lemak yang memisahkan dermis dengan otot, tulang dan struktur lain.

Lapisan hipodermis berfungsi sebagai cadangan makanan dan bantalan untuk

Universitas Sumatera Utara


melindungi tubuh dari benturan-benturan fisik serta berperan pula dalam

pengaturan suhu tubuh. Jumlah lemak dalam lapisan ini akan meningkat bila

makan berlebihan, sebaliknya bila tubuh memerlukan energi atau kalori ekstra

maka lapisan ini akan memberikan energi atau kalori dengan cara memecah

simpanan lemaknya (Guyton dan Hall, 1996).

2.2.2 Fungsi kulit

Kulit adalah organ yang memiliki berbagai fungsi penting :

- Pelindung / Proteksi

Serat elastis dari dermis dan jaringan lemak subkutan berfungsi untuk

mencegah gangguan mekanis eksternal diteruskan secara langsung ke bagian

dalam tubuh. Kulit memiliki kapasitas penetralisir alkali dan permukaan kulit

dijaga tetap pada pH asam lemah untuk perlindungan dari racun kimia. Pigmen

melanin mengabsorpsi dan melindungi tubuh dari bahaya radiasi UV (Mitsui,

1997).

- Pengaturan Suhu Tubuh / Termoregulasi

Kulit mengatur suhu tubuh dengan mengubah jumlah aliran darah

melalui kulit dengan dilatasi dan kontriksi kapiler darah kulit dan dengan

penguapan uap air (Mitsui, 1997).

- Persepsi Pancaindera

Kulit merasakan perubahan pada lingkungan eksternal dan bertanggung

jawab untuk sensasi kulit. Kulit memiliki berbagai reseptor sehingga dapat

merasakan tekanan, sentuhan, suhu, dan nyeri (Mitsui, 1997).

- Penyerapan / Absorpsi

Berbagai senyawa diabsorpsi melalui kulit ke dalam tubuh. Ada dua jalur

Universitas Sumatera Utara


absorpsi, satu melalui epidermis, dan yang lainnya melalui kelenjar sebaseus pada

folikel rambut. Senyawa larut air tidak mudah diabsorpsi melalui kulit karena

adanya sawar (barrier) terhadap senyawa larut air yang dibentuk oleh lapisan

tanduk (Mitsui, 1997).

- Fungsi Lain

Kulit menunjukkan keadaan emosional, seperti memerah dan ketakutan

(pucat dan bulu kuduk berdiri tegak), dan digambarkan sebagai organ yang

menunjukkan emosi. Kulit juga mensintesis vitamin D dengan bantuan sinar UV

terhadap prekursor vitamin D dalam kulit (Mitsui, 1997).

2.2.3 Pentingnya melembabkan kulit

Secara alamiah kulit memiliki lapisan lemak tipis di permukaannya, yang

antara lain terdiri atas produksi kelenjar minyak kulit. Pembentukan lapisan lemak

tersebut terutama untuk melindungi kulit dari kelebihan penguapan air yang akan

menyebabkan dehidrasi kulit (Tranggono dan Latifah, 2007).

Kandungan air di dalam stratum korneum, meskipun sedikit (hanya 10%),

sangat penting. Air yang terkandung dalam stratum korneum sangat berpengaruh

pada kelembutan dan elastisitas stratum korneum (Tranggono dan Latifah, 2007).

Jika kandungan air dari stratum korneum semakin sedikit, semakin rendah

elastisitas jaringan stratum korneum. Kulit akan kering dan pecah-pecah,

membentuk retak-retak mendalam mirip huruf V. Jika bahan-bahan asing seperti

sisa sabun, kotoran dan mikroorganisme masuk dan menumpuk dalam celah V ini,

maka kulit yang menjadi kering dan retak-retak akan menimbulkan iritasi dan

peradangan yang juga akan melemahkan kulit. Disinilah perlunya kosmetika

pelembab kulit untuk mencegah dehidrasi kulit yang menyebabkan kekeringan

Universitas Sumatera Utara


dan retak-retak pada kulit serta akibat-akibat buruknya (Tranggono dan Latifah,

2007).

