Anda di halaman 1dari 28

A.

NEBULIZER

1. Tujuan Pembelajaran
Setelah mengikuti proses pembelajaran tentang tindakan nebulizer, mahasiswa mampu
melakukan prosedur nebulizer dengan benar dan tepat.

2. Deskripsi
Melakukan nebulasi dengan nebulizer.

3. Tujuan
Nebulasi bertujuan untuk:
1. Membuat sekret menjadi lebih encer dan mudah dikeluarkan
2. Memperlebar jalan napas agar pernapasan menjadi lebih lega
3. Membuat selaput lendir pada saluran napas menjadi lebih lembab
4. Mengobati peradangan pada saluran pernapasan bagian atas
5. Memperbaiki pertukaran gas

4. Indikasi dan Kontraindikasi


Indikasi
Nebulasi dilakukan pada:
1. Klien yang mengalami kesulitan mengeluarkan sekret
2. Klien yang mengalami penyempitan jalan napas (Misal: pada klien dengan asma atau
empisema)

Kontraindikasi
Nebulasi tidak dilakukan pada klien dengan:
1. Tekanan darah tinggi (Autonomic Hiperrefleksia)
2. Nadi yang meningkat atau takikardi
3. Riwayat reaksi yang tidak baik dari pengobatan
5. Konsep yang Mendasari
A. NEBULIZER
1. Definisi
Pengertian Inhalasi Nebulizer :
Inhalasi adalah menghirup udara atau uap ke dalam paru-paru.
Pemberian inhalasi uap dengan obat/tanpa obat menggunakan nebulizer.
Pemberian inhalasi uap dengan obat/tanpa obat melalui saluran pernapasan bagian
atas.
Pengertian Nebulizer :
Nebulizer merupakan alat yang digunakan untuk merubah obat dari bentuk
cair ke bentuk partikel aerosol. Bentuk aerosol ini sangat bermanfaat apabila dihirup
atau dikumpulkan dalam organ paru. Efek dari pengobatan ini adalah untuk
mengembalikan kondisi spasme bronkus.
2. Jenis-jenis nebulizer
Disposible nebulizer, sangat ideal apabila digunakan dalam situasi kegawatdaruratan
di rumah sakit dengan perawatan jangka pendek. Apabila nebulizer di tempatkan di
rumah dapat digunakan beberapa kali, lebih dari satu kali, apabila dibersihkan setelah
digunakan. Dan dapat terus dipakai sampai dengan 2 minggu apabila dibersihkan
secara teratur.
Re-usable nebulizer, dapat digunakan lebih lama sampai kurang lebih 6 bulan.
Keuntungan lebih dari nebulizer jenis ini adalah desainnya yang lebih komplek
sehingga meningkatkan efektivitas dari dosis pengobatan. Keuntungan kedua adalah
dapat direbus untuk proses desinfeksi. Digunakan untuk terapi setiap hari.
3. Model-model Nebulizer :
Nebulizer dengan penekan udara (Nebulizer compressors), memberikan tekanan udara
dari pipa ke tutup (cup) yang berisi obat cair yang akan memecah cairan ke dalam
bentuk partikel-partikel uap kecil yang dapat dihirup secara dalam ke saluran
pernafasan.

Nebulizer ultrasonik (ultrasonic nebulizer), menggunakan gelombang ultrasound,


untuk secara perlahan mengubah dari bentuk obat cair ke bentuk uap atau aerosol
basah.
Nebulizer generasi baru (a new generation of nebulizer), digunakan tanpa
menggunakan tekanan udara maupun ultrasound. Alat ini sangat kecil, dioperasikan
dengan menggunakan baterai, dan tidak berisik.
4. Dosis Nebulizer :

