Anda di halaman 1dari 8

Penentuan Minimum Inhibitory Concentration (Mic) Dari

Suatu Sedian Uji Yang Berperan Sebagai Antibiotik

I. Tujuan
Menentukan Minimum Inhibitory Concentration(MIC) dari kloramfenikol
terhadap bakteri Eschericia Coli dengan menggunakan metode MIC cair.

II. Prinsip

1. Terjadinya kekeruhan pada cairan dalam tabung reaksi yang


mengindikasikan adanya pertumbuhan mikroba.
2. Reaksi pengenceran
Penambahan zat pelarut untuk menurunkan konsentrasi larutan.
Rumus untuk pengenceran adalah :
V1.N1 =V2.N2

keterangan :
V1 = volume awal

N1 = konsentrasi awal

V2 = volume setelah ditambahkan zat pelarut

N2 = konsentrasi setelah ditambahkan zat pelarut

III. Teori

Minimum Inhibitory Concentration (MIC) atau Konsentrasi hambat


Minimum (KHM) adalah konsentrasi terkecil dari suatu zat antimikroba yang
masih dapat menghambat pertumbuhan suatu mikroba atau dengan kata lain
efek minimum suatu zat antimikroba. Dalam percobaan kali ini kita, ingin
mengetahui seberapa besar MIC dari kloramfenikol terhadap bakteri Echericia
Coli.
Suatu antibiotik mempunyai MIC yang berlainan terhadap bakteri tertentu,
kepekaan mikroba terhadap antibiotic dapat dilihat dari konsentrasi minimum
untuk diinhibisi oleh suatu antibiotika terhadap mikroba tertentu. Penetapan
MIC dapat dilakukan dengan dengan menguji sederetan konsentrasi yang
dibuat dengan pengenceran, metode yang digunakan dapat dengan cara
turbidimetri (dengan melihat kekeruhan) ataupun dengan cara difusi agar.
Penentuan kepekaan mikroba terhadap antibiotika dilakukan secara in
vitro yang dinyatakan dalam MIC dan aktivitas penghambatnya pada MIC
tersebut. MIC ini tidak akan dianggap setara dengan MIC in vivo karena
dalam tubuh manusia terjadi biotransformasi antibiotika, terjadi penguraian
atau fiksasi antibiotika pada protein plasma sehingga aktivitas antibiotika akan
berkurang. Setiap antibiotika mempunyai sifat farmakokinetik yang berbeda
tergantung pada sifat fisika kimianya dan karakteristik individual pemakai.
Definisi awal antibiotika adalah senyawa yang diproduksi oleh suatu
mikroorganisme yang dapat menghambat atau membunuh pertumbuhan
mikroorganisme lain. Sedangkan definisi terbaru dari antibiotika adalah
senyawa yang diproduksi oleh suatu mikroorganisme atau senyawa sejenis
yang diproduksi sebagian (semisintesis) atau seluruhnya secara sintesis kimia,
yang dalam konsentrasi terendah dapat menghambat pertumbuhan
mikroorganisme lainnya.
Sejak ditemukannya penisilin oleh Alexader Fleming sampai saat ini
sudah beribu-ribu antibiotika yang ditemukan, dan hanya sebagian kecil yang
dapat dipakai untuk maksud terapeutik.
Yang berguna hanyalah antibiotika yang mempunyai kadar hambatan
minimum (KHM) in vitro lebih kecil dari kadar zat yang dapat dicapai dalam
tubuh dan tidak toksik.
Mekanisme kerja antibiotic umumnya sebagai berikut:
 Menghambat biosintesis dinding sel
 Meninggikan permeabelitas membrane sitoplasma
 Mengganggu sintesi normal protein bakteri

Kloramfenikol
Kloramfenikol adalah zat yang mula-mula dihasilkan oleh biakan
Steptomyces venezuelae tetapi sekarang telah dapat dihasilkan secara sintetik.
Kristal kloramfenikol merupakan senyawa stabil yang dengan cepat
diserap oleh dinding saluran pencernaan dan disebar ke jaringan-jaringan serta
cairan tubuh, termasuk susunan saraf pusat dan cairan serebrospinal, obat ini
menembus ke dalam sel-sel. Sebagian besar obat ini dibuat tidak aktif di dalam
hati dengan cara konyugasi dengan asam glukuronat atau dengan cara reduksi
menjadi arilamin yang tida aktif.