2.3 Emulsi

Emulsi adalah sediaan dasar berupa sistem dua fase, terdiri dari dua

cairan yang tidak tercampur, dimana salah satu cairan terdispersi dalam bentuk

globul dalam cairan lainnya (Anief, 2004).

Emulsi mengandung bahan obat cair atau larutan obat, terdispersi dalam

cairan pembawa, distabilkan dengan zat pengemulsi atau surfaktan yang cocok.

Emulsi biasanya mengandung dua zat yang tidak tercampur, yaitu air dan minyak,

dimana cairan yang satu terdispersi menjadi butir-butir kecil dalam cairan lain.

Dispersi ini tidak stabil, butir- butir ini bergabung dan membentuk dua lapisan air

dan minyak yang terpisah. Zat pengemulsi (emulgator) merupakan komponen

yang paling penting agar diperoleh emulsi yang stabil (Anief, 2004).

Emulsi dinyatakan sebagai sistem minyak dalam air (m/a), jika fase

dispersi merupakan fase yang tidak bercampur dengan air, dan air merupakan fase

kontinyu. Jika terjadi sebaliknya maka emulsi tersebut dinyatakan emulsi air

dalam minyak (a/m). Dalam sediaan emulsi kosmetika, biasanya fase air dan fase

minyak bukan merupakan komponen tunggal, tetapi dalam setiap fase tersebut

kemungkinan mengandung beberapa macam komponen. Pada umumnya, sebagian

besar kosmetika yang beredar adalah sistem minyak dalam air, karena mudah

menyebar pada permukaan kulit. Dengan pemilihan formula yang tepat, akan

diperoleh emulsi yang tidak berlemak dan tidak lengket (Ditjen POM, 1985).

Universitas Sumatera Utara


Keuntungan dari tipe emulsi m/a menurut Voigt, 1994 adalah:

1. Mampu menyebar dengan baik pada kulit

2. Memberi efek dingin terhadap kulit

3. Tidak menyumbat pori-pori kulit

4. Bersifat lembut

5. Mudah dicuci dengan air sehingga dapat hilang dengan mudah dari kulit.

2.3.1 Stabilitas emulsi

Emulsi dikatakan pecah jika partikel halus yang terdispersi secara spontan

bersatu membentuk partikel yang lebih besar atau berkoalesensi, dan akhirnya

terpisah menjadi 2 fase. Secara umum, ada 3 pola kerusakan emulsi, yaitu:

Kriming adalah proses mengembangnya partikel dispersi karena pengaruh

gravitasi, sehingga masing-masing partikel memisah menjadi bentuk emulsi krim

dan emulsi yang lebih encer, masing-masing mengandung lemak berkisar 30 –

35% dan 8 – 10% (Ditjen POM, 1985).

Inversi fase adalah ketidakstabilan emulsi yang terjadi karena perubahan fase m/a

menjadi a/m atau sebaliknya. Faktor utama yang dapat menyebabkan terjadinya

inversi fase antara lain adalah konsentrasi volume kedua fase, sifat, dan jumlah zat

pengemulsi (Ditjen POM, 1985).

De-emulsifikasi adalah proses pemisahan sempurna emulsi menjadi masing-

masing komponen cair. Proses pemisahan tersebut dapat terjadi dalam dua tahap,

yaitu :

a. Mula-mula terjadi flokulasi, partikel dispersi saling berikatan membentuk

kelompok yang lebih besar, tetapi jika dikocok perlahan-lahan akan

terdispersi sempurna (Ditjen POM, 1985).

Universitas Sumatera Utara


b. Selanjutnya terjadi koalesensi, kelompok partikel dispersi membentuk

kelompok yang lebih besar, yang sifatnya ireversibel, secara visual terlihat

memisah, tetapi jika dikocok kuat-kuat akan terdispersi sempurna (Ditjen

POM, 1985).

Sumber ketidakstabilan lainnya adalah pertumbuhan mikroorganisme.

Emulsi m/a yang dibuat dengan bahan alam seperti gom, karbohidrat, dan protein

sangat cepat ditumbuhi bakteri pembusuk, jamur, dan bakteri lain (Rawlins,

1977).

