Anda di halaman 1dari 45

COPD

Chronic Obstruktif Pulmonary Disease

Ardilla Prima N. Dini Anugrahati


Beni Irawan Dini Indah K.
Daviet Dwi K. Diqi Nurhaqi
Delfiani Putri W. Dwi Listianti
Devi Ridya S. Dwina Puspandiah

FARMAKOTERAPI
APOTEKER XXX PAGI
DEFINISI

• COPD adalah sebuah penyakit yang dapat dicegah dan diobati


yang secara umum ditandai oleh keterbatasan aliran udara
yang disebabkan oleh kelainan saluran nafas dan atau alveolar
yang biasanya disebabkan oleh paparan partikel asing atau gas
yang berbahaya.
(Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease, 2018).

• Gejala umum dispnea, batuk kering atau berdahak → pasien jarang


melaporkan gejala tsb.

• Yang termasuk kedalam penyakit COPD :


 Bronkhitis Kronik
 Emfisema
• Bronkhitis kronik adalah sekresi lendir berlebih yang
kronis atau berulang dengan batuk yang terjadi
hampir setiap hari selama minimal 3 bulan dalam
setahun, selama paling sedikit 2 tahun berturut-
turut.

• Emfisema adalah suatu kelainan anatomi paru yang


ditandai dengan pembesaran jalan napas yang
permanen mulai dari terminal bronkial sampai
bagian distal, disertai kerusakan dinding alveoli.
ETIOLOGI & PATOLOGI PPOK
Sumber: GOLD 2018
FAKTOR RESIKO
1. Internal
Faktor genetik
(defisiensi Alfa-1 Antitripsin)
Jenis Kelamin dan Usia
Gangguan pertumbuhan paru-paru
Asma dan hiper reaktif saluran nafas
2. Eksternal
Merokok/asap rokok
Bahan kimia
Polusi udara
Status ekonomi
DIAGNOSIS

Gambaran Klinis
1. Anamnesis
 Keluhan
 Riwayat penyakit
 Faktor prediposisi
2. Pemeriksaan fisis

Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Rutin
2. Pemeriksaan Khusus
DIAGNOSIS
TINGKAT KEPARAHAN
PERBEDAAN DIAGNOSIS PADA COPD
TUJUAN TERAPI COPD
TERAPI COPD

1. Terapi Non Farmakologi


 Menghentikan kebiasaan merokok
 Oksigen ketika pasien mengalami
hipoksemia
 Mengurangi paparan asap rokok,
debu, polutan
 Olahraga
 Perbaikan nutrisi
ALGORITMA COPD
Sumber: Dipiro 2005
KLASIFIKASI PASIEN

Klasifikasi Deskripsi

Pasien dengan gejala intermiten dan resiko rendah untuk


Grup A
terjadinya kekambuhan

Grup B Saat gejala menjadi persisten

Grup C dan D Untuk pasien yang beresiko tinggi terjadinya kekambuhan


ALGORITMA COPD
GOLD 2018
TERAPI FARMAKOLOGI COPD
TERAPI FARMAKOLOGI COPD
TERAPI FARMAKOLOGI COPD
TERAPI FARMAKOLOGI COPD
TERAPI LAIN
TERAPI INTERVENSI
PENGGOLOGAN OBAT

Gol.Obat Sub Kelas Obat Keterangan Mekanisme


Simpatomimetik Short Albuterol, Albuterol, levalbuterol, Relaksasi otot polos jalan
Acting β2 levalbuterol, bitolterol, pirbuterol, dan napas dengan
Agonis bitolterol, terbutalin merupakan SABA menstimulasi reseptor β2
(SABA) pirbuterol, yang lebih baik dibandingkan adrenergik dengan
terbutalin, SABA yang lain seperti meningkatkan C-AMP dan
isoproterenol, isoproterenol, menghasilkan
metaproterenol, metaproterenol, isoetharine antagonisme fungsional
isoetharine karena memiliki selektivitas β2 terhadap bronkokontriksi
yang lebih besar dan aksi
durasi yang lebih lama.

