“RETINITIS CMV”
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK : 4
Pada kebanyakan pasien, retinitis CMV memiliki onset berbahaya yang sering
asimptomatik, dimulai dengan pengaburan visual sementara ("floaters") dan ketidak
pekaan visual, dan akhirnya mengarah ke skotoma geografis dan, mungkin, kebutaan total.
Pada anak harus dibedakan antara infeksi CMV dengan penyakit CMV. Infeksi
CMV didefinisikan sebagai adanya bukti replikasi CMV tanpa adanya gejala dan tanda
CMV, sedangkan penyakit CMV adalah adanya bukti infeksi CMV dengan disertai gejala
CMV. Kultur atau PCR CMV dari sampel urin dan saliva dapat digunakan untuk
mendiagnosis CMV kongenital pada usia <21 hari, sedangkan pada usia 21 hari – 1 tahun
jika hasil positif, diagnosis kongenital atau didapat sangat didasarkan pada gejala klinis.
Sampel dari saliva dapat terkontaminasi virus CMV dari ASI dan pengambilannya cukup
sulit sehingga sampel urin lebih diutamakan untuk penegakan diagnosis. Sampel dari darah
tidak direkomendasikan pada CMV kongenital karena infeksi kongenital jarang sekali
mengalami viremia. Pengambilan sampel dari darah direkomendasikan pada pasien
imunokompromais dengan infeksi CMV karena sampel dari urin dapat menjadi rancu
dengan shedding yang umumnya terjadi tanpa gejala.
D. Pengobatan
Pengobatan yang berhasil untuk CMV pada pasien dengan AIDS membutuhkan
obat khusus terhadap CMV maupun pemulihan fungsi kekebalan melalui penggunaan
terapi antiretroviral (ART). ART harus diteruskan untuk seumur hidup, sementara
pengobatan khusus untuk retinitis CMV diteruskan sedikitnya sampai pemulihan retinitis.
Setelah pemulihan kekebalan sudah mulai dan jumlah CD4 naik di atas 100 (dan umumnya
setelah sedikitnya tiga bulan), kemungkinan reaktivasi retinitis CMV adalah rendah. Oleh
karena itu pengobatan khusus untuk retinitis CMV umumnya hanya dibutuhkan untuk
jangka waktu yang terbatas.
Tabel 1. Rekomendasi tata laksana infeksi CMV pada dewasa (Kemenkes, 2019)
Penghentian terapi:
Penghentian terapi pemeliharaan jika: Pengobatan CMV selama
setidaknya 3-6 bulan dan lesi telah inaktif dan jumlah CD4 > 100 sel/μL
selama 3-6 bulan setelah pemberian ARV.
Setelah penghentian terapi, follow up pemeriksaan oftalmologi
rutin (misalnya setiap 3 bulan) dianjurkan tetap dilakukan untuk deteksi
dini relaps immune recovery uveitis, dan selanjutnya secara periodik setelah
perbaikan imunitas menetap. Terapi pemeliharaan diberikan kembali jika
jumlah CD4 <100 sel/μL.
Retinitis – lesi Berikan satu terapi sistemik di atas selama 3-6 bulan pertama sampai terjadi
perifer perbaikan imunitas pasca-ARV.
Immune recovery Obati semua lesi retinitis CMV sampai ada perbaikan imunitas agar
uveitis meminimalkan ukuran lesi.
Tabel 2. Rekomendasi tata laksana infeksi CMV pada anak (Kemenkes, 2019).
Alternatif :
Foskarnet 60 mg/kg/kali tiap jam atau 90 mg/kg/kali tiap 12 jam IV, selama
14 – 21 hari, dilanjutkan dengan 90 – 120 mg/kg/kali tiap 24 jam untuk
supresi kronik
Tablet valgansiklovir 900 mg per dosis tiap 12 jam, selama 14 – 21
hari
Gansiklovir IV ditambah foskarnet IV dapat dipertimbangkan
sebagai terapi induksi inisial pada pasien anak dengan ancaman
kebutaan
Sidofovir juga digunakan untuk retinitis CMV pada dewasa yang
intoleran dengan terapi lainnya. Dosis induksi pada dewasa ialah 5
mg/mg/kali tiap minggu selama 2 minggu, dilanjutkan terapi
supresi kronik. dosis pada anak belum tersedia
Keterangan :
Dapat menjadi pertimbangan untuk transisi dari valgansiklovir IV
Injeksi gansiklovir atau foskarnet atau sidofovir masih jarang
dilakukan pada pasien anak
Kombinasi gansiklovir dan foskarnet dilaporkan memiliki efek
samping cukup sering
Terapi supresi kronik direkomendasikan sebagai terapi lanjutan
pada dewasa dan anak dengan penyakit sistemik, retinitis, infeksi
SSP, atau penyakit gastrointestinal.
Tabel 3. Recommendations for Treating Cytomegalovirus Infections (America Guidelines,
2019)
America Guidelines, 2019, Guidelines for the Prevention and Treatment of Opportunistic
Infections in Adults and Adolescents with HIV Centers for Disease Control and Prevention,
the National Institutes of Health, and the HIV Medicine Association of the Infectious
Diseases Society of America.
Kemenkes RI, 2019, Nomor HK.01.07/MENKES/90/2019 tentang Pedoman Nasional Pelayanan
Kedokteran Tatalaksana HIV.
Narendran, Kothari, Abhishek, 2014, Prinsip dan Praktek Bedah Vitreoretinal. Japan Medical Ltd.
Wohl DA, Kendall MA, Owens S, Holland G, Nokta M, et al, 2005, The safety of discontinuation
of maintenance therapy for cytomegalovirus (CMV) retinitis and incidence of immune
recovery uveitis following potent antiretroviral therapy. HIV Clin Trials
Web References
https://emedicine.medscape.com/article/1227228-overview diakses pada 2019-10-14 .
Retinitis sitomegalovirus : medlinePlus Encyclopedia. www.nlm.nih.gov . Diakses pada 2019-
10-14 .