Aktifasi
Kloramfenikol merupakan penghambat sintesa protein yang kuat pada
jasad renik. Obat ini mengalami perlekatan asam amino pada rantai peptide yang
baru timbul pada satuan 50S dari ribosom, dengan mengganggu daya kerja
paptidil transferase. Kloramfenikol pada dasarnya bersifat bakteriostatik, dan
spektrumnya sama dengan yang dimiliki tetrasiklin. Dosis dan konsentrasi dalam
darah dari kloramfenikol sama dengan yang ada pada tetrasiklin. Kloramfenikol
mungkin obat pilihan pertama yang digunakan pada:
1. Infeksi salmonella simtomatik, misalnya demam tifoid
2. Infeksi H influenzae
3. Infeksi meningokokus pada penderita hipersensitif pada penisilin
4. Infeksi anaerob atau gabungan sistem saraf pusat, misalnya abses otak
5. Infeksi rickettsia berat
Resistensi kloramfenikol disebabkan oleh perusakan obat karena suatu
enzim yang dikendalikan oleh plasmid.

Sifat fisika –kimia


• Rumus kimia
1- (p-nitrofenil)-2-dikloroasetamido-1,3 propandiol
• Untuk tiamfenikol : gugus NO2 diganti –SO2-CH3

• Kelarutan dalam air sedikit larut (1;400)


• Kloramfenikol lebih berkhasiat dari pada turunannya
• Spektrum dan cara kerjanya : kloramfenikol bekerja terhadap bakteri
intraselular

Mekanisme Kerja
Kloramfenikol bekerja menghambat sintesis protein bakteri dan sel eukariosit.
Obat masuk ke dalam sel melalui proses difusi terfasilitasi. Obat mengikat unit
ribosom 50S, sehingga mencegah ikatan asam amino yang mengandung ujung
aminoasil t-RNA dengan salah satu tempatnya berikatan di ribosom.
Pembentukan ikatan peptide dihambat selama obat berikatan dengan ribosom.
Kloramfenikol dan metabolitnya diekskresimelalui urin dengan cara filtrasi dan
sekresi. Dalam waktu 24 jam 75-90% dosis oral diekskresi dalam bentuk
metabolit dan 5-10% dalam bentuk asal. Waktu paruh zat aktif 4 jam. Pasien
infusiensi hati waktu paruh 5-6 jam, karena metabolisme terhambat. Pasien gagal
ginjal waktu paruh kloramfenikol tidak berubah, tetapi ,metabolitnya mengalami
kumulasi.

Efek samping dan toksisitas


Reaksi Hipersensitivitas: Kloramfenikol dapat menyebabkan pemerahan kulit
dan demam.
Reaksi hematologik: Reaksi toksik yang utama adalah depresi sumsum tulang
sehingga dapat terjadi kelainan darah anemia dan kelainan
darah lainnya.Kelainan ini tergantung pada dosis. Bila obat
dihentikan maka kelainan akan sembuh. Kelainan terjadi
bila kadar anemia aplastis yang ireversibel sehingga dapat
menimbulkan kematian, Walaupun sembuh bisa terjadi
leukemia akut.
Kloramfenikol sebaiknya tidak digunakan jika penyakit dapat
disembuhkan dengan obat lain atau jika penyakit belum jelas.
Gray sindrom
Pada neonatus terutama bayi premature yang mendapat dosis tinggi (200
mg/kg BB) dapat terkena gray sindom pada rata-rata ke-4 terapi. Mula mula bayi
muntah, tak mau menyusu, pernafasan cepat dan tidak teratur, perut kembung,
sianosis, fase berwarna hijau dan diare. Selanjutnya bayi lemas dan berwarna abu-
abu, terjadi hipotemia. Kematian 40%
Efek toksik ini terjadi karena:
1. Sistem metabolisme yaitu konyugasi melalui enzim glukoronil belum
sempurna
2. Kloramfenikol yang tidak terkonyugasi belum dapat diekskresi dengan baik
oleh ginjal
Reaksi Neurologik:
a.Dapat timbul depresi, bingung, delirium dan sakit kepala
b.Efek biologis lain dapat merubah mikloflora normal

Indikasi
Demam Tifoid
• Kloramfenikol masih merupakan obat terpilih untuk demam tifoid dan infeksi
salmonella sistemik lainnya
• Ampisilin dan amoxisilin juga efektif untuk demam tifoid
• Karier dan timbulnya serangan berulang lebih sedikit timbul karena
penggunaan ampisilin daripada kloramfenikol
• Untuk galur yang sudah resisten digunakan kombinasi
trimetoprimsulfametoksazol.
• Dosis kloramfenikol untuk demam tifoid 1g tiap 6 jam selama 4 minggu untuk
dewasa.