2.4 Kosmetik Untuk Kulit

Kosmetik menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No.445/MenKes/1998

adalah sediaan atau paduan bahan yang siap untuk digunakan pada bagian luar

badan (epidermis, rambut, kuku, bibir dan organ kelamin bagian luar), gigi dan

rongga mulut untk membersihkan, menambah daya tarik, mengubah penampilan,

melindungi supaya tetap dalam keadaan baik, memperbaiki bau badan tetapi tidak

dimaksudkan untuk mengobati atau menyembuhkan suatu penyakit (Tranggono

dan Latifah, 2007).

Dalam definisi kosmetik diatas, yang dimaksudkan dengan ’tidak

dimaksudkan untuk mengobati atau menyembuhkan penyakit’ adalah sediaan

tersebut seharusnya tidak mempengaruhi struktur dan faal kulit. Namun bila bahan

kosmetik tersebut adalah bahan kimia meskipun berasal dari alam dan organ tubuh

yang dikenai (ditempeli) adalah kulit, maka dalam hal tertentu kosmetik itu akan

mengakibatkan reaksi-reaksi dan perubahan faal kulit tersebut (Tranggono dan

Latifah, 2007).

Universitas Sumatera Utara


Tujuan penggunaan kosmetik pada masyarakat adalah untuk kebersihan

pribadi, meningkatkan daya tarik melalui riasan, meningkatkan rasa percaya diri

dan perasaan tenang, melindungi kulit dan rambut dari kerusakan sinar UV, polusi

dan faktor lingkungan yang lain, mencegah penuaan dini dan secara umum,

membantu seseorang lebih menikmati dan menghargai hidup (Mitsui, 1997).

2.4.1 Kosmetik pelembab

Kosmetik pelembab (moisturizers) termasuk kosmetik perawatan yang

bertujuan untuk mempertahankan struktur dan fungsi kulit dari berbagai pengaruh

seperti udara kering, sinar matahari terik, umur lanjut, berbagai penyakit kulit

maupun penyakit dalam tubuh yang mempercepat penguapan air sehingga kulit

menjadi lebih kering (Wasitaatmadja, 1997).

Kosmetik pelembab dapat dibedakan menjadi dua tipe, yaitu : kosmetik

pelembab berdasarkan lemak dan kosmetik pelembab berdasarkan gliserol atau

humektan sejenis (Tranggono dan Latifah, 2007).

Kosmetik Pelembab berdasarkan Lemak

Kosmetik pelembab tipe ini sering disebut moisturizer atau moisturizing

cream. Krim ini membentuk lapisan lemak tipis di permukaan kulit, sedikit

banyak mencegah penguapan air kulit, serta menyebabkan kulit menjadi lembab

dan lembut (Tranggono dan Latifah, 2007).

Viskositas lemak tidak boleh terlalu rendah sehingga menyebar ke mana-

mana di permukaan kulit, atau terlalu kental sehingga membuat kulit lengket dan

terlalu berminyak. Pelembab ini harus dapat menutup daerah tertentu permukaan

kulit, menutup tepi-tepi tajam sisik stratum corneum, mencegah masuknya bahan-

bahan asing ke dalam kulit, dan mencegah penguapan air kulit, tetapi tidak sampai

Universitas Sumatera Utara


mencegah sepenuhnya agar kongesti perspirasi dan pengeluaran panas badan tetap

terjadi (Tranggono dan Latifah, 2007).

Kacang kedelai mengandung fosfolipid yang terdiri dari sefalin dan lesitin,

serta asam lemak jenuh (palmitat, stearat, laurat, dan arachidat) yang dapat

digunakan sebagai pelembab. Lesitin bekerja dengan cara membentuk lapisan

lemak tipis pada permukaan kulit, menahan air yang ada dalam kulit, sehingga

dapat mengurangi penguapan air yang berlebihan dari kulit (Deborah, 1989).

Dalam formulasi krim tangan dan krim cair, asam stearat adalah asam

lemak pilihan yang digunakan sebagai emolien. Asam stearat bersifat oklusif,

tetapi berbeda dengan emolien yang bersifat oklusif lain, karena secara alami

kering dan tidak berminyak (Balsam, 1972).

