LAPORAN KASUS
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. W.S
Umur : 65 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Tulung, Magelang.
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Status Menikah : Menikah
Tanggal masuk poli : 16 September 2014
Nomor RM : 00-20-xx
B. ANAMNESIS
Keluhan Utama
Sering nrocos pada mata sebelah kiri
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke poli mata RST dr. Soedjono Magelang dengan
keluhan sering keluar air mata (nrocos) di mata sebelah kiri yang sudah
dirasakan sejak 1 minggu ini, disertai keluar kotoran tetapi sedikit (normal
seperti biasa), tidak pedih, tidak ngeres (mengganjal) dan tidak ada
gangguan penglihatan. Sering keluar air mata dirasakan sewaktu-waktu
dan tidak ada hal yang membangkitkanya tetapi lebih sering ketika
menatap sesuatu lama (nonton televisi dan membaca). Keluhan tidak
dirasakan pada mata sebelah kanan. Keluhan mata kiri yang sering keluar
air mata (nrocos) belum pernah diobati sebelumnya. Selain itu pasien juga
merasa mata cepat lelah dan sakit kepala jika membaca terlalu lama,
sebelumnya pasien sudah menggunakan kacamata baca sejak 1 tahun yang
lalu (+2,00), namun sekarang kacamata baca sudah tidak nyaman lagi
ketika dipakai.
Riwayat Penyakit Dahulu
o Sebelumnya pasien tidak pernah sakit seperti ini ( keluar air mata
terus-menerus ).
o Riwayat trauma benda asing pada mata (kornea) disangkal.
o Riwayat adanya peradangan pada saluran pernafasan (hidung dan
traktus respiratorius bagian atas) disangkal.
o Riwayat alergi pada penderita disangkal.
o Sebelumnya 1 tahun yang lalu sudah pernah memakai kacamata
baca (+2,00).
Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada anggota keluarga yang memiliki keluhan serupa.
Riwayat Sosial Ekonomi
Kesan ekonomi cukup, biaya ditanggung oleh BPJS
C. PEMERIKSAAN FISIK
Status Umum
Kesadaran : Compos mentis
Aktivitas : Normoaktif
Kooperatif : Kooperatif
Status gizi : Baik
Vital Sign
TD : 110/70 mmHg
Nadi : 80 x/menit
RR : 18 x/menit
Suhu : 36,50C
Status Ophthalmicus
Diameter ± 3 mm ± 3 mm
Reflek pupil (+) (+)
Bentuk Bulat Bulat
9. Lensa
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Nasal endoskopi digunakan untuk menilai aliran air mata. Keuntungan
nasal endoskopi adalah hanya membutuhkan waktu beberapa menit untuk
menilai anatomi hidung.
2. Contrast dracyosystography dan dracyoscintiagraphy. bertujuan untuk
menilai anatomi dan fungsi sistem lakrimal. Kontras radioopak disuntikan
kemudian dilakukan pencitraan dan dapat digunakan untuk menilai level
obstruksi
3. CT-scan dan MRI
CT-scan dan MRI digunakan pada pasien yang memiliki riwayat trauma
cranio-facial, deformitas tulang wajah
E. DIAGNOSA BANDING
Oculus Sinister
Obstruksi duktus nasolakrimal Ditegakan karena terdapat gejala epifora,
adanya sedikit sekret dan dari tes anel (-).
Obstruksi duktus nasolakrimal kongenital, disingkirkan karena tidak
ditemukan epifora sebelumnya (sejak lahir) misal penderita dengan
pungtal atresia.
Dakriosistitis akut, disingkirkan karena tidak ada tanda peradangan dan
pembengkakakn dari sakus lakrimalis.
Lakrimasi, disingkirkan karena kelaur air mata yang berlebihan hanya
pada salah satu mata dan tidak disebabkan karena stimulasi psikis, cahaya
dan pearadangan pada hidung.
Oculus Dexter Sinister
ODS Presbiopia Ditegakan karenan usia pasien 65 tahun, pasien
merasa mata cepat lelah dan sakit kepala jika membaca terlalu lama,
sebelumnya pasien sudah menggunakan kacamata baca sejak (+2,00)
ODS Hipermetropia Disingkirkan karena penderita tidak mengeluh
pandangan jauh dekat terasa kabur dan dikoreksi dengan lensa sefiris
negative.
ODS Miopia Disingkirkan karena tidak ditemukan gejala melihat jarak
jauh penglihatanya menjadi kabur dan dikoreksi dengan lensa sefiris
negative.
