Chloramphenicol
Pemerian : Merupakan hablur halus berbentuk jarum
atau lempeng memanjang; putih sampai putih kelabu atau putih kekuningan; tidak berbau; rasa sangat pahit. Kelarutan : Larut dalam lebih kurang 400 bagian air, dalam 2,5 bagian etanol (95%) P dan dalam 7 bagian propilenglikol P; sukar larut dalam kloroform P dan dalam eter.
Chloramphenicol
Merupakan antibiotik spektrum luas. Kloramfenikol pada awalnya diisolasi dari
Streptomyces venezuelae yang pertama kalinya diisolasi oleh Burkholder pada tahun 1947. Memiliki rumus molekul C11H12Cl2N2O5
Farmakodinamik
Kloramfenikol bekerja menghambat sintesis protein
bakteri. Obat dengan mudah masuk ke dalam sel melalui proses difusi terfasilitas. Obat mengikat secara reversibel unit ribosom 50S, sehingga mencegah ikatan asam amino yang mengandung ujung aminoasil t-RNA dengan salah satu tempat berikatannya di ribosom. Pembentukan ikatan peptida dihambat selama obat berikatan dengan ribosom.
Farmakokinetik
Absorbsi Diabsorbsi secara cepat di GIT, bioavailability 75%
sampai 90%. Kloramfenikol oral : bentuk aktif dan inaktif prodrug. Mudah berpenetrasi melewati membran luar sel bakte ri. Pada sel eukariotik menghambat sintesa protein mitokondria sehingga menghambat perkembangan sel hewan & manusia. Sediaan kloramfenikol untuk penggunaan parenteral ( IV) adalah water-soluble.
Distribusi
Metabolisme Metabolisme : hati dan ginjal Half-life kloramfenikol berhubungan dgn konsentrasi bilirubin. Kloramfenikol terikat dengan plasma protein 50%; pasien sirosis dan pada bayi.
Ekskresi Kloramfenikol dan metabolitnya diekskresi melalui urin dengan cara filtrasi glomerulus dan sekresi. Dalam waktu 24 jam 75-90% dosis oral diekskresi dalam bentuk metabolit dan 5-10% dalam bentuk asal.
Reaksi hematologik
Terdapat dua bentuk reaksi: 1) Reaksi toksik dgn manifestasi depresi sumsung tulang. Berhubungan dgn dosis progresif & pulih bila pengobatan dihentikan. 2) Prognosisnya sangat buruk karena anemia yg timbul bersifat irreversible. Timbulnya tdk tergantung dari besarnya dosis atau lama pengobatan.
Gray sindrome
Pada neonatus terutama bayi prematur yg mendapat dosis tinggi (200 mg/KgBB) dpt terkena gray sindrome, efek teradinya yaitu setelah pemakaian 2-9 hari (rata-rata hari ke 4) pengobatan. Gejala gray sindroma adalah: - mula-mula bayi muntah, - tidak mau menyusu - pernafasan cepat dan tidak teratur - perut kembung - sianosis - feses berwarna hijau dan diare - selanjutnya bayi lemas dan berwarna abu-abu. - hipotermia, 40% kasus terjadi kematian. Kondisi gray sindrome juga ditemui pd orang dewasa dgn pemberian dosis yg terlalu besar dan jika ekskresi obat terganggu.
toksisitas kloramfenikol dan sering refrakter terhadap natrium bikarbonat. Mekanisme ini melibatkan penghambatan oksidase NADH mitokondria dan enzim sitokrom, yang mendukung metabolisme anaerobik dan akumulasi asam laktat.
Efek toksik ini terjadi karena: 1. Sistem metabolisme yaitu konyugasi melalui enzim glukuronil transferase belum sempurna. 2. Kloramfenikol yang tidak terkonyugasi belum dapat diekskresi dengan baik oleh ginjal.
Bayi kurang dari 1 bulan dosisnya tidak boleh dari 25
Cara Penanganan