Anda di halaman 1dari 11

Kelompok 9 :

Fitria Mahanani 06034142 Saktia Harini 06023146


Lina Fauziyati 06023144 Lia Kurniyawati 06023147
Sulistyowati 06023145 Novita Laraswati 06023148

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN
2008
PENDAHULUAN

Kasus 9
Seorang pasien didiagnosa menderita CMV. Oleh dokter pasien diberi obat asiklovir,
bagaimana pendapat anda pengobatan yang diberikan dokter tersebut. Berapa dosis
dan efek samping obat yang tepat? Bagaimana mekanisme kerja obat tersebut?

Apakah CMV itu?


Cytomegalovirus berkaitan erat dengan cacar air dan virus Epstein Barr.
Infeksi CMV bisa terjadi bila ada kontak langsung melalui air liur, darah maupun
urin. Transmisi virus terjadi dengan beberapa cara, misalnya paparan darah ibu ke
janin di uterus, penularan melalui sekresi cairan vagina, ASI, dan hubungan seksual.
Virus hidup ada dalam cairan tubuh pasien CMV. Pasien dengan sistem kekebalan

normal akan mengalami gejala menyerupai flu yang ringan, lesu-letih, dan batuk.

Waktu pertahanan kekebalan menjadi lemah, CMV dapat menyerang beberapa bagian
tubuh. Kelemahan tersebut dapat disebabkan oleh berbagai penyakit termasuk HIV.

Virus sitomegalia (cytomegalovirus/ CMV) adalah infeksi oportunistik. Virus


ini sangat umum. Virus ini diklasifikasikan dalam keluarga virus herpes. Keluarga
virus ini juga termasuk:
 Herpes simpleks (menyebabkan koreng pada mulut dan penyakit kelamin)
 Varicella-Zoster (menyebabkan cacar monyet dan penyakit cacar)
 Eipstein-Barr (menyebabkan mononukleosis dan penyakit myeloproliferatif)

Adanya virus CMV dalam peredaran darah, dapat diketahui dari hasil
pemeriksaan tes laboratorium khusus PCR (Polymerase Chain Reaction),yang
mendeteksi keberadaan DNA. Dahulu (juga sekarang), infeksi CMV juga ditetapkan
dengan pemeriksaan kadar antibodi IgG dan IgM.

CMV ini dapat menyerang beberapa organ antara lain yaitu:


 CMV nefritis (ginjal)
 CMV hepatitis (hati)
 CMV myocarditis (jantung)
 CMV pneumonitis (paru-paru)
 CMV retinitis (mata)
 CMV gastritis (lambung)
 CMV colitis (usus)
 CMV encephalitis (otak)

Karena bisa menyerang hampir semua organ, gejalanya juga amat bervariasi.
Biasanya CMV menyebabkan demam, penurunan jumlah sel darah putih (leukopenia)
dan lesu-letih. Gejalanya dapat ringan hingga berat. Kreatinin dapat meningkat pada
pasien cangkok ginjal dengan infeksi CMV. Infeksi pada paru-paru menimbulkan
sesak dan batuk. Pada sistem cerna, infeksi CMV menyebabkan mual, muntah dan
diare.Ensefalitis CMV dapat menyebabkan kejang, nyeri kepala, dan koma.

Gambar CMV

Bagaimana CMV Diobati?


 Terapi antiretroviral (ART) sudah mengurangi angka penyakit CMV pada
Odha sampai dengan 75 persen.
 ART dapat memperbaiki sistem kekebalan tubuh. Pasien dapat berhenti
memakai obat CMV jika jumlah CD4-nya di atas 100 hingga 150 dan tetap
begitu selama tiga bulan.

Bagaimana Kita Dapat Memilih Pengobatan CMV?


Ada beberapa masalah yang sebaiknya dipertimbangkan jika memilih pengobatan
penyakit CMV aktif:
 Apakah ada risiko pada penglihatan?
 Seberapa efektif pengobatan?
 Bagaimana obat diberikan?
 Apakah terapinya lokal atau sistemik?
 Apa efek sampingnya?

Rumusan Masalah
Berdasarkan kasus di atas, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :
 Keefektifan penggunaan asiklovir untuk terapi CMV
 Mekanisme kerja dan efek samping asiklovir
 Obat yang efektif untuk terapi CMV
 Mekanisme kerja obat tersebut
 Dosis dan efek samping indikasi obat tersebut
 Penatalaksanaan CMV
PEMBAHASAN

Asiklovir dalam kasus??