F. DIAGNOSA
OS Obstruksi ductus nasolakrimalis, ODS Presbiopia.
G. TERAPI
Medikamentosa
Non-Opeartif
o Topikal
o Oral
Amoksisilin 500mg tab
S 3.d.d. tab 1
Operatif
1. Intubasi dan Pemasangan Sten
2. Dracyocystorhinotomy
Non medikamentosa
Kompres air hangat dengan penekanan
Penggunaan kacamata :
o Presbiopia : ODS add S + 3,00
H. EDUKASI
Untuk Obstruksi ductus Nasolacrimalis
Menjelaskan pada penderita bahwa penyebab dari mata kiri sering
nrocos adalah dikarenakan adanya sumbatan di saluran pembuangan
kelenjar air mata.
Bila adanya sumbatan dikarenakan adanya benda kecil dapat
dikeluarkan dengan mengalirkan cairan ke saluran kelenjar air mata.
Bila sumbatan bersifat besar dapat dilakukan tindakan operatif untuk
memperlancar saluram pembuangan kelenjar air mata.
Sumbatan yang hanya pada salah satu sisi dan tidak menyebabkan
sumbatan pula di sisi yang sehat kecuali jika sudah ada infeksi
Bila keluhan dibiarkan lama dapat menimbulkan komplikasi yang
lebih lanjut seperti adanya infeksi di saluran pembuangan kenjar air
mata
Untuk Presbiopia
Menjelaskan bahwa penurunan tajam penglihatan yang dialami salah
satunya disebabkan oleh melemahnya otot mata karena usia tua
Menjelaskan bahwa penurunan tajam penglihatan yang terjadi
dapat diperbaiki dengan kaca mata baca
Menjelaskan bahwa penurunan tajam penglihatan yang terjadi dapat
terjadi perubahan terus sehingga pasien harus sering kontrol dan
menyesuaikan ukuran kaca mata baca pasien dengan pertambahan usia.
I. PROGNOSA
Prognosis Oculus Dexter Oculus Sinister
Quo ad visam Dubia ad Bonam Dubia ad Bonam
Quo ad sanam Dubia ad Bonam Dubia ad Bonam
Quo ad functionam Dubia ad Bonam Dubia ad Bonam
Quo ad vitam Dubia ad Bonam Dubia ad Bonam
Quo ad kosmetikam Dubia ad Bonam Dubia ad Bonam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. OBSTRUKSI DUKTUS NASOLAKRIMALIS
2.1.1 Definisi
Obstruksi duktus nasolakrimal adalah sumbatan pada saluran yang
menghubungkan dari salah satu sakus lakrimal ke bagian anterior meatus inferior
dari hidung, tempat mengalirnya air mata ke hidung. Sesuai dengan fungsi ductus
nasolakrimal sebagai tempat mengalirnya air mata dari sakus lakrimal ke nasal
cavity, obstruksi pada ductus nasolakrimal menyebabkan air mata yang mengalir
berlebihan secara abnormal pada pipi (epifora).
Penyebab lainnya adalah tidak ada punctum pada kelopak mata atas dan
bawah, stenosis, infeksi, dan tulang hidung yang mengobstruksi saluran air mata
saat memasuki hidung.3
4. Traumatik
a. Iatrogenic : scar yang timbul akibat pembedahan misalnya pada
probing saluran lakrimal, dekompresi orbita, paranasal, nasal,
craniofacial.
b. Non-iatrogenik.
5. Mekanik.
a. Benda asing intraluminal merupakan penyumbatan akibat benda
asing di dalam saluran air mata seperti dacryolith,
b. Kompresi dari luar adanya benda saing diluar menghambat
pengeluaran air mata dari salurannya misalnya rhinolith, benda
asing di hidung, mucocelle.
2.1.3 Patofisiologi
Obstuksi duktus nasolakrimalis primer lebih tinggi pada wanita dan pada
usia lanjut. Hal ini disebabkan anatomi fossa lakrimal bagian bawah dan duktus
nasolakrimal bagian tengah. Terdapat perubahan dimensi anteroposterior pada
tulang canal nasolakrimal pada pasien osteoporosis. Hal lain yang mempengaruhi
terjadinya obstruksi adalah fluktuasi hormon, menstruasi, dan sistem imun.
