S Disusun Oleh:
Anggi Tridinanti Putri
(030.15.022)
Pembimbing:
dr. Dian Mulyawarman, Sp. M
Konjungtivitis
01 02 Trakhoma
Neonatal
• Konjungtivitis Chlamydia
• Konjungtivitis Gonococcus
Konjungtivitis
03
Chlamydia dewasa
Konjungtivitis Gonore
• Etiologi Neisseria gonorrhoea merupakan kuman
yang sangat patogen, virulen dan bersifat invasif
• Infeksi pada neonatus didapat pada jalan lahir,
sedangkan pada dewasa penularan dari penyakit
kelamin
• Gejala konjungtiva kaku dan sakit pada
perabaan, kelopak mata membengkak dan kaku
sehingga sukar dibuka, terdapat sekret kental
(stadium supuratif), perdarahan terjadi karena
edema konjungtiva (pecahnya pembuluh darah
konjungtiva), pembesaran kelenjar preaurikuler
Konjungtivitis Gonore
• Penegakkan Diagnosis Kerokan mata yang purulen dengan pewarnaan Gram diperiksa
dibawah mikroskop (terdapat sel PMN dalam jumlah banyak)
• Tatalaksana:
a. Tanpa Penyulit
Topikal : Salep mata Tetracycline HCL 1% atau Ciprofloxacin 0.3% (minimal 6x/hari
pada neonatus. Dewasa diberikan sedikitnya tiap 2 jam sekali dilanjutkan sampai 5 kali.
Sistemik : Dewasa diberikan Penicillin G 4.8 juta IU IM dalam dosis tunggal +
Probenecid 1 gram per oral atau Ampicilin dosis tunggal 3.5 gram per oral. Pada
neonatus dan anak-anak Inj. penicilin dosis 50.000-100.000 IU/kgBB
b. Penyulit pada kornea
Topikal : Ciprofloxacin 0.3%, cara pemberian, hari 1 : 1-2 tetes setiap 15 menit
selama 6 jam selanjutnya 2 tetes setiap 30 menit, hari 2 : 2 tetes tiap 1 jam, hari 3 : 2 tetes
tiap 4 jam. Obat-obatan topikal lain, Bacitracin, Vancomycin, Chepaloridin, Gentamycin.
Siklopegik (Scopolamin 0.25%) 2-3x setiap hari untuk menghilangkan nyeri karena spasme
siliar dan mencegah sinekia. Apabila ada bahaya perforasi yang mengancam (descemetocele )
dapat dilakukan operasi flap konjungtiva “ partial conjunctivall bridge flap”
Trakhoma
• Infeksi pada mata yang disebabkan oleh bakteri Chlamydia trachomatis
• Penularan terjadi dari mata ke mata, Sebagian kecil diperantarai oleh
serangga (lalat)
• Keluhan awal sensasi benda asing, mata merah dan berair, sekret
mukopurulen
• Pemeriksaan oftalmologi terbentuk folikel di konjungtiva tarsal superior.
Folikel berukuran besar, menjadi nekrotik, dan menyembuh dengan sequele
berupa sikatriks. Gejala sikatriks (bentuk linear/Art line atau depresi limbus
(Herber pits). Jaringan parut pada ductus kelenjar lakrimal dan konjungtiva
membuat defisiensi air mata (aquos humor) dan hambatan aliran air mata
Trakhoma
1. Konjungtivitis
2. Demam farikonjungtiva:
disebabkan oleh adenovirus
tipe 3, 4, 7 (demam, sakit
4.
folikular akut non- kepala, faringitis, Konjungtivitis
spesifik (gejala konjungtivitis folikular dan adenoviral
umum ringan) adenopati preaurikuler) kronik/relaps:
jarang terjadi
ditandai dengan papil
3.
Keratokonjungtivitis epidemik:
atau folikel non-
disebabkan oleh adenovirus tipe 8,
spesifik
19, 3. Tampilan klinis berat
(folikel, kemosis konjungtiva,
petechiae, terkadang
subconjungtival bleeding disertai
defek kornea
Konjungtivitis HSV
Tanda dan Gejala: pelebaran pembuluh darah unilateral,
iritasi, sekret mucoid, nyeri dan fotofobia ringan. Pada kornea
tampak lesi epithelial bercabang banyak (dendritik). Vesikel
herpes muncul di palpebra disertai edema palpebra
Etiologi:
Coxackie virus A24.
Tanda dan Gejala: Tatalaksana:
Inkubasi:
Kedua mata terasa sakit, Self-limiting disease, hanya
8-48 jam dan
fotofobia, sensasi benda asing, berupa simptomatik. AB
berlangsung singkat
lakrimasi, merah, edema spektrum luas, sulfasetamid
5-7 hari
palpebra, hemoragik (untuk mencegah infeksi
subkonjungtiva (umumnya skeunder)
difus, awalnya bintik-bintik
dimulai superior menyebar ke
bawah), sekret seromukus
KONJUNGTIVITIS ALERGI
Keratokonjungtivitis vernal
Onset umum anak usia 7
tahun, sering terjadi pada
laki-laki
Peradangan konjungtiva
bilateral dan berulang
(recurrence) yang khas, dan
merupakan suatu reaksi alergi.
Dikenal sebagai “konjungtivitis Didasari reaksi Tanda dan gejala:
musiman” hipersensitivitas tipe I dan Mata gatal. perih dan
IV keratokonjungtivitis berair, sering berkedip,
atopik fotofobia, sensasi benda
asing, terbentuk sekret
mucoid
Keratokonjungtivitis Vernal
Tampilan klinis pada konjungtiva:
1
Tipe palpebral:
Hiperemia konjungtiva dan hipertrofi papil difus pada
tarsus superior, papil yang terbentuk berukuran besar
(cobblestone atau giant papillae)
2
Tipe limbal:
Limbus menebal disertai beberapa tonjolan. Dapat
ditemukan Horner-Trantas (bintik putih merupakan
kumpulan sel epitel dan eosinophil yang berdegenerasi)
Adenopati preauricular Langka Biasanya ada Tidak ada Hanya ada pada
konjungtivitis inklusi
Pewarnaan kerokan
konjungtiva dan eksudat Bakteri, PMN Monosit Eosinofil PMN, plasma
Sakit tenggorokan & demam Kadang-kadang ada Kadang-kadang ada Tidak pernah ada Tidak pernah ada
DAFTAR PUSTAKA
1. Sitorus Rita S, Ratna Sitompul, Syska Widyawati, Anna P. Bani. Buku Ajar Oftalmologi.
Edisi 1. Jakarta: Badan Penerbit FK UI. 2017; h. 109-17
2. Ilyas S, Yulianti SR. Ilmu Penyakit Mata. Edisi 5. Jakarta: Badan Penerbit FK UI. 2015
3. Kementerian Kesehatan RI. Panduan Praktik Klinis Bagia Dokter di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan Primer. 2014
4. Vaughan DG, Asbury T, Riordan, Eva P. Oftalmologi Umum. Edisi 17. Jakarta: EGC.
2017