Anda di halaman 1dari 10

Nama : Windi Datu Aprillia

No : 406172053

ANTI ASMA DAN BRONKODILATOR

Terapi medikamentosa pada Asma

Terapi Pelega (Reliever) Terapi Pengontrol (Controller)

 Agonis beta 2 kerja singkat  Kortikosteroid inhalasi


 Kortikosteroid sistemik  Kortikosteroid sistemik
 Antikolinergik  Sodium kromoglikat
 Aminofillin  Nedokromil sodium
 Adrenalin  Methyl xanthin
 Agonis beta-2 kerja lama
(inhalasi dan oral)
 Leukotrien modifiers
 Antihistamin generasi ke
dua (antagonis – H1)
 dll

A. ANTI MUSKARINIK

Cara kerjanya dengan memblok efek bronkokonstriksi dari asetilkolin pada


reseptor muskarinik M3 yang terdapat pada otot polos saluran nafas

Teradapat 2 jenis obat anti muskarinik :


 Anti muskarinik kerja pendek (SAMA) (contoh : Ipratropium dan
oxitropium)
 Anti muskarinik kerja panjang (LAMA) (contoh : tiotropium,
aclinidium, glycopyrronium
Ipratropium Bromida

Indikasi :

merupakan agen antikolinergik sintetik untuk pengobatan inhalasi pada


bronkospasme akut karena bronchitis kronik dan emphysema.

Mekanisme :

berantagonis dengan kerja asetilkolin pada parasimpatetik, postganglionic,


taut sel-efektor. Setelah terinhalasi, ipratropium akan berikatan pada reseptor
kolinergik pada otot polos bronchial. Ikatan tersebut akan memblokade kerja
bronkrokonstriktor oleh astetilkolin yang dimediasi oleh impuls vagal.
Inhibisi dari tonus vagal akan memicu dilatasi pusat jalan nafas besar
sehingga terjadi bronkodilatasi.

Jika dikombinasikan dengan beta 2 agonis kerja pendek seperti albuterol


maka akan meningkatkan efek bronkodilatasi.

Penggunaan:

Dosis Combivent® aerosol inhalasi digunakan 1 ampul secara nebulisasi


diberikan 4xsehari. Penggunaan inhalasi ini tidak boleh lebih dari 12x dalam
24 jam. Direkomendasikan untuk dilakukan “test-spray” 3 kali sebelum
menggunakan nya (pada pemakaian pertama kali).

Interaksi obat :

Meningkatkan efek bronkodilator teofilin, aminofillin, dan beta 2 agonis :


salbutamol, formoterol

Efek samping :

Gangguan motilitas saluran cerna, mulut kering, sakit kepala, takikardi,


palpitasi, mual, retensi urin, batuk, iritasi lokal.

Kategori kehamilan : B, ipratropium+salbutamol : C


Sediaan :

Inhaler : 20 mcg/semprot : Atrovent®

(Rp. 229.340,-)

Larutan inhalasi 0,025% (0,25 mg/ml) :

Atrovent® (Rp. 303.431,-)

Kombinasi ipratropium Bromida 0,5 mg & salbutamol


sulphate 2,5mg (dalam 1 ampul 2,5 ml) : Combivent®
(Rp. 21.496,-), Atrovent®

Tiotropium Bromida

Merupakan derivate scopolamine dan antagonis kolinergik yang bekerja


sebagai agen bronkodilator, biasa digunakan untuk pengobatan pada COPD.

Mekanisme :

Selama proses inhalasi, tiotropium akan berikatan dan memblokade reseptor


muskarinik M3 pada sel otot polos sehingga mencegah terjadinya kontraksi
otot polos tersebut.

Penggunaan:

Dosis Spiriva : inhalasi 1 kapsil / hari

Dosis spiriva respimat (inhaler) : 2 semprotan diberikan 1 kali sehari,


diberikan pada saat/ waktu yang sama.
Interaksi obat :

Meningkatkan efek bronkodilator teofilin, aminofilin, dan beta 2 agonis :


salbutamol, formoterol. Tidak direkomendasikan digunakan bersamaan
dengan antikolinergik lain.

Efek samping :

Sakit kepala, takikardi, palpitasi, epistaksis, mulut kering, mual, pruritus,


ruam kulit, retensi urin, disuria.