Perubahan hormon menyebabkan perubahan secara general re-epitelisasi di tubuh
termasuk di sakus dan duktus nasolakrimal.6
Beberapa hal yang menjadi manifetasi klinis obstruksi duktus nasolakrimal antara
lain:6
1. Epifora.
2. Iritasi.
3. Pandangan kabur yang disebabkan penambahan meniskus air mata.
4. Dacryosistitis, konjungtivitis, pemphigus okular yang bersifat rekuren.
5. Sisi medial kantus yang nyeri dan bengkak.
- Observasi umum :
o Aliran air mata
o Massa yang menonjol pada sakus lakrimal atau area medial kantus.
o Sekret bola mata yang mukoid atau purulen (sering tidak terjadi regurgitasi
karena fungsi katup Rossenmuler.
o Tes regurgitasi : keluarnya cairan mukoid setelah penekanan pada lakrimal
menunjukan terdapat obstruksi pada nasolakrimal.
- Pada slit lamp ditemukan:
o Tear meniskus dengan cairan flourensence, positif bila >2mm
o Stenosis puntal.
o Kanalikulitis
Tujuan nya untuk menilai terdapat atau tidak keadekuatan aliran air mata,
terutama yang bersifat unilateral. DDT sulit dilakukan pada anak-anak karena
diperlukan sedasi dalam melakukan irigasi lakrimal.
Bila hasil DDT normal kemungkinan kecil adanya obstruksi aliran air
mata. Namun, penyebab obstruksi yang bersifat intermiten seperi alergi,
dacryolith, obstruksi intranasal tidak dapat disingkirkan.
Tes Jones II ( Dye test sekunder) dilakukan bila asil tes Jones I negatif.
Caranya hampir sama dengan tes Jones I yaitu: 11,13
- Diagnostic probing
- Uji Anel
Caranya pasien duduk atau tidur mata diberi tetes anastetik dan ditunggu
sampai rasa pedas hilang lalu pungtum lakrimalis diperlebar dengan dilator. Jarum
anel dimasukan horizontal melalui kanalikuli sampai masuk sakus lakrimal
kemudian dimasukan garam fisiologik ke dalam sakus. Pasien ditanya apakah
terasa ada sesuatu pada tenggorokan dan apakah terlihat reaksi menelan berarti
garam fisiologik masuk tenggorokan. Hal ini menunjukan fungsi ekskresi normal
sebaliknya bila tidak ada refleks menelan dan garam fisiologik keluar melalui
pungtum lakrimal berarti ada sumbatan pada sistem ekskresi lakrimal atau duktus
nasolakrimal tertutup.13
- Uji Floresein
Pemeriksaan ini sederhana dan hanya dapat dilakukan untuk satu sisitem ekskresi
lakrimal pada satu kali pemeriksaan. Caranya dengan meneteskan satu tetes
flouresein pada satu mata. Pasien diminta berkedip nenerapa kali. Pada akhir
menit ke enam, pasien diminta bersin dan menyekanya dengan tisu atau pasien
diminta meludah maka jika sistem eksresi lakrimal baik maka akan terlihat adanya
zat warna yang menempel pada kertas tisu baik dari hidung maupun dari mulut.13
- Nasal endoskopi
Nasal endoskopi digunakan untuk menilai aliran air mata. Keuntungan
nasal endoskopi adalah hanya membutuhkan waktu beberapa menit untuk menilai
anatomi hidung.
- Contrast dracyosystography dan dracyoscintiagraphy.
Contrast dracyosystography dan dracyoscintiagraphy bertujuan untuk
menilai anatomi dan fungsi sistem lakrimal. Kontras radioopak disuntikan ke satu
atau kedua sistem kanalikular kemudian dilakukan pencitraan pada menit ke-10.