Kontra Indikasi
Kloramfenikol tidak diberikan pada penderita alergi, penyakit hati berat,
penyakit darah, kombinasi dengan obat hematotoksik seperti sintostatika, pasien
infusa ginjal, pada minggu terakhir kehamilan, setelah melahirkan, bayi premature
dan bayi baru lahir
Rute Pemberian Dosis
• Dosis max untuk dewasa tidak boleh lebih dari 30 g dan waktu pemberian
tidak lebih lama dari 14 hari.
• Pemakaian perental hanya pada infeksi yang sangat berat dengan sama seperti
dosis oral.

Interaksi
Kloramfenikol menghambat biotransformasi senyawa lain oleh enzim
mikrosom hati seperti dikumarol, fenitoin, tolbutamida, dan turunan sulfonylurea
lain. Memperbesar toksisitas metroteksat

Interaksi kloramfenikol denganObat Lain


Obat Lain Akibat
Sefalosporin Kerja antibakteri sefalosporin turun
Siklofosfamid Kerja sitostatika naik, efek samping naik
Dikumarol Kerja antikoagulan naik
Asam Nalidiksat Kerja anti bakteri nalidiksat menurun
Penisilin Kerja penisilin menurun
Fenitoin Kerja antikonvulsif naik, efek samping naik
Tolbutamid Kerja antidiabetes naik

Pemeriksaan Bakteriologik
Kloramfenikol sangat stabil dan berdifusi sangat baik sekali dalam
perbenihan agar-agar. Karena alas an-alasan ini, kloramfenikol cenderung
memberikan daerah hambatan pertumbuhan yang lebih besar pada “tes cakram”
daripada golongan tetrasiklin, meskipun pada tes pengenceran tabung terlihat
efektivitas yang sama. Suatu cara pengukuran dengan enzim dengan
menggunakan asetiltransferase dapat menentukan konsentrasi kloramfenikol
dalam cairan tubuh.

IV. Alat/ Bahan

Alat :
1. Inkubator
2. Labu ukur 100 mL
3. Lampu spiritus
4. Ose
5. Rak tabung
6. Tabung reaksi besar dan kecil
7. Volume pipet berukuran 1mL dan 10 mL

Bahan :
1. Alkohol 90%
2. Aquadest steril
3. Kapsul kloramfenikol
4. Nutrient Broth (NB)
5. Nutrient Broth (NB) double strength
6. Suspensi baketri Eschericia Coli

V. Prosedur

Dimasukan sediaan uji yang telah digerus ke dalam labu ukur, dilarutkan
dengan sedikit pelarut. Kemudian ditambah air suling steril sampai tanda batas.
Direncanakan pengenceran dan dihitung konsentrasi campuran pada masing-
masing tabung besar dan cawan Petri.
Dibuat pengenceran bertingkat larutan sediaan uji dalam tabung reaksi
besar. Diisi tabung reaksi kecil dengan 1 ml NB double strength, sedangkan 1 ml
berikutnya NB biasa. Dipipet 1 ml hasil pengenceran terakhir ke dalam tabung 1
berisi NB double strength, kocok sampai homogen. Di pipet 1 ml campuran dari
tabung 1 ke tabung 2, kocok homogen. Diulanginya langkah tersebut sampai
akhirnya dipipet 1 ml dari tabung terakhir lalu dibuang.
Ditambahkan 1 ose bakteri pada masing-masing tabung reaksi kecil, kocok
sampai homogen.
Dibuat 1 kontrol positif dan 1 control negative. Kontrol positif terdiri dari
1 ml NB dan 1 ose bakteri. Control negative hanya terdiri 1ml NB.
Diinkubasi semua tabung kecil pada suhu 37ºC selama 18-24 jam. Diamati
kekeruhan yang terjadi, bandingkan dengan control positf dan negative.

VI. Pengamatan
VII. Pembahasan
VIII. Kesimpulan
Daftar Pusaka

E.Jawetz, J.L. Melick & E.A.Adelberg ; Mikrobiologi untuk profesi Kesehatan. Ebc
Lange.1986.

Bauer a Wetal : Antibiotic susceptibility testing by a standardized single disc method.


Am J Clin Pathol 1966;45;493.

Goldman P: Metronidazole. N Engl J Med 1980;303:1212.

Anda mungkin juga menyukai