Asiklovir (ay-SYE-kloe-veer) merupakan obat antivirus yang digunakan untuk
mengobati infeksi akibat virus. Biasanya obat-obatan ini bekerja pada satu jenis atau
kelompok dari infeksi virus. Asiklovir digunakan untuk mengobati gejala-gejala cacar
air (varisela), herpes zoster, infeksi virus herpes pada genital, kulit, otak, dan
membran mukosa (bibir dan mulut), serta infeksi virus herpes pada neonatus.
Asiklovir juga digunakan untuk mencegah infeksi herpes genital kambuhan (rekuren).
Walaupun asiklovir tidak mengobati herpes, tetapi obat ini dapat mengurangi nyeri
dan ketidaknyamanan dan menghilangkan rasa sakit (jika ada) dengan cepat.
Asiklovir juga dapat digunakan pada infeksi virus yang lainnya, akan tetapi obat ini
tidak dapat digunakan pada infeksi virus yang pasti seperti pada common cold.
Asiklovir [9-(2-hidroksietoksimetilguanin)] merupakan obat sintetik jenis
analog nukleosida purin. Sifat antivirus asiklovir terbatas pada kelompok virus herpes.
Asiklovir merupakan prototip sekelompok obat antivirus yang di dalam sel hospes
difosforilasikan terlebih dahulu oleh enzim kinase virus, sebelum bekerja
menghambat sintesis DNA virus herpes. Pada percobaan in-vitro, virus yang paling
sensitive terhadap asiklovir adalah virus herpes simplex-1 (HSV-1, 0.02-0.9 ug/ml),
diikuti oleh virus herpes simplex-2 (HSV-2, 0.03-2.2 ug/ml), virus varicella-zoster
(VZV, 0.8-4.0 ug/ml), virus Epstein-Barr (EBV, 6.0-7.0 ug/ml), dan cytomegalovirus
(CMV, > 20 ug/ml).

Mekanisme kerja asiklovir


Asiklovir memerlukan tiga kali fosforilasi sebelum aktif. Pertama,
disfosforilasi menjadi senyawaan monofosfat oleh kinase timidin yang spesifik untuk
virus, kemudian diubah menjadi senyawaan di- dan trifosfat oleh enzim kinase yang
berasal dari sel hospes. Asiklovir trifosfat menghambat sintesis DNA melalui dua
mekanisme : menghambat deoxyGTP secara kompetitif untuk selanjutnya bereaksi
lebih lanjut oleh polymerase DNA, dengan cara mengikat diri pada cetakan DNA
membentuk kompleks yang tidak mudah lepas, dan memutus pembentukan rantai
DNA virus.
Resistensi terhadap asiklovir dapat muncul pada HSV dan VZV melalui
perubahan kinase thymidine atau polymerase DNA. Kebanyakan isolat klinis resisten
berdasarkan kekurangan aktivitas kinase thymidine, sehingga isolat ini juga resisten
terhadap valasiklovir, famsiklovir, dan gansiklovir. Obat lain seperti foscarnet,
cidovir, dan trifluridine tidak memerlukan kinase thymidine virus, sehingga tetap aktif
terhadap virus yang sudah resisten terhadap asiklovir.

Indikasi
Asiklovir efektif terhadap infeksi virus herpes simplex (VHS) tipe 1 dan 2,
termasuk herpes mukokutaneus jenis kronis dan rekuren pada pasien yang terganggu
fungsi imunologiknya (imunocompromised), juga diindikasikan untuk HSV
ensefalitis, neonatus dan VZV (varicella-zoster virus). Asiklovir topikal dapat
mempersingkat lamanya herpes genital primer tetapi tidak efektif untuk mencegah
rekurensinya. Asiklovir tidak efektif untuk infeksi CMV. Pemberian selama
kehamilan tidak dianjurkan.