BB Sol. Berotec 0,1% Bisolvon Drops NaCL 0.9%

10 Kg 0,2 ml (4 tts) 1 ml 1,8 ml

15 Kg 0,3 ml (6 tts) 1 ml 1,7 ml

20 Kg 0,4 ml (8 tts) 1 ml 1,6 ml

25 Kg 0,5 ml (10 tts) 1,5 ml 1,5 ml

Dewasa 0,5-0,8 ml (10-16 tts) 1,5 ml 2,3 ml

5. Komplikasi
Ada beberapa komplikasi dari tindakan nebulasi, diantaranya:
Henti nafas.
Dosis yang kurang tepat karena kurang tepat dalam menggunakan alat ataupun
tekniknya.
Kurang dalam pemberian obat karena malfungsi dari alat.
Pemberian dosis tinggi dari beta agonis akan menyebabkan efek yang tidak baik pada
sistem sekunder penyerapan dari obat. Hipokalemia dan atrial atau ventricular
disritmia dapat ditemui pada klien dengan kelebihan dosis.
Spasme bronkus atau iritasi pada saluran pernapasan .
6. Hal-hal yang perlu diperhatikan :
Reaksi klien sebelum, selama dan sesudah pemberian inhalasi nebulizer
Nebulizer harus diberikan sebelum waktu makan
Setelah nebulizer klien disarankan postural drainase dan batuk efektif untuk
membantu dalam pengeluaran sekresi.
B. ASMA
1. Definisi Asma
Asma adalah suatu gangguan pada saluran bronkial yang mempunyai ciri
bronkospasme periodik (kontriksi spasme pada saluran pernapasan) terutama pada
percabangan trakeobronkial akibat adanya stimulus seperti oleh faktor biochemikal,
endokrin, infeksi, otonomik, dan psikologi.
Asma adalah penyakit obstruksi jalan nafas, yang dapat pulih dan intermitten yang
ditandai oleh penyempitan jalan nafas, mengakibatkan dispneu, batuk dan mengi.
Eksarbasi akut terjadi dari beberapa menit sampai jam, bergantian dengan periode
bebas gejala.
2. Klasifikasi Asma
Dibagi berdasarkan penyebab, terbagi menjadi alergi, idiopatik, dan non alergik:
a. Asma alergik/ekstrinsik:
Suatu bentuk asma dengan alergen seperti bulu binatang, debu, ketombe, tepung sari,
dan makanan. Alergen terbanyak adalah airbone dan musiman (seasonal). Klien
dengan asma alergik biasanya mempunyai riwayat pengobatan eksim atau rhinitis
alergik. Paparan terhadap alergi dapat mencetuskan serangan asma. Biasanya pada
anak-anak sampai usia remaja.
b. Idiopatik atau non alergik asma intrinsik
Tidak berhubungan secara langsung dengan alergen spesifik. Faktor-faktor seperti
common cold, ISPA, aktivitas, emosi atau stres dan polusi lingkungan akan
mencetuskan serangan asma. Beberapa agen farmakologi: seperti antagonis
adregenik dan bahan sulfat (penyedap makanan) juga dapat menjadi faktor penyebab.
Bila asma idiopatik sering terjadi dan lebih berat maka dapat menyebabkan bronkitis
dan emfisema. Biasanya asma ini dimulai ketika dewasa (> 35 tahun).
c. Asma campuran (mixed asma)
Merupakan bentuk asma yang paling sering. Dikarakteristikan dengan bentuk kedua
jenis asma alergi dan idiopatik.
Klasifikasi Asma
Derajat Serangan Asma Akut
Derajat I Derajat II Derajat III Derajat IV
Pada istirahat
Masih jalan, Bila bicara
Sesak miring ke
berbaring duduk
depan

Masih dalam
Bicara Kata-kata Kata
kalimat

Mungkin Biasanya Ngantuk,


Kesadaran Gelisah
gelisah gelisah menurun

Frekuensi nafas Meningkat Meningkat 30 x / menit

Otot nafas Tidak Gerakan nafas


Biasanya ada Gelisah
tambahan digunakan paradoks

Sering tidak
Biasanya
Mengi Sedang Nyaring terdengar
nyaring
mengi

Nadi < 100 100-200 >120 Bradikardi

Per (100x/menit) > 80% 60-80% < 60%

Pa O2 tanpa O2 Normal > 60 mmHg < 60 mmHg

Pa O2 <45 mmHg < 45 mmHg 45 mmHg

Sa O2 >95% 91-95% < 90%

3. Penyebab Asma
a. Faktor Ekstrinsik (asma imunologik atau asma alergi)
- Reaksi antigen-antibodi
- Inhalasi alergen (debu, serbuk-serbuk, bulu-bulu binatang)
b. Faktor Intrinsik (asma non imunologi atau asma non alergi)
- Infeksi : parainfluenza virus, pneumonia, mycoplasmal
- Fisik : cuaca dingin, perubahan temperatur
- Iritan : kimia
- Polusi udara : CO, asap rokok, parfum
- Emosional : takut, cemas dan tegang
- Aktivitas yang berlebihan juga dapat menjadi faktor pencetus.