Kosmetik Pelembab yang Didasarkan pada Gliserol dan Sejenisnya

Preparat jenis ini akan mengering di permukaan kulit, membentuk lapisan

yang bersifat higroskopis, yang menyerap uap air dari udara dan

mempertahankannya di permukaan kulit. Preparat ini membuat kulit tampak lebih

halus dan mencegah dehidrasi lapisan stratum corneum kulit (Tranggono dan

Latifah, 2007).

2.5 Krim Cair Tangan dan Badan

Krim tangan dan badan adalah suatu sediaan kosmetika yang digunakan

dengan maksud melindungi kulit supaya tetap halus dan lembut, tidak kering,

tidak bersisik dan tidak mudah pecah. Biasanya dibuat dalam bentuk krim dan

krim cair atau emulsi (Ditjen POM, 1985).

Universitas Sumatera Utara


Formula krim tangan konvensional adalah modifikasi vanishing cream

dengan tipe m/a, komposisi dasar menggunakan sabun asam stearat sebagai

pengemulsi, asam stearat berlebih, humektan seperti gliserol, dan jumlah air yang

tinggi. Formula krim cair bisa sangat mirip, yang membedakan hanya jumlah

bahan padatnya (Balsam, 1972).

Suatu sediaan krim cair tangan dan badan dikatakan baik apabila fungsinya

dapat melembutkan kulit, menjaga keseimbangan kulit, dapat dipakai dengan

mudah dan dapat disapukan dengan cepat pada permukaan kulit, tidak

meninggalkan selaput yang retak-retak pada pemakaiannya, tidak mempengaruhi

pengeluaran keringat, mempunyai bau, warna, dan kestabilan fisik yang baik

(Balsam, 1972).

2.5.1 Komponen utama dalam sediaan krim cair tangan dan badan

Bahan yang biasa digunakan mencakup zat emolien, zat sawar (barrier),

zat penutup untuk kulit yang berpori lebar, zat humektan (pelembab), zat

pengental dan pembentuk lapisan tipis, zat pengemulsi, zat pengawet, parfum dan

zat warna (Ditjen POM, 1985).

Komponen krim cair tangan dan badan yang digunakan yaitu:

2.5.1.1 Lanolin

Lanolin merupakan adeps lanae yang mengandung 25% air. Berwarna

kuning pucat dengan bau khas yang lemah (Anief, 2004).

Adeps lanae adalah senyawa yang terkandung dalam bulu domba, Ovis

aries Linné (Fam. Bovidae). Berwarna kuning lemah dan memiliki bau khas, serta

memiliki titik lebur 45 °C-55°C. Kelarutannya yaitu mudah larut dalam benzena,

Universitas Sumatera Utara


kloroform, eter; praktis tidak larut dalam air. Digunakan dalam sediaan topikal

sebagai emolien (Rowe, dkk., 2009).

2.5.1.2 Setil alkohol

Setil alkohol berbentuk lilin, lempengan putih, granul, atau dadu.

Memiliki bau yang lemah dan tidak berasa. Kelarutannya yaitu larut dalam etanol

(95%) dan eter, tidak larut dalam air, larut saat dilebur dengan minyak, parafin

cair dan padat dengan titik lebur 45°C -52°C. Dalam losion, krim, dan salep,

digunakan karena sifat emoliennya dan sebagai bahan pengemulsi. Setil alkohol

meningkatkan stabilitas, memperbaiki tekstur, dan meningkatkan konsistensi.

Sebagai emolien dan emulgator digunakan dalam konsentrasi 2%-5%. Sebagai

pengental dalam krim dan losion biasanya digunakan dengan konsentrasi di

bawah 1% (Rowe, dkk., 2009).

2.5.1.3 Sabun trietanolamin-stearat

Sabun trietanolamin-stearat termasuk pengemulsi anionik. Kelebihan dari

pengemulsi ini adalah lebih lembut dan lebih mudah larut daripada natrium atau

kalium stearat. Sabun trietanolamin-stearat menghasilkan emulsi yang stabil,

tetapi pada penyimpanan cenderung mengental dan akhirnya membentuk gel.

