Anda di halaman 1dari 2

INFEKSI CITOMEGALOVIRUS (CMV)

Oleh : Muchlis AU Sofro


Akhir-akhir ini dalam pemeriksaan kesehatan rutin sering diperiksa TORCH
(Toxoplasmosis, Rubella, Citomegalovirus, dan Herpes). Hasilnya, tidak sedikit
yang mengidap Citomegalovirus (CMV).
Dengan meningkatnya kasus HIV-AIDS, maka infeksi CMV pun ikut
meningkat. Sebab, CMV merupakan infeksi ikutan (infeksi oportunistik) yang
dapat muncul pada pasien dengan penurunan daya tahan tubuh.
Infeksi CMV bersifat endemic di seluruh dunia, dan dapat terjadi sepanjang
tahun. Manusia merupakan satu-satunya hospes alami yang diketahui dapat
terinfeksi CMV. Penularannya dapat melalui kontak erat dari orang ke orang.
Virus dapat dikeluarkan ke dalam urin, air liur, air susu ibu, dan secret vagina.
Penularannya dapat melalui oral, transfusi darah, transplantasi organ tubuh,
hubungan seksual dan melalui plasenta (dari ibu ke janin).
Infeksi primer umumnya tidak menampakkan gejala, sehingga bersifat subklinis. Setelah terinfeksi,
penderita dapat terus menerus mengeluarkan virus selama bertahun-tahun dan mampu menularkan ke
orang lain terutama bagi penduduk yang tinggal di daerah endemic.
Infeksi CMV dari ibu hamil dapat menular ke janin (kongenital) yang umumnya subklinik , namun 10%
diantaranya menyebabkan kelainan pada janin bahkan menimbulkan kematian.
CMV: Citomegalovirus merupakan virus DNA untai ganda. Virus ini mempunyai genom tervesar diantara
virus yang termasuk dalam family Herpesviridae. Diameter virion CMV sekitar 100-200 nm, memiliki
selubung dengan neokapsid berbentuk
icosahedral yang simetris.
Citomegalovirus (Bhs Yunani: sel yang besar)
mampu beradaptasi di dalam tubuh manusia
sehingga dapat menimbulkan infeksi persisten
(terus menerus) atau laten. Bila ada rangsangan
tertentu akan memicu proses perbanyakan virus
dan menimbulkan serangan infeksi.
Gejala klinis
Umumnya infeksi CMV tidak menimbulkan
gejala. Beberapa gejala penyakit yang mungkin
timbul antara lain berupa: demam yang tidak
teratur selama 3 minggu, letargi (lemah). Kadang
disertai kelainan hematologi (gangguan hasil
laborat darah, seperti anemia dll). Gejala tersebut
dapat hilang secara perlahan.
CMV mampu menyerang organ hepar (hepatitis),
paru (pneumonia), jantung (miokarditis) dan mata (retinitis). Oleh karena itu, gejala yang dapat muncul
bisa mirip penyakit yang ditimbulkannya. Kalau hepatitis: ada mual, muntah, lemas, mudah lelah, air
kencing berwarna kuning. Bila pneumia: panas tinggi, sesak nafas, batuk dan nyeri dada.
Jika timbul retinitis (radang di retina mata) tentu akan menimbulkan keluhan penurunan tajam
penghlihatan. Bahkan ada yang sampai kebutaan. Seringkali pasien CMV justru diketahui setelah
ditemukan gejala yang timbul di organ target CMV (hati, paru, jantung, dan mata).
Diagnosis

Untuk menegakkan diagnosis infeksi CMV dibutuhkan pemeriksaan laboratorium, antara lain
pemeriksaan serologi (metoda ELISA) untuk menentukan peningkatan titer antiboti IgG-IgM anti CMV.
Pada serangan infeksi tahap akut (infeksi akut) biasanya akan dihasilkan IgM anti CMV yang positif.
Sedangkan pada infeksi tahap konvalesen (kesembuhan) maupun infeksi laten (kronik) akan dihasilkan
IgG anti CMV.
Khusus pada pasien yang terinfeksi HIV-AIDS yang mempunyai infeksi ikutan (infeksi oportunistik) CMV
biasanya infeksi CMV sudah berlangsung lama (laten), sehingga agak sulit mendapatkan hasil
pemeriksaan IgM anti CMV. Bila didapatkan IgG anti CMV pada pasien terinfeksi HIV-AIDS maka kita
perlu waspada kemungkinan infeksi laten yang dapat kambuh menjadi infeksi akut berulang.
Penegakan diagnosis infeksi CMV akan lebih baik lagi bila dilakukan pemeriksaan isolasi virus CMV.
Pemeriksaan ini ternyata merupakan cara terbaik untuk mendiagnosis CMV. Isolasi virus dapat dilakukan
dari darah, urin, maupun cairan serviks (mulut Rahim).
Untuk pasien CMV balita (kongenital), maka pemeriksaan yang dilakukan adalah pemeriksaan serologi
darah dari serum anak. Biasanya didapatkan IgM anti CMV yang positif. Untuk konformasi lebih lanjut
bisa dilakukan pemeriksaan isolasi dan pembiakan (kultur) CMV pada kultur sel, teknik hibridisasi dan
adanya badan inklusi intra nucleus yang khas (cytomegalinic cell) dalam jaringan. Sekedar info: bayi
dengan infeksi CMV kongenital dapat mengeluarkan virus CMV yang infektif (mudah menular) dari
orofaring (mulut dan tenggorokan) serta saluran kencing.
Pengobatan
Sampai saat ini belum ada pengobatan yang efektif dan spesifik untuk mengatasi penyakit infeksi CMV.
Penggunaan obat antiviral jenis Gansiklovir atau Valgansiklovir dan foskarnet, yang mampu menghambat
perbanyakan virus biasanya diberikan pada penderita infeksi akut untuk mengobati Retinitis CMV. Sebab
menyangkut organ vital mata. Namun sayang, obat tersebut masih relative mahal.
Yang perlu mendapat perhatian adalah pencegahan bagi wanita hamil dengan hasil IgG-IgM anti CMV
negative sebaiknya berusaha untuk tidak tertular CMV. Caranya? Dengan selalu menjaga kebersihan diri
dengan membiasakan selalu cuci tangan menggunakan sabun atau cairan antiseptic. Mengingat CMV juga
dapat ditularkan melalui hubungan seksual, maka diupayakan untuk menggunakan pengaman pada saat
melakukan hubungan seks. ***
Dr Muchlis AU Sofro, SpPD-KPTI: SMF Penyakit Dalam RSUP Dr Kariadi /FK UNDIP.

Anda mungkin juga menyukai