4. Tanda dan Gejala Asma


Gambaran klasik penderita asma berupa sesak nafas, batuk-batuk dan mengi
(whezzing) telah dikenal oleh umum dan tidak sulit untuk diketahui. Batuk-batuk
kronis dapat merupakan satu-satunya gejala asma dan demikian pula rasa sesak dan
berat di dada.
Tetapi untuk melihat tanda dan gejala asma sendiri dapat digolongkan menjadi :
a. Asma tingkat I
Yaitu penderita asma yang secara klinis normal tanpa tanda dan gejala asma atau
keluhan khusus baik dalam pemeriksaan fisik maupun fungsi paru. Asma akan muncul
bila penderita terpapar faktor pencetus atau saat dilakukan tes provokasi bronchial di
laboratorium.
b. Asma tingkat II
Yaitu penderita asma yang secara klinis maupun pemeriksaan fisik tidak ada kelainan,
tetapi dengan tes fungsi paru nampak adanya obstruksi saluran pernafasan. Biasanya
terjadi setelah sembuh dari serangan asma.
c. Asma tingkat III
Yaitu penderita asma yang tidak memiliki keluhan tetapi pada pemeriksaan fisik dan
tes fungsi paru memiliki tanda-tanda obstruksi. Biasanya penderita merasa tidak sakit
tetapi bila pengobatan dihentikan asma akan kambuh.
d. Asma tingkat IV
Yaitu penderita asma yang sering kita jumpai di klinik atau rumah sakit yaitu dengan
keluhan sesak nafas, batuk atau nafas berbunyi. Pada serangan asma ini dapat dilihat
yang berat dengan gejala yang makin banyak antara lain :
1). Kontraksi otot-otot bantu pernafasan, terutama sternokliedo mastoideus
2). Sianosis
3). Silent chest
4). Gangguan kesadaran
5). Tampak lelah
6). Hiperinflasi thoraks dan takhikardi
e. Asma tingkat V
Yaitu status asmatikus yang merupakan suatu keadaan darurat medis beberapa
serangan asma yang berat bersifat refrakter sementara terhadap pengobatan yang
lazim dipakai. Karena pada dasarnya asma bersifat reversible maka dalam kondisi
apapun diusahakan untuk mengembalikan nafas ke kondisi normal.

5. Pemeriksaan Diagnostik Asma


Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan adalah :
a. Spirometri : untuk menunjukkan adaya obstruksi jalan nafas
b. Tes provokasi :
Untuk menunjang adanya hiperaktivitas bronkus
Dilakukan apabila tidak menggunakan spirometri
Tes provokasi bronkial seperti: histamin, metalkolin, allergen, kegiatan
jasmani, hiperventilasi dengan udara dingin dan inhalasi udara dengan aqua
destilata
Tes kulit: menunjukkan adanya antibodi Ig E yang spesifik dalam tubuh
c. Pemeriksaan kadar Ig E total dengan Ig E spesifik dalam serum
d. Pemeriksaan radiologi umumnya rontgen dada normal
e. Pemeriksaan eosinofil total dalam darah
f. AGD dilakukan pada asma berat:
AGD pada umumnya normal tetapi dapat pula terjadi hipoksemia,
hiperkapnea, asidosis
Kadang pada darah terdapat peningkatan dari SGOT dan LDH
Hiponatremia dan kadar leukosit kadang-kadang diatas 15.000/mm3 dimana
menandakan terdapat suatu infeksi
Pada pemeriksaan faktor-faktor energi terjadi peningkatan dari Ig E pada
waktu serangan dan menurun pada waktu bebas dari serangan