Sedangkan pengemulsi natrium stearat akan menghasilkan krim yang pada

awalnya memiliki konsistensi yang sangat keras. Pada penyimpanan,

konsistensinya menjadi lebih lunak dan akhirnya sangat pekat. Hal ini

dikarenakan natrium stearat tidak larut sempurna dalam air pada temperatur

rendah (Balsam, 1972).

a. Asam Stearat

Pemeriannya yaitu keras, berwarna putih atau kuning pucat, agak

Universitas Sumatera Utara


mengkilap, kristal padat atau serbuk putih atau putih kekuningan, bau lemah dan

berasa lemak. Kelarutannya yaitu mudah larut dalam benzena, kloroform, dan

eter; larut dalam etanol (95%); praktis tidak larut dalam air. Memiliki titik lebur

69°C-70°C. Penggunaannya dalam sediaan topikal sebesar 1%-20%, digunakan

sebagai bahan pengemulsi ketika direaksikan dengan basa (Rowe, dkk., 2009).

b. Trietanolamin

Trietanolamin merupakan cairan kental yang bening, tidak berwarna

sampai kuning pucat dan memiliki bau ammoniak yang lemah, bersifat sangat

higroskopis, memiliki titik lebur 20°C-25°C dan pH 10,5. Kelarutannya yaitu

mudah larut dalam air, metanol, dan aseton. Digunakan sebagai bahan pengemulsi

dengan konsentrasi 0,5%-3%, menambah kebasaan, dan sebagai humektan (Rowe,

dkk., 2009).

2.5.1.4 Nipakombin

Pengawet yang digunakan adalah nipakombin, yaitu 0,12% metil paraben

(nipagin) yang ditambahkan dalam fase air, dipanaskan sampai 60°C, dan 0,1%

propil paraben (nipasol) yang ditambahkan dalam fase minyak, juga dilarutkan

dengan pemanasan (Balsam, 1972).

a. Metil Paraben (Nipagin)

Metil paraben berbentuk kristal tidak berwarna atau serbuk kristal putih;

tidak berbau atau hampir tidak berbau dan berasa sedikit terbakar. Kelarutannya

yaitu sukar larut dalam air, dalam benzene dan dalam karbon tetraklorida; mudah

larut dalam etanol dan dalam eter; larut dalam air 80°C. Penggunaan dalam

sediaan topikal sebanyak 0,02%-0,3% sebagai antimikroba, efektif pada pH 4-8

(Rowe, dkk., 2009).

Universitas Sumatera Utara


b. Propil Paraben (Nipasol)

Propil paraben merupakan serbuk kristal putih, tidak berbau, dan tidak

berasa. Kelarutannya yaitu sangat sukar larut dalam air; mudah larut dalam etanol,

dan dalam eter; sukar larut dalam dalam air mendidih. Penggunaannya dalam

sediaan topikal sebanyak 0,01%-0,6% sebagai antimikroba (Rowe, dkk., 2009).

2.5.1.5 Butilhidroksitoluen

Butilhidroksitoluen merupakan serbuk atau kristal padat putih atau kuning

pucat dengan bau fenol lemah. Kelarutannya yaitu tidak larut dalam air, gliserin,

propilen glikol, larutan alkali hidroksida; larut dalam etanol, eter, metanol,

benzene, toluen, dan minyak mineral. Titik lebur adalah 70°C. Dalam sediaan

topikal digunakan sebagai antioksidan, untuk menghambat atau mencegah

ketengikan oksidatif dari lemak dan minyak, dan mencegah hilangnya aktivitas

vitamin larut minyak, penggunaannya sebanyak 0,0075%-0,1% (Rowe, dkk.,

2009).

2.5.1.6 Oleum Rosae

Minyak mawar adalah minyak atsiri yang diperoleh dengan penyulingan

uap bunga segar Rosa gallica L., Rosa damascena Miller, Rosa alba L., dan

varietas Rosa lainnya. Pemeriannya yaitu berupa cairan tidak berwarna atau

kuning, bau menyerupai bunga mawar, rasa khas, pada suhu 25oC kental, dan jika

didinginkan perlahan-lahan berubah menjadi massa hablur bening yang jika

dipanaskan mudah melebur. Kelarutannya yaitu larut dalam kloroform (Ditjen

POM, 1979).

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai