Anda di halaman 1dari 35

KONJUNGTIVITIS

20/10/2017 OLEH : GEDE NANDA SURYAWIJAYA


ANATOMI
HISTOLOGI
VASKULARISASI DAN INERVASI
KONJUNGTIVITIS
 Peradangan selaput lendir mata
 Yang menutupi belakang kelopak dan bola

mata
 yang disebabkan oleh bakteri, virus, jamur,
iritan, atau alergen.
PATOFISIOLOGI
 Terjadinya infeksi pada konjungtiva disebabkan
karena agen infeksi yang mampu menembus barier
pertahanan dari konjungtiva.
 Barier utama tersebut adalah Tear Film.
PATOFISIOLOGI
Konjungtiva selalu
berhubungan
dengan dunia
INFEKSI luar
Mikroorganisme>
PERTAHANAN

Kemungkinan
Infeksi besar Konjungtivitis

Pertahanan:
Aliran air mata, zat
antimikrobial tear
film
GEJALA KLINIS
 Sensasi benda asing, yaitu sensasi tergores atau terbakar, sensasi penuh di
sekeliling mata, gatal dan fotofobia

 Hiperemia, mata berair, eksudasi, pseudoptosis, hipertrofi papilar, kemosis,


folikel, pseudomembran dan membran, granuloma, dan limfadenopati pre-
aurikular
Konjungtivitis
Konjungtivitis Jamur
Klamidia Konjungtivitis
1. Trakoma Parasit
2. Inklusi

Konjungtivitis Konjungtivitis
Bakteri Alergika

Konjungtivitis Viral
Klasifikasi Konjungtivitis
1. Akut
Konjungtivitis Iritatif
2. Kronik
Konjungtivitis Bakteri

Konjungtivitis Konjungtivitis Konjungtivitis Konjungtivitis


Bakteri Akut Bakteri Bakteri Bakteri Kronik
Subakut Hiperakut
Pemeriksaan Penunjang
 Pemeriksaan mikroskopis kerokan konjungtiva yang di pulas dengan
pulasan gram atau giemsa.

 Konjungtivitis bakteri akan menampilkan neutrofil polimorfonuklear.

 Studi sensitivitas antibiotik juga diperlukan untuk pemberian terapi


antibiotik spesifik.
Terapi Konjungtivitis bakteri

 Antibiotik secara empiris (mis., polymyxin-trimethoprim).

 Pada setiap konjungtivitis purulen yang pulasan gramnya menunjukan


diplokokus gram-negatif, sugestif neisseria, harus segera dimulai
terapi topikal dan sistemik.

 Bilas sekret dengan larutan saline.


Konjungtivitis Gonoblenorea
Topikal : Ciprofloxacin 0,3% dengan cara pemberian sbb :

 Hari I : 1-2 tetes, setiap 15 menit selama 6 jam, selanjutnya


diberikan 2 tetes tiap 30 menit.
 Hari II : 2 tetes tiap 1 jam
 Hari III-XIV : 2 tetes tiap 4 jam
Komplikasi dan Prognosis
• Blefaritis
Komplikasi •

Parut konjungtiva
Ulserasi kornea dan perforasi
• Iritis toksik

• Konjungtivitis bakteri akut hampir selalu


sembuh sendiri
• Kecuali:
Prognosis • konjungtivitis stafilokok
• konjungtivitis gonokok
• konjungtivitis meningokokus
Konjungtivitis Klamidia : Trakoma

 konjungtivitis folikular kronik yang disebabkan oleh Chlamydia


trachomatis

 Cara penularan melalui kontak langsung dengan sekret


penderita

 Masa inkubasi rata-rata 7 hari (bekisar 5 sampai 14 hari)


Gejala Klinis Trakoma
Subjektif
 mata berair
 Fotofobia
 Nyeri
 eksudasi,
Objektif
 edema palpebra
 kemosis konjungtiva bulbaris
 Hiperemia
 hipertrofi papiler
 folikel tarsal dan limbal
 keratitis superior
Gambaran Trakoma menurut WHO:

TF Trachomatous
Inflammation – TI Trachomatous TS Trachomatous TT Trachomatous CO Corneal
Follicular Inflammation Scarring Trichiasis Opacity
Terapi Trakoma
 Tetracycline 1-1,5gr/hari per oral dalam empat
dosis terbagi selama 3-4 minggu
 Doxycycline 100mg per oral dibagi dua kali
sehari dalam 3 minggu
 Atau eritromycin, 1g/hari peroral dibagi dalam

empat dosis selama 3-4 minggu


Konjungtivitis Klamidia : Konjungtivitis Inklusi

 Konjungtivitis inklusi merupakan infeksi yang


disebabkan oleh karena agen klamidial yang
menginfeksi uretra pria atau serviks wanita

 Pada neonatus, agen ditularkan sewaktu lahir


melalui kontaminasi langsung konjungtiva dengan
sekret serviks
Gejala Klinis

- Mata Merah
- Belekan

Keratitis Konjungtivitis
Superfisial Papilar

Gejala
Klinis
Terapi Konjungtivitis Inklusi

Pada • Suspensi eritromycin per oral, 50


mg/kg/hari dalam 4 dosis terbagi,
Bayi selama sekurang-kurangnya 14 hari.