Efek samping penggunaan asiklovir


Pada sistem saraf pusat dilaporkan terjadi malaise (perasaan tidak nyaman)
sekitar 12% dan sakit kepala (2%).pada system pencernaan (gastrointestinal)
dilaporkan terjadi mual (2-5%), muntah (3%) dan diare (2-3%). Kelelahan, nyeri
terutama pada sendi, rambut rontok, perubahan daya lihat.
Efek samping yang lebih serius di antaranya : bintik-bintik merah yang
bengkak dan gatal ruam atau kulit melepuh gatal sulit bernafas atau sulit menelan
pembengkakan pada wajah, tenggorokan, lidah, mata, tangan, kaki, pergelangan kaki
atau tungkai bawah serak jantung berdebar kelemahan kulit pucat sulit tidur, demam,
nyeri tenggorokan, menggigil, batuk dan gejala infeksi lainnya, memar atau
perdarahan ang tidak biasa hematuria nyeri atau kram lambung diare berdarah
penurunan produksi urin sakit kepala halusinasi, bingung tingkah laku agresif sulit
bicara mati rasa, seperti terbakar, atau sensasi gatal pada lengan atau kaki
ketidakmampuan sementara untuk menggerakakan bagian badan tremor yang tidak
dapat dikontrol kejang kehilangan kesadaran.

Efektifkah asiklovir untuk terapi CMV ?


Penggunaan asiklovir dikatakan tidak efektif terhadap CMV, karena
enzimnya berbeda. Asiklovir merupakan agen yang paling banyak digunakan pada
infeksi herpes simplex virus.

Obat yang efektif untuk terapi CMV


Pengobatan yang paling sering dikerjakan untuk infeksi CMV adalah
gansiklovir, suatu anti-virus yang lebih baik dibandingkan dengan asiklovir dalam
mengatasi CMV, karena dapat mencegah replikasi virus, akan tetapi tidak dapat
meng-eradikasi virus yang tetap berada di retina. Oleh karena itu pemakaian harus
terus menerus untuk mencegah aktivasi serta mempertahankan agar lesi tidak meluas.
Gansiklovir [9-(1,3 dihidroksi-2-propoksi-metil guanin], analog nukleosida
asiklik dari guanin ini disintesis pada waktu mencari obat antivirus yang efektif
terhadap CMV dengan menghambat replikasi virus in vivo dan dan in vitro.
Gansiklovir adalah derivat asiklovir yang khusus dipergunakan pada infeksi CMV.
Obat ini spesifik untuk CMV yang bekerja dengan menghambat sintesa DNA virus.
Gansiklovir diberikan melalui infus (IV). Dengan pertimbangan biaya dan
kepraktisan, maka dikembangkan formulasi oral agen antivirus ini. Valganciclovir
merupakan prodrug ester oral dari gansiklovir dan valine yang sudah di-approve
untuk pencegahan infeksi CMV pada pasien transplantasi organ padat. Valganciclovir
ekuivalen dengan gansiklovir IV dengan dosis oral yang tepat.

Mekanisme Kerja Gansiklovir


Seperti asiklovir, fosforilasi pertama dilakukan dengan timidin-kinase virus
HSV-1 dan HSV-2 di sel hospes, akan mengganggu replikasi virus karena masuk ke
DNA virus, menghentikan replikasinya (secara in vitro, replikasi VSV juga terhambat,
mungkin dengan mekanisme di atas). Juga terlihat efek antivirus terhadap virus EBV
dan CMV walaupun kedua virus ini tidak mempunyai timidin-kinase. Mekanismenya
tak jelas, diduga fosforilasi pertama terjadi melalui enzim deoksiguanosin kinase
milik virus atau sel hospes. Bentuk trifosfat didapatkan dalam kadar yang lebih tinggi
pada sel yang terinfeksi CMV atau EBV daripada sel yang tidak terinfeksi.

Efek Samping Gansiklovir


Efek samping yang sering dilaporkan adalah supresi sumsum tulang, dapat terjadi
neutropenia dengan < 1000 sel/mm3 pada 40% pasien yang diberikan obat ini. Selain
ini dapat timbul trombositopenia, anemia, gejala gangguan gastrointestinal, bercak
merah dikulit, gangguan fungsi hepar, sindrom neurologi termasuk kejang, halusinasi
dan perubahan mental. Neutropenia di atas biasa terjadi pada minggu kedua terapi dan
kebanyakan bersifat reversibel.