Pencitraan tersebut selain dapat digunakan untuk menilai level obstruksi, dapat
juga digunakan untuk menilai keterlambatan perkembangan sakus lakrimal,
deteksi tumor. Dracyoscintiagraphy digunakan bila hasil tes irigasi sistem
lakrimal berubah-ubah. Kerugiannya tidak menggambarkan anatomi hidung yang
sesungguhnya.11,13
- CT-scan dan MRI
CT-scan dan MRI digunakan pada pasien yang memiliki riwayat trauma
cranio-facial, deformitas tulang wajah kongenital, dan kemungkinan neoplasia. 11
2.1.7 Tatalaksana
2. Dracyocystorhinotomy
Dracyocystorhinotomy (DCR) adalah suatu tindakan bedah yang bertujuan
untuk membuat anastomosom antara sakus lakrimal dan kavitas nasal
melalui ostium tulang. DCR dilakukan bila terdapat infeksi rekuren
dracyosistitis, refluks muokoid kronik, nyeri pada sakus lakrimalis, dan
epifora yang mengganggu.11
Terdapat beberapa macam variasi dari tindakan bedah DRC yakni:
a. Pendekatan eksternal (transkutaneus)
2.1.8 Prognosis
2.1.9 Komplikasi
Mukokel
Dermatitis (pada kelopak mata)
Selulitis
Granuloma pyogenik
Dracyocystitis
2.2 PRESBIOPIA
2.2.1 Definisi
Makin berkurangnya kemampuan akomodasi mata sesuai dengan makin
meningkatnya umur. Kelainan ini terjadi pada mata normal berupa gangguan
perubahan kencembungan lensa yang dapat berkurang akibat berkurangnya
elastisitas lensa sehingga terjadi gangguan akomodasi.
Berikut ini gambar ilustrasi pembentukan bayangan pada penderita
presbiopia.
2.2.3 Patofisiologi
Pada mekanisme akomodasi yang normal terjadi peningkatan daya refraksi
mata karena adanya perubahan keseimbangan antara elastisitas matriks lensa
dan kapsul sehingga lensa menjadi cembung. Dengan meningkatnya umur
maka lensa menjadi lebih keras (sklerosis) dan kehilangan elastisitasnya
untuk menjadi cembung, dengan demikian kemampuan melihat dekat makin
berkurang.
2.2.4Gejala Klinis
o Akibat gangguan akomodasi ini maka pada pasien berusia lebih dari 40 tahun,
akan memberikan keluhan setelah membaca yaitu berupa mata lelah, berair
dan sering terasa pedas.
o Karena daya akomodasi berkurang maka titik dekat mata makin menjauh dan
pada awalnya akan kesulitan pada waktu membaca dekat huruf dengan
cetakan kecil.
o Dalam upayanya untuk membaca lebih jelas maka penderita cenderung
menegakkan punggungnya atau menjauhkan obyek yang dibacanya sehingga
mencapai titik dekatnya dengan demikian obyek dapat dibaca lebih jelas.
o Presbiopia timbul pada umur 45 tahun untuk ras Kaukasia dan 35 tahun untuk
ras lainnya.
2.2.5 Pemeriksaan
a. Alat
- Kartu Snellen
- Kartu baca dekat
- Seuah set lensa coba
- Bingkai percobaan
a. Teknik
- Penderita yang akan diperiksa penglihatan sentral untuk jauh dan diberikan
kacamata jauh sesuai yang diperlukan (dapat poitif, negatif ataupun
astigmatismat)
- Ditaruh kartu baca dekat pada jarak 30-40 cm (jarak baca)
- Penderita disuruh membaca huruf terkecil pada kartu baca dekat
- Diberikan lensa positif mulai S +1 yang dinaikkan perlahan-lahan sampai
terbaca huruf terkecil pada kartu baca dekat dan kekuatan lensa ini
ditentukan
- Dilakukan pemeriksaan mata satu per satu
b. Nilai
Ukuran lensa yang memberikan ketajaman penglihatan sempurna
merupakan ukuran lensa yang diperlukan untuk adisi kacamata baca.
Hubungan lensa adisi dan umur biasanya: 40 sampai 45 tahun – 1.0 dioptri
45 sampai 50 tahun – 1.5 dioptri
50 sampai 55 tahun – 2.0 dioptri
55 sampai 60 tahun – 2.5 dioptri
60 tahun – 3.0 dioptri
2.2.6 Penatalaksanaan
Diberikan penambahan lensa sferis positif sesuai pedoman umur yaitu umur
40 tahun (umur rata – rata) diberikan tambahan sferis + 1.00 dan setiap 5
tahun diatasnya ditambahkan lagi sferis + 0.50
Lensa sferis (+) yang ditambahkan dapat diberikan dalam berbagai cara:
1. kacamata baca untuk melihat dekat saja
2. kacamata bifokal untuk sekaligus mengoreksi kelainan yang lain
3. kacamata trifokus mengoreksi penglihatan jauh di segmen atas,
penglihatan sedang di segmen tengah, dan penglihatan dekat di
segmen bawah
4. kacamata progressive mengoreksi penglihatan dekat, sedang, dan jauh,
tetapi dengan perubahan daya lensa yang progresif dan bukan
bertingkat.
DAFTAR PUSTAKA