Long Acting Salmeterol, Salmeterol, formoterol, dan


β2 Agonis formoterol, dan arformoterol adalah LABA
(LABA) arformoterol yang diberikan setiap 12 jam
secara terjadwal dan
menyebabkan bronkodilatasi
sepanjang interval pemberian
dosis.
Gol. Obat Sub Kelas Obat Keterangan Mekanisme
Antikolinergik Short Acting Ipratropium Antikolinergik kerja singkat, menghambat reseptor kolinergik
Antikolinergik bromide onset kerja lebih lambat secara kompetitif pada otot polos
(SAMA) daripada SABA (15-20 menit , bronkus yang menyebabkan
albuterol 5 menit). bronkodilatasi.
Long Acting Tiotropium Antikolinergik kerja panjang
Antikolinergik bromide yang melindungi
(LAMA) bronkokonstriksi kolinergik
selama lebih dari 24 jam.
Onset nya 30 menit. ES mulut
kering.
Aclidinium Antikolinergik kerja panjang
bromide yang diberikan dua kali sehari
dengan menggunakan alat
multi-dosis DPI (Dry Powder
Inhaler)
Metilxantin Theophyllin, Metylxantin menghambat
Aminophylline fosfodiesterase  sehingga
meningkatkan kadar cAMP 
Bronkodilatasi
Gol. Obat Sub Kelas Obat Keterangan Mekanisme

Kortikosteroid Budesonide, Mengurangi permeabilitas Mengurangi


Fluticasone kapiler untuk menurunkan permeabilitas kapiler
lendir, menghambat pelepasan untuk menurunkan
enzim proteolitik dari leukosit, lendir, menghambat
dan menghambat prostaglandin. pelepasan enzim
proteolitik dari leukosit,
dan menghambat
prostaglandin.

Phospodiesterase Roflumilast Roflumilast adalah


Inhibitor phosphodiesterase 4 (PDE4)
yang diindikasikan untuk
mengurangi risiko eksaserbasi
pada pasien dengan PPOK berat
yang terkait dengan bronkitis
kronis dan riwayat eksaserbasi.
PENGGOLOGAN OBAT
Pada Kekambuhan

Gol.Obat Sub Kelas Obat Keterangan


Bronkodilator Short Acting β2 Teofilin Peningkatan dosis dan frekuensi bronkodilator
Agonis (SABA) (SABA) selama eksaserbasi akut dapat
memberikan bantuan dan menurunkan gejala.
Short-acting β2-agonis lebih dipilih karena
onset yang cepat. Antikolinergik dapat
ditambahkan jika gejala tetap muncul
meskipun dosis SABA ditingkatkan.

Kortikosteroid Prednison Pasien dengan eksaserbasi PPOK akut


mungkin menerima terapi IV atau
kortikosteroid oral. Meskipun dosis dan durasi
optimal tidak diketahui, prednisone 40 mg per
oral setiap hari (atau setara) selama 10 hingga
14 hari dapat efektif untuk sebagian besar
pasien
Gol.Obat Sub Kelas Obat Keterangan
Antibiotik makrolida Untuk pasien COPD tidak komplikasi.
(azitromisin atau Hindari trimetoprim-sulfametoksazol
klaritromisin), karena meningkatnya resistensi
sefalosporin pneumokokus. Amoksisilin dan
generasi kedua sefalosporin generasi pertama tidak
atau ketiga, atau dianjurkan karena kerentanan β-
doksisiklin. laktamase. Eritromisin tidak
dianjurkan karena aktivitas yang tidak
memadai terhadap H. influenzae.
Co-amoxiclav Untuk pasien COPD komplikasi dimana
atau pneumococci yang resisten terhadap
fluoroquinolone produk betalaktam H.influenzae dan
(levofloxacin, M.catarrhalis dan beberapa bakteri
gemifloxacin, gram negatif
atau
moxifloxacin).
Gol.Obat Sub Kelas Obat Keterangan
Antibiotik Fluoroquinolone Levofloxacin Untuk pasien COPD dengan resiko
terkena Pseudomonas aeruginosa
KASUS 1

1. Bp.SMS (65 tahun) pensiunan karyawan pabrik semen, diantar keluarganya ke RS dengan keluhan
sesak nafas 4 hari yang lalu. Beberapa minggu yang lalu dia pernah mengalami sesak nafas, tapi
dapat terkontrol dengan combivent inhaler. Namun 4 hari terakhir ini, gangguan sesak nafasnya
meningkat sehingga sering menggunakan combivent dibanding biasanya dan disertai batuk-batuk
pada malam hari. Batuknya berdahak disertai dahak kental berwarna hijau kekuningan dan demam.