Dosis Gansiklovir
Nama dagang untuk gansiklovir salah satunya adalah Cymevene. Efikasi
Cymevene superior : waktu paruh dalam plasma (T1/2) 16 jam, Konsentrasi 10 kali
lebih tinggi pada sel yang terinfeksi CMV. Dosis 5 mg/kgBB secara infus i.v.,
diberikan setiap 12 jam selama 14 – 21 hari.
Phosphonoformate (Foscarnet), suatu inhibitor virus DNA polymerase, dapat
melewati blood brain barrier dan dikatakan efektif terhadap CMV, dosis 60 mg/kg
BB 3 dd.

Indikasi
Karena toksisitas yang tinggi, gansiklovir hanya diindikasikan untuk kasus
infeksi oleh CMV yang mengancam jiwa atau penglihatan pasien. Terapi pada infeksi
Cytomegalovirus, pada pasien dengan immunocompromised. Biasanya hal ini
terdapat pada pasien Iatrogenic immunosuppresion yang berhubungan dengan
transplantasi organ atau sumsum tulang, pasien AIDS akibat HIV., pasien yang
sedang di kemoterapi, dan kongenital CMV.
Indikasi gansiklovir saat ini hanya retinitis karena CMV. Cymevene dapat
digunakan untuk terapi preventif pada pasien transplant.

Strategi manajemen infeksi CMV


Penatalaksanaan CMV dibedakan menjadi dua, yaitu:
1. Strategi terapi profilaksis
Pengobatan antiviral sebagai tindakan profilaksis bisa jadi akan efektif mencegah
infeksi CMV, karena 60% pasien yang tidak mendapat profilaksis akan mengalami
infeksi CMV.
Strategi terapi profilaksis adalah memberikan ganciclovir sebelum ada gejala
kepada semua pasien transplantasi, tanpa pandang bulu. Artinya tanpa membedakan
pasien risiko tinggi dan rendah. Profilaksis selektif yang hanya memberikan
ganciclovir pada pasien risiko tinggi. Pemberian profilaksis maupun profilaksis
selektif keduanya membawa risiko resisitensi.
2. Strategi terapi preemptif
Strategi terapi preemptif adalah memberikan agen antiviral CMV untuk mencegah
infeksi CMV berdasarkan hasil diagnostik seperti PCR atau antigenaemia pp56 untuk
mendetaksi adanya CMV. Pada strategi terapi ini, pasien yang mendapat terapi
pencegahan jauh lebih selektif. Namun, karena membutuhkan tes yang mahal, maka
ada penambahan biaya logistik.
PENUTUP

Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa :
1. Penggunaaan asiklovir dikatakan tidak efektif terhadap CMV, karena enzimnya
berbeda. Asiklovir merupakan agen yang paling banyak digunakan pada infeksi
herpes simplex virus
2. Pengobatan yang paling sering dikerjakan untuk infeksi CMV adalah
Ganciclovir, suatu anti-virus yang lebih baik dibandingkan dengan asiklovir
dalam mengatasi CMV.
3. Mekanisme kerja ganciclovir dengan menghambat sintesa DNA virus sehingga
replikasi dapat dihambat secara in vitro dan in vivo.
4. Pemberian ganciclovir terhadap penderita CMV dengan dosis 5 mg/kgsecara
infus i.v., diberikan setiap 12 jam selama 14 – 21 hari.
5. Efek samping yang sering dilaporkan adalah supresi sumsum tulang, dapat
terjadi neutropenia dengan < 1000 sel/mm3 pada 40% pasien yang diberikan
obat ini. Selain ini dapat timbul trombositopenia, anemia, gejala gangguan
gastrointestinal, bercak merah dikulit, gangguan fungsi hepar, sindrom neurologi
termasuk kejang, halusinasi dan perubahan mental.

Daftar Pustaka
Anonim. 2005. Farmakologi dan Terapi Edisi IV. Jakarta : UI Press
Tjay,Tan Hoan dan Kirana Rahardja. 2002. Obat – Obat Penting Khasiat,
Penggunaan, dan Efek - Efek Sampingnya. Jakarta : PT Elex Media Komputindo
Kelompok Gramedia
http://exdeath-health.blogspot.com/
http://yosefw.wordpress.com/
http://www.majalah-farmacia.com/
http://www.roche.co.id/images/disease/cmv_vIRUS.jpg
http://spiritia.or.id/
http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/imagepages/1507.htm

Anda mungkin juga menyukai