Kategori kehamilan : C

Sediaan :

Kapsul untuk inhalasi : 18 mcg/caps : Spiriva® (Rp. 329.133,-)

Inhaler 2,5 mcg/puff : Spiriva Respimat® (Rp. 804.874,-)


B. GOLONGAN BETA 2 AGONIS
Onset Durasi (lama kerja)
Singkat Lama
Cepat Fenoterol Formoterol
Prokterol
Salbutamol
Terbutaline
Pirbuterol
Lambat - Salmeterol

prinsip kerjanya adalah merelaksasi otot polos jalan napas dengan


menstimulasi reseptor beta 2 adrenergik dengan meningkatkan C-AMP dan
menghasilkan antagonisme fungsional terhadap bronkokonstriksi
Efek bronkodilator dari short acting beta 2 agonis berlangsunng 4-6 jam
sedangkan efek long-acting beta 2 agonis memperlihatkan waktu kerja 12
jam atau lebih.

Salbutamol

Indikasi :

Meredakan bronkospasme pada asma dan obstruksi saluran nafas yang


bersifat reversible.

Mekanisme :

Menstimulasi reseptor beta 2 adrenergik yang merupakan reseptor


predominan pada otot polos bronchial. Stimulasi darpada beta 2 reseptor
akan memicu aktivasi enzim adenyl cyclase ynag membentuk AMP dari
ATP.

Tingginya kadar C-AMP juga menghambat pelepasan mediator


bronkokonstriksi seperti histamine, leukotreine dari sel mast pada saluran
nafas.

Penggunaan:
1. Meredakan bronkospasme dengan obstruksi saluran nafas yang reversible
seperti
a. Asthma bronchial
b. PPOK termasuk bronchitis kronik dan emphysema
2. Exercise yang memicu bronkospasme
a. Sebagai bentuk prevensi
3. Situasi dan kondisi yang diketahui dapat memicu bronkospasme

Kontraindikasi :

Pasien dengan reaksi hipersensitif (urtikaria, rash, angioedema)terhadap


salbutamol, pada pasien dengan takiaritmia kardiak.

Interaksi obat :

Efek antagonis dengan penghambat beta non selektif seperti propanolol,


nadolol, pindolol, aksprenolol, timololm alprenololm penbutolol, sotalol

Dosis :

Oral : Dewasa 3-4 x 4 mg / hari ( lansia dan pasien yang sensitive awal 2
mg)

Anak 0,05-0,1 mg/kgBB/ kali 6-8 jam

Inhalasi aerosol (DPI/MDI) : dewasa 100-200 mcg (1-2 hirupan). Untuk


gejala persisten 3-4x sehari

Anak 100 mcg (1 hirupan) dapat dinaikkan menjadi 200 mcg (2 hirupan)

Inhalasi nebulizer : dewasa dan anak diatas 18 bulan 2,5 mg, diberikan
sampai 4 kali sehari

Efek samping :

Fine tremor, palpitasi, takikardi, sakit kepala, hipokalemi. Namun biasanya


efek samping salbutamol masih dapat diitoleransi

Kategori kehamilan : C

Sediaan :
Tablet/kapsil 2 mg; 4 mg : (Astharol, Azmacon, Brondisal, Fartolin,
Grafallin, Lasal, Suprasma, Salbuven)®

Nebule 2,5 mg : Ventolin Nebules® (Rp. 12.909,-/pcs)

Inhaler 100 mcg/puff : Ventolin Inhaler® (Rp, 137.866,-)

C. GOLONGAN METYL XANTHINE


Teophyphylline (Teofilin)

Merupakan derivate xantin dan efek terpenting xantin adalah relaksasi otot
polos bronkus, terutama bila otot bronkus dalam keadaan konstriksi.
Senyawa teofilin merupakan salah satu obat yang dibutuhkan pada serangan
asma yang berlangsung lama (status asmatikus). Selain itum teofilin dapat
digunakan sebagai profilaksis terhadap serangan asma. Teofilin juga banyak
digunakan pada penyakit PPOK kronik.

Interaksi obat :

Efek meningkat jika diberikan bersama diltiazem, erythromycin,


fluvoxamine, verapamil, ciprofloxacin, norfloxacin,

Efek menurun jika diberikan bersama rifampicin.


Efek samping :

Takikargi, palpitasim mual dan gangguan saluran cerna yang lain, sakit
kepala.

Dosis :

Dewasa : 3x 130-150 mg/hari

Anak 6-12 tahun : 3x65-150 mg/hari p.c

Euphyllin retard : dewasa 2x1tablet sehari.

Kategori kehamilan : C

Sediaan :

Kapsul 130mg : (Bufabron, Bronchophyllin, Theobron)®

Tablet 150 mg : bronsolvan®

Tablet Retard 250mg : euphyllin Retard®;

tablet retard mite 125 ; Euphyllin retard mite® (Rp. 2.683,-/Tab)

Anda mungkin juga menyukai