Anda di halaman 1dari 10

Kloramfeniko Farmakologi

Toksikologi

l
Kelompok 6
Pratiwi i. Yamoara
Putri Sakinah Munu
Putri Setiawati Botutihe
Rahmat Hidayat
Kloramfenikol
Kloramfenikol merupakan suatu antibiotik broad spectrum yang aktif terhadap
bakteri gram positif dan gram negatif. Antibiotik ini dihasilkan oleh Streptomyces
venezuela dan merupakan antibiotik yang digunakan sebagai obat penyakit tifus
dan penyakit infeksi lainnya. Berbagai turunan kloramfenikol berhasil disintesis
akan tetapi tidak ada senyawa yang khasiatnya melampaui khasiat kloramfenikol
(Widjajanti,1998).

Indikasi Obat
Indikasi kloramfenikol adalah untuk mengobati tifus, paratifus, infeksi
saluran pencernaan, dan meningitis bakteri yang disebabkan bakteri
peka terhadap kloramfenikol (Mutschler, 1991).
Mekanisme Obat
Mekanisme kerja kloramfenikol adalah menghambat
peptidil transferase pada fase pemanjangan dengan
demikian akan mengganggu sistesis protein dengan
pemakaian oral, kloramfenikol akan diapsorbsi dengan
cepat dari usus lebih dari 90%. Di dalam hati sebagian
besar akan mengalami glukuronidasi dan di ekskresi
melaluiginjal. Waktu paruhnya sekitar 3-5 jam
(Mutschler, 1991).

Kloramfenikol bekerja menghambat pertumbuhan


bakteri, mekanisme kerja antibiotik ini ialah menghambat
sintesis protein yang dibutuhkan untuk pembentukan sel-
sel bakteri sehingga kloramfenikol menghambat fungsi
RNA dari bakteri (Widjajanti, 1998).
Mekanisme kerja kloramfenikol yaitu dengan daya kerja
menghambat sintesis protein, melekat pada subunit 50S dari ribosom.
Obat ini menganggu pengikatan asam amino baru pada rantai peptida
yang sedang dibentuk, sebagian besar karena kloramfenikol
menghambat peptidil transferase. Kloramfenikol terutama bersifat
bakteriostatik, dan pertumbuhan mikroorganisme segera berlangsung
lagi, bila pemakaian obat dihentikan. Mikroorganisme yang resisten
terhadap kloramfenikol menghasilkan enzim kloramfenikol
asetiltransferase, yang menghancurkan aktivitas obat(Jawetz et al.,
1996).
Kloramfenikol diabsorpsi cepat dan hampir sempurna dari
saluran cerna, karena obat ini mengalami penetrasi membran sel
secara cepat. Setelah absorpsi, kloramfenikol didistribusikan secara
luas ke seluruh jaringan dan cairan tubuh. Metabolit utama
kloramfenikol adalah glukuronida–nya yang bekerja antibiotik, yang
dibuat di hati dan diekskresikan melalui ginjal. (Katzung, 2004).
Kloramfenikol umumnya bersifat bakteriostatik, namun pada
konsentrasi tinggi dapat bersifat bakterisid terhadap bakteri-bakteri
tertentu (Ganiswarna, 1995).
Dosis Normal
Dosis harian rata-rata yang dibagi atas beberapa
dosis tunggal adalah 1,5-3 gram secara oral
(Mutschler, 1991).
Mekanisme Toksisitas
Toksisitas kloramfenikol dapat terjadi dalam beberapa reaksi, yaitu :

Reaksi Hematologik terdapat dalam 2 bentuk, yaitu depresi


sumsum tulang yang bersifat reversibel atau anemia plastik
01 yang sangat jarang terjadi. Efek ini biasanya hilang ketika
penggunaan kloramfenikol tidak diteruskan. (USPC, 1997).

02 Reaksi alergi kloramfenikol dapat menimbulkan kemerahan


kulit, angioudem, urtikaria, dan anafilaksis.

Reaksi Saluran Cerna bermanifestasi dalam bentuk mual,


03 muntah, glositis, diare dan enterokolitis.

Reaksi Neurologik dapat terlihat dalam bentuk depresi,


04 bingung, delirium, dan sakit kepala
Kloramfenikol aktif terhadap sejumlah organisme grampositif dan gram negatif,
tetapi karena toksisitasnya penggunaan obat ini dibatasi hanya untuk mengobati
infeksi yang mengancam kehidupan dan tidak ada alternatif lain.
Dosis
Toksisitas
Dosis total yang tak boleh dilampaui adala 25 gram, lama
pengobatan tak boleh lebih dari 2 minggu (Mutschler, 1991).
Gejala Keracunan
Penggunaan kloramfenikol dalam waktu yang lama dan dosis yang cukup
besar dapat menimbulkan kelainan pada pematangan sel darah merah,
peningkatan kadar besi dalam serum dan anemia, bahkan dapat pula
menimbulkan schock sirkulasi yang parah (Mutschler, 1991). Dalam hati, obat ini
dapat menimbulkan nekrosis hepatosit (Wibowo & Johan, 2007).
Efek samping kloramfenikol yang umum terjadi antara lain gangguan
lambung-usus, radang lidah dan mukosa mulut. Tetapi yang sangat berbahaya
yaitu dapat mengakibatkan kerusakan pada sumsum tulang belakang sehingga
produksi sel-sel darah merah menjadi terganggu. Karenanya penggunaannya
ditujukan hanya untuk penyakit tifus dan penyakit berat saja (Tjay, 2007).
Menejemen Mengatasi Keracunan
langkah penanganan awal untuk mengatasi keracunan obat dengan cara:

01 Memastikan jalur pernapasan tidak tersumbat

02 Memberikan activated charcoal


menyerap obat dalam sistem pencernaan
atau arang aktif untuk

03 Memancing agar pasien muntah sehingga substansi bisa


dikeluarkan dari perut Memompa perut untuk mengeluarkan
substansi obat

04 Memberikan cairan infus


mengeluarkan substansi berbahaya
untuk mempercepat tubuh

05 Memberikan obat yang bersifat antidote atau berlawanan


dengan obat yang memicu keracunan
Thank You

Anda mungkin juga menyukai