Riwayat penyakit sebelumnya :


Bp SMS didiagnosa CPOD 3 tahun yang lalu. Dia juga punya penyakit arthritis sejak 2 tahun yang lalu.
Yang diobati dengan cataflam 50 mg BID secara rutin. Gangguan sendinya cukup menyulitkan
koordinasi tangannya ketika menggunakan inhaler. Ia juga tidak begitu patuh menggunakan
combivent inhalernya karena katanya hal itu menyebabkan pandangannya kabur.

Riwayat sosial :
Merokok sejak 18 tahun 1 pak sehari, sudah 3 tahun banyak berkurang tapi masih tetap merokok.

Diagnosa :
Dari berbagai pemeriksaan dan tes fungsi paru , bp SMS didiagnosis eksaserbasi akut (derajat 3).
JAWABAN
Tata laksana terapi
1. Terapi non farmakologis
• Latihan pernafasan dan fisioterapi
• Mengurangi faktor resiko (berhenti merokok)
• Rehabilitasi paru-paru secara comprehensive
• Hidrasi secukupnya minum 8-10 gelas perhari, hindari
susu karena dapat meningkatkan sekresi mukus
meningkat
• Nutrisi yang tepat diet kaya protein dan mencegah
makanan berat sepanjang tidur
2. Terapi farmakologi

• Karena pasien didiagnosa PPOK derajat 3 maka pemberian obat


yang digunakan adalah LABA & ICS. Selain itu, direkomendasikan
pula pemberian antibiotik karena ada infeksi bakteri yang ditandai
dengan batuk berdahak disertai dahak kental berwarna hijau
kekuningan dan badannya demam.

• Kombinasi penggunaan LABA & ICS yaitu inhalasi fluticasone dan


salmeterol.
• Pasien diberikan terapi antibiotik dikarenakan terdapat peningkatan
sputum yang berwarna hijau kekuningan dan pasien mengalami
demam. Antibiotik yang diberikan adalah azithromycin tablet
500mg.
SOAL

1. Seorang pasien umur 61 tahun datang ke rumah sakit dengan


keluhan batuk sudah 1 bulan, sekresi sputum meningkat, demam
dan malaise. Kadang dirasakan sesak tapi tidak mengganggu
aktivitas. Riwayat penyakit tidak ada tapi sudah merokok 30 tahun
yang lalu rata-rata 1 pack/ hari dan dulu pernah lama bekerja di
toko material. Sebelum dokter menegakkan diagnosa COPD pada
pasien ini, diagnosa pembanding spesifik apa yang harus dilakukan
terhadap pasien selain foto Paru (thorax)?
A. Cek darah
B. Cek infeksi
C. Cek urin
D. Cek sputum 3x
E. Rekam jantung

Karena melihat keluhan ada kemungkinan pasien terinfeksi bakteri TBC, dan cek
sputum 3 x sewaktu pagi sewaktu pemeriksaan spesifik untuk TBC
2. Pasien diatas akhirnya didiagnosa COPD oleh dokter,selain
mendapatkan terapi farmakologi, pasien mendapatkan juga
terapi non farmakologi. Terapi non farmakologi yang paling
tepat untuk pasien dimana dapat sangat berpengaruh dengan
perkembangan penyakit adalah:
A. Berhenti merokok
B. Latihan pernafasan
C. Vaksinasi
D. Menggunakan oksigen
E. Diberikan konseling efek samping obat

Karena rokok merupakan salah satu penyebab pasien terkena COPD


3. Pasien B dirawat dan baru didiagnosa COPD dengan
eksaserbasi akut dengan infeksi. Dokter ingin memberikan
antibiotik parenteral dari selafosporin generasi ketiga yang
memang direkomendasikan untuk penanganan COPD seperti
di atas. Antibiotika apa yang tepat diberikan untuk pasien?
A. Cefalexin
B. Cefaclor
C. Cefepim
D. Cefradin
E. Cefoperazon

Cefoperazon adalah salah satu sefalosporin generasi ketiga.


4. Pada pasien di atas, dokter akhirnya menegakkan diagnosa
COPD, kemudian dokter ingin memberikan terapi terapi
Albuterol. Pilihan sediaan paling tepat dan efektif untuk
diberikan kepada pasien adalah?
A. Inhalasi
B. Oral
C. Injeksi
D. Sublingual
E. Sirup