Orang • Doxycycline 100mg per oral dua kali sehari ;


atau eritromycin, 2g/hari selama 7 hari
Dewasa • Azithromycin 1 g dosis tunggal.
• Obati mitra sexual bila terkena
Konjungtivitis Viral Akut
Demam Keratokonjungtivitis Keratokonjungtivitis Konjungtivitis
Faringokonjungtival Epidemika Virus Herpes Simpleks Hemoragika Akut
• Demam 38,3-40C • Injeksi konjungtiva • Ditandai oleh : • inkubasi yang pendek
• sakit tenggorokan • Nyeri sedang • injeksi unilateral, • Gejala berupa nyeri,
• konjungtivitis folikular iritasi, sekret mukoid, fotofobia, sensasi benda
• Mata berair nyeri, dan fotofobia asing, banyak
• Mata merah dan berair • Fotofobia ringan. mengeluarkan air mata,
• Khas adalah • Keratitis epitel
limfadenopati • Keadaan ini sering • Terdapat perdarahan
preaurikular • kekeruhan sub epitel disertai keratitis sub konjungtiva difus
herpes simpleks • limfadenopati
• Adenovirus tipe 3 dan • Nodus preaurikular
• Tidak ditemukan preaurikular, folikel
kadang-kadang oleh dengan nyeri tekan bakteri dalam konjungtiva
tipe 4 dan 7 yang khas kerokan atau biakan
• Tidak terdapat • Virus ini ditularkan
pengobatan spesifik, • Terapi : melalui kontak erat dari
tetapi konjungtivitis • Acyclovir 400mg 5x orang ke orang
umumnya sembuh sendiri dalam sehari selama • Penyembuhan terjadi
kira-kira dalam 10 hari. 7 hari dalam 5-7 hari dan
• Salep acyclovir 3% tidak ada pengobatan
5x sehari selama 10 yang pasti.
hari
Konjungtivitis Viral Akut

Demam Keratokonjung Keratokonjung Konjungtivitis


Faringokonjun tivitis tivitis Virus Hemoragika
gtival Epidemika Herpes Akut
Simpleks
Konjungtivitis Viral Kronik
Blefarokonjungtivitis Blefarokonjungtivitis Keratokonjungtivitis
Molluscum Varicella-Zoster Campak
Contagiosum
• Sebuah nodul molluscum • Erupsi vesikular yang khas • Enantema khas campak
konjungtivitis folikular • Konjungtivitisnya papilar • Tampilan konjungtiva mirip
kronik unilateral • Kerokan dari konjungtiva kaca (tanda meyer).
• Lesi bulat, berombak, putih pada varicella dan dari • Sebelum erupsi kulit, timbul
mutiara, bagian pusat vesikel konjungtiva pada konjungtivitis eksudatif
melekuk khas untuk zooster dapat mengandung dengan sekret mukopurulen
sel raksasa dan monosit. • Saat muncul erupsi kulit, timbul
moluscum contagiosum.
• Terapi : bercak koplik pada
• Eksisi insisi sederhana • Acyclovir oral dosis tinggi konjungtiva
pada nodul atau krioterapi (800mg peroral lima kali • Tidak didapatkan terapi yang
akan menyembuhkan sehari selama 10 hari) spesifik, hanya dilakukan
konjungtivitisnya tindakan penunjang saja
Konjungtivitis Viral Kronik

Blefarokonjungtivitis Blefarokonjungtivitis Keratokonjungtivitis


Molluscum Varicella-Zoster Campak
Contagiosum
Konjungtivitis Jamur
Biasanya
pada pasien
DM atau imun
menurun
Tampak Kerokan
sebagai ditemukan sel
bercak putih PMN

- Amphotericin B (3-
Konjungtivitis 8 mg/mL)
Jarang Candida
- Krim kulit nystatin
(100.000 U/g) 4-6
kali sehari.
Konjungtivitis Parasit
Infeksi Ascaris Lumbricoides
Infeksi Thelazia Californiensis Infeksi Loa Loa (Konjungtivitis Butcher) Infeksi Taenia Solium

• Habitat alami cacing • L loa adalah cacing • Ascaris dapat • Parasit ini jarang
gilig ini adalah pada mata di afrika menimbulkan sejenis menimbulkan
mata anjing • Cacing ini hidup di konjungtivitis berat konjungtivitis,
• Infeksi aksidental jaringan ikat manusia • Penularan melalui • konjungtiva yang
dan kera terkena menampilkan
pada saccus cairan jaringan tubuh suatu kista
• Cacing dewasa
conjungtivalis kemudian bermigrasi ke yang mengandung subkonjungtiva
manusia pernah juga palpebra, konjungtiva, mikrofilaria • Diagnosis berdasarkan
terjadi atau orbita mengenai mata atas uji fiksasi
• Penyakit ini dapat • Diagnosis ditegakan • Kejadian ini bisa komplemen atau uji
disembuhkan secara dengan menemukan diikuti oleh presipitasi atau temuan
efektif dengan cacing atau dengan konjungtivitis toksik organisme dalam
menyingkirkan cacing menemukan mikrofilaria yang nyeri dan berat saluran cerna
dari saccus dalam darah • Pengobatan terbaik
• Pengobatannya adalah eksisi lesi dan
konjungtivalis dengan • Diethylcarbamazine berupa irigasi cepat
dengan dosis 2mg/kgBB mengobati keadaan
forceps. dan menyeluruh intestinalnya dengan
dibagi 3 dosis atau
150-500mg seharinya pada saccus albendazole 400mg
selama 14 hari. conjungtivalis single dosis tunggal
selama 3 hari.
Konjungtivitis Alergika
Konjungtivitis “Hay Fever”
 Merupakan radang konjungtiva non-spesifik ringan umumnya menyertai hay

fever (rinitis alergika)


 Pasien mengeluh gatal, kemerahan, mata berair, dan sering mengatakan

seakan-akan matanya akan tenggelam dalam jaringan sekitarnya.


 Terdapat injeksi ringan di konjungtiva palpebralis dan konjungtiva bulbaris

 Pengobatan dilakukan dengan penetesan vasokontriktor-antihistamin


topikal.
 Kompres dingin
Konjungtivitis Alergika
Keratokunjungtivitis Vernal
 Konjungtivitis allergi yang berulang khas musiman, bersifat bilateral

 Sering ditemukan pada anak laki yang berusia kurang dari 10 tahun

 Terdapat dua tipe konjungtivitis vernal yaitu tipe palpebral dan tipe limbal

 Tipe Palpebral. Terutama mengenai konjungtiva palpebra superior yaitu

terdapat pertumbuhan papil yang besar yang disebut cobble stone.


 Tipe Limbal. terjadi hipertrofi limbal yang membentuk jaringan hiperplastik

gelatine, bintik-bintik yang sedikit menonjol, keputihan, yang dikenal sebagai


Horner-Trantas dots
Konjungtivitis Alergika
Keratokunjungtivitis Vernal

Cobblestone Papillae Horner Trantas Dots


Konjungtivitis Alergika
Keratokunjungtivitis Vernal
 Pasien umumnya mengeluh sangat gatal dengan kotoran mata yang

berserat-serat.
 Biasanya terdapat riwayat alergi di keluarga (hay fever, eksim, dll).

 Keratokonjungtivitis vernal adalah penyakit yang sembuh sendiri.


Dapat diterapi dengan kombinasi antihistamine.
Konjungtivitis Alergika : Atopik
• Pasien dermatitis atopik (eksim) sering kali juga menderita
keratokonjungtivitis atopik.

• Tanda dan gejalanya adalah sensasi terbakar, pengeluaran


sekret mukoid, merah, dan fotofobia.

• Tepian palpebranya eritematousa, dan konjungtiva tampak putih


seperti susu. Pada kerokan konjungtiva menampakan eusinofil

• Terapi dengan topikal jangka panjang obat penstabil sel mast,


dan antihistamin per oral. Steroid topikal
Konjungitivitis Kimia atau Iritatif
Konjungtivitis Iatrogenik Akibat Pemberian Obat Topikal

• Konjungtivitis folikular toksik , pembentukan parut, pemebrian jangka panjang


dipiverin, miotik, idoxuridine, neomycin, dll dengan bahan pengawet atau
vehikulum yang toksik atau yang menimbulkan iritasi.

• Jika produksi air mata berkurang akibat iritasi yang kontinu, konjungtiva bisa
cidera lebih lanjut karena berkurangnya pengenceran terhadap agen perusak

• Kerokan konjungtiva sering mengandung sel-sel epitel berkeratin, sejumlah


neutrofil polimorfonuklear, dan sesekali ada sel berbentuk aneh.

• Pengobatan dengan penghentian agen penyebab


Konjungitivitis Kimia atau Iritatif
Konjungtivitis Karena Bulu Ulat (Oftalmia Nodosum)

• Terkadang ulat bulu masuk ke dalam saccus


conjungtivalis dan membentuk granuloma

• Pada pembesaran, setiap granuloma tampak


mengandung sebuah benda kecil

• Penanganan yang efektif dilakukan dengan


mengeluarkan bulu satu-persatu.

Anda mungkin juga menyukai