I. Tujuan
Menentukan Minimum Inhibitory Concentration(MIC) dari kloramfenikol
terhadap bakteri Eschericia Coli dengan menggunakan metode MIC cair.
II. Prinsip
keterangan :
V1 = volume awal
N1 = konsentrasi awal
III. Teori
Kloramfenikol
Kloramfenikol adalah zat yang mula-mula dihasilkan oleh biakan
Steptomyces venezuelae tetapi sekarang telah dapat dihasilkan secara sintetik.
Kristal kloramfenikol merupakan senyawa stabil yang dengan cepat
diserap oleh dinding saluran pencernaan dan disebar ke jaringan-jaringan serta
cairan tubuh, termasuk susunan saraf pusat dan cairan serebrospinal, obat ini
menembus ke dalam sel-sel. Sebagian besar obat ini dibuat tidak aktif di dalam
hati dengan cara konyugasi dengan asam glukuronat atau dengan cara reduksi
menjadi arilamin yang tida aktif.
Aktifasi
Kloramfenikol merupakan penghambat sintesa protein yang kuat pada
jasad renik. Obat ini mengalami perlekatan asam amino pada rantai peptide yang
baru timbul pada satuan 50S dari ribosom, dengan mengganggu daya kerja
paptidil transferase. Kloramfenikol pada dasarnya bersifat bakteriostatik, dan
spektrumnya sama dengan yang dimiliki tetrasiklin. Dosis dan konsentrasi dalam
darah dari kloramfenikol sama dengan yang ada pada tetrasiklin. Kloramfenikol
mungkin obat pilihan pertama yang digunakan pada:
1. Infeksi salmonella simtomatik, misalnya demam tifoid
2. Infeksi H influenzae
3. Infeksi meningokokus pada penderita hipersensitif pada penisilin
4. Infeksi anaerob atau gabungan sistem saraf pusat, misalnya abses otak
5. Infeksi rickettsia berat
Resistensi kloramfenikol disebabkan oleh perusakan obat karena suatu
enzim yang dikendalikan oleh plasmid.
Mekanisme Kerja
Kloramfenikol bekerja menghambat sintesis protein bakteri dan sel eukariosit.
Obat masuk ke dalam sel melalui proses difusi terfasilitasi. Obat mengikat unit
ribosom 50S, sehingga mencegah ikatan asam amino yang mengandung ujung
aminoasil t-RNA dengan salah satu tempatnya berikatan di ribosom.
Pembentukan ikatan peptide dihambat selama obat berikatan dengan ribosom.
Kloramfenikol dan metabolitnya diekskresimelalui urin dengan cara filtrasi dan
sekresi. Dalam waktu 24 jam 75-90% dosis oral diekskresi dalam bentuk
metabolit dan 5-10% dalam bentuk asal. Waktu paruh zat aktif 4 jam. Pasien
infusiensi hati waktu paruh 5-6 jam, karena metabolisme terhambat. Pasien gagal
ginjal waktu paruh kloramfenikol tidak berubah, tetapi ,metabolitnya mengalami
kumulasi.
Indikasi
Demam Tifoid
• Kloramfenikol masih merupakan obat terpilih untuk demam tifoid dan infeksi
salmonella sistemik lainnya
• Ampisilin dan amoxisilin juga efektif untuk demam tifoid
• Karier dan timbulnya serangan berulang lebih sedikit timbul karena
penggunaan ampisilin daripada kloramfenikol
• Untuk galur yang sudah resisten digunakan kombinasi
trimetoprimsulfametoksazol.
• Dosis kloramfenikol untuk demam tifoid 1g tiap 6 jam selama 4 minggu untuk
dewasa.
Kontra Indikasi
Kloramfenikol tidak diberikan pada penderita alergi, penyakit hati berat,
penyakit darah, kombinasi dengan obat hematotoksik seperti sintostatika, pasien
infusa ginjal, pada minggu terakhir kehamilan, setelah melahirkan, bayi premature
dan bayi baru lahir
Rute Pemberian Dosis
• Dosis max untuk dewasa tidak boleh lebih dari 30 g dan waktu pemberian
tidak lebih lama dari 14 hari.
• Pemakaian perental hanya pada infeksi yang sangat berat dengan sama seperti
dosis oral.
Interaksi
Kloramfenikol menghambat biotransformasi senyawa lain oleh enzim
mikrosom hati seperti dikumarol, fenitoin, tolbutamida, dan turunan sulfonylurea
lain. Memperbesar toksisitas metroteksat
Pemeriksaan Bakteriologik
Kloramfenikol sangat stabil dan berdifusi sangat baik sekali dalam
perbenihan agar-agar. Karena alas an-alasan ini, kloramfenikol cenderung
memberikan daerah hambatan pertumbuhan yang lebih besar pada “tes cakram”
daripada golongan tetrasiklin, meskipun pada tes pengenceran tabung terlihat
efektivitas yang sama. Suatu cara pengukuran dengan enzim dengan
menggunakan asetiltransferase dapat menentukan konsentrasi kloramfenikol
dalam cairan tubuh.
Alat :
1. Inkubator
2. Labu ukur 100 mL
3. Lampu spiritus
4. Ose
5. Rak tabung
6. Tabung reaksi besar dan kecil
7. Volume pipet berukuran 1mL dan 10 mL
Bahan :
1. Alkohol 90%
2. Aquadest steril
3. Kapsul kloramfenikol
4. Nutrient Broth (NB)
5. Nutrient Broth (NB) double strength
6. Suspensi baketri Eschericia Coli
V. Prosedur
Dimasukan sediaan uji yang telah digerus ke dalam labu ukur, dilarutkan
dengan sedikit pelarut. Kemudian ditambah air suling steril sampai tanda batas.
Direncanakan pengenceran dan dihitung konsentrasi campuran pada masing-
masing tabung besar dan cawan Petri.
Dibuat pengenceran bertingkat larutan sediaan uji dalam tabung reaksi
besar. Diisi tabung reaksi kecil dengan 1 ml NB double strength, sedangkan 1 ml
berikutnya NB biasa. Dipipet 1 ml hasil pengenceran terakhir ke dalam tabung 1
berisi NB double strength, kocok sampai homogen. Di pipet 1 ml campuran dari
tabung 1 ke tabung 2, kocok homogen. Diulanginya langkah tersebut sampai
akhirnya dipipet 1 ml dari tabung terakhir lalu dibuang.
Ditambahkan 1 ose bakteri pada masing-masing tabung reaksi kecil, kocok
sampai homogen.
Dibuat 1 kontrol positif dan 1 control negative. Kontrol positif terdiri dari
1 ml NB dan 1 ose bakteri. Control negative hanya terdiri 1ml NB.
Diinkubasi semua tabung kecil pada suhu 37ºC selama 18-24 jam. Diamati
kekeruhan yang terjadi, bandingkan dengan control positf dan negative.
VI. Pengamatan
VII. Pembahasan
VIII. Kesimpulan
Daftar Pusaka
E.Jawetz, J.L. Melick & E.A.Adelberg ; Mikrobiologi untuk profesi Kesehatan. Ebc
Lange.1986.