• Karena inhalasi lebih banyak digunakan dari segi efikasi/manfaat dan


menghindari efek tidak diinginkan dari obat.
5. Pasien A umur 65 tahun, mengidap COPD sejak 2 tahun yang lalu, pasien ini
tinggal bersama anak yang bekerja dari pagi sampai malam dan pasien
mengalami gejala Pelupa. Sebelumnya pasien mendapatkan salmeterol
inhaler yang diberikan dosis 2 x sehari oleh dokter. Saat kontrol ke dokter
pasien mengeluh sering lupa menggunakan obat karena kalau pagi pasien
dibantu anak sedangkan malam sudah tidur anak baru pulang kerja. Terapi
pengganti apa yang bisa diberikan untuk membantu pasien taat
menggunakan obat?
A. Formoterol
B. Arformoterol
C. Albuterol
D. Indacaterol
E. Terbutalin

Indacaterol adalah obat ultra long acting yang bisa diberikan hanya 1 x dosis sehari.
6. Pasien B 55 tahun, sudah mengidap COPD 4 tahun lamanya dan mendapat
terapi metaproterenol inhalasi. 1 bulan belakangan saat kontrol ke dokter
pasien mengeluh batuk sesak muncul lagi. Kemudian dokter menaikkan
dosis terapi obat. Saat dirumah pasien menghubungi Farmasi dan
mengeluh kalau setelah menggunakan obat merasa jantungnya berdebar-
debar. Kemudian petugas Farmasi menghubungi dokter lalu dokter
memerintahkan stop pemakaian dan ganti terapi obat, rekomendasi obat
pengganti apa yang bisa diberikan oleh Farmasi ke dokter untuk pasien?
A. Isoproterenol
B. Isoetharine
C. Ipraptropium
D. Salbutamol
E. Terbutalin

Terbutalin short acting βagonis lebih selectif dan memiliki durasi kerja lebih
panjang sehingga tidak menstimulasi reseptor β1 di jantung.
7. Seorang pasien baru masuk rumah sakit karena mengalami gejala COPD
seperti batuk 1 bulan dengan sesak kalau aktivitas, sputum kental
berwarna kekuningan,demam, dan malaise. Kemudian dokter
mendiagnosa pasien mengalami eksaserbasi akut. Terapi apa yang paling
tepat diberikan oleh dokter untuk pasien?
A. Β2 agonis + teofilin
B. Teofilin + antikolinergik
C. Kortikosteroid + antikolinergik
D. Antibiotik + kortikosteroid
E. Kortikosteroid + β2 agonis

Kortikosteroid + β2 agonis long acting (fluticason+salmeterol atau


budesonid+formoterol) sangat baik meningkatkan FEV dan mengurangi
frekuensi eksaserbasi akut.
8. Pasien dirawat di rumah sakit dengan COPD dengan eksaserbasi dan
bronchitis kronis. Dokter telah memberikan terapi teofilin dan kombinasi
fluticason dengan albuterol. Kemudian dokter ingin memberikan terapi
tambahan roflumilast dan levofloxacin karena ditemukan bakteri di hasil
kultur dahaknya. Selang berapa jam setelah pemakaian pasien merasakan
denyut jantung meningkat dan berdebar-debar. Obat apa yang
menyebabkan keluhan pasien tersebut ?
A. Teofilin
B. Roflumilast
C. Fluticason
D. Albuterol
E. Levofloxacin

Roflumilast tidak direkomendasikan dengan teofilin karena mekanisme kerja


yang sama dan terjadi duplikasi terapi sehingga efek samping meningkat.
9. Pasien A dengan COPD membawa hasil kultur dahak dan ditemukan
bakteri pneumococcus. Lalu dokter ingin memberikan antibiotic
sebagai terapi tambahan. Terapi antibiotic yang tepat sesuai dengan
bakteri ini adalah?
A. Levofloxacin
B. eritromicin
C. azitromicin
D. sulfamethoxazol trimeptrophim
E. Ciprofloxacin

Levofloxacin sangat efektif menghambat pneumococcus karena


bekerja menghambat topoisomerase type 11 DNA Gyrase, yang
menghambat replikasi dan transkripsi DNA Bakteri.
10. Pasien B sudah 3 bulan ini mengalami COPD tanpa eksaserbasi,
saat kontrol ke dokter, dokter ingin memberikan terapi tambahan
antikolinergik untuk pasien untuk meningkatkan efektifitas terapi.
Antikolinergik apa yang tepat diberikan ke pasien?
A. Ipraptropium bromide
B. Tiotropium
C. Fluticason
D. Budesonid
E. Formoterol

Ipraptropium merupakan pilihan utama antikolinergik yang diberikan


untuk COPD, karena memiliki memiliki efek lebih panjang dari short
acting β agonis.
TERIMAKASIH.......

Anda mungkin juga menyukai