g. Pemeriksaan Sputum
Kristal-kristal charcot leyden yang merupakan degranulasi dari kristal
eosinofil
Spiral chrusmann yakni yang merupakan chast cell (sel cetakan) dari cabang
bronkus
Creole yang merupakan fragmen dari epitel bronkus
Neotrofil dan eosinofil yang terdapat pada sputum, umumnya bersifat mukoid
dengan viskositas yang tinggi dan kadang terdapat mucus plug
6. Komplikasi Asma
Pneomothoraks
Ateletaksis
Gagal napas
Bronkitis kronik
Fraktur iga
Status asmatikus
7. Penatalaksanaan Asma
Prinsip umum pengobatan asma bronchial adalah:
a. Menghilangkan obstruksi jalan nafas dengan segara
b. Mengenal dan menghindari faktor-faktor yang dapat mencetuskan serangan asma
c. Memberikan penerangan kepada penderita ataupun keluarganya mengenai
penyakit asma, baik pengobatannya maupun tentang perjalanan penyakitnya
sehingga penderita mengerti tujuan pengobatan yang diberikan dan bekerjasama
dengan dokter atau perawat yang merawatnya

Pengobatan pada asma bronkhial terbagi 2, yaitu:


1. Pengobatan non farmakologik:
Memberikan penyuluhan
Menghindari faktor pencetus
Pemberian cairan
Fisiotherapy
Beri O2 bila perlu.
2. Pengobatan farmakologik :
Bronkodilator : obat yang melebarkan saluran nafas. Terbagi dalam 2
golongan :
a. Simpatomimetik/ andrenergik (Adrenalin dan efedrin)
Nama obat :
- Orsiprenalin (Alupent)
- Fenoterol (Berotec)
- Terbutalin (Bricasma)
Obat-obat golongan simpatomimetik tersedia dalam bentuk tablet, sirup, suntikan dan
semprotan. Yang berupa semprotan: MDI (Metered dose inhaler). Ada juga yang
berbentuk bubuk halus yang dihirup (Ventolin Diskhaler dan Bricasma Turbuhaler)
atau cairan broncodilator (Alupent, Berotec, brivasma serts Ventolin) yang oleh alat
khusus diubah menjadi aerosol (partikel-partikel yang sangat halus ) untuk
selanjutnya dihirup.
b. Santin (Teofilin)
Nama obat :
- Aminofilin (Amicam supp)
- Aminofilin (Euphilin Retard)
- Teofilin (Amilex)
Efek dari teofilin sama dengan obat golongan simpatomimetik, tetapi cara kerjanya
berbeda. Sehingga bila kedua obat ini dikombinasikan efeknya saling memperkuat.
Cara pemakaian : Bentuk suntikan teofillin / aminofilin dipakai pada serangan asma
akut, dan disuntikan perlahan-lahan langsung ke pembuluh darah. Karena sering
merangsang lambung bentuk tablet atau sirupnya sebaiknya diminum sesudah makan.
Itulah sebabnya penderita yang mempunyai sakit lambung sebaiknya berhati-hati bila
minum obatini. Teofilin ada juga dalam bentuk supositoria yang cara pemakaiannya
dimasukkan ke dalam anus. Supositoria ini digunakan jika penderita karena sesuatu
hal tidak dapat minum teofilin (misalnya muntah atau lambungnya kering).
Kromalin
Kromalin bukan bronkodilator tetapi merupakan obat pencegah serangan asma.
Manfaatnya adalah untuk penderita asma alergi terutama anak-anak. Kromalin
biasanya diberikan bersama-sama obat anti asma yang lain, dan efeknya baru terlihat
setelah pemakaian satu bulan.
Ketolifen
Mempunyai efek pencegahan terhadap asma seperti kromalin. Biasanya diberikan
dengan dosis dua kali 1mg / hari. Keuntungan obat ini adalah dapat diberikan secara
oral.

6. Alat yang Dibutuhkan


1. Set nebulizer
2. Masker atau mouthpiece
3. Bengkok 1 buah
4. Syringe atau pipet
5. Tissue
6. Obat bronkodilator
7. NaCl 0,9%

7. Standar Operasional Prosedur


NO PROSEDUR
1. PENGKAJIAN
1.1. Memberikan salam terapeutik
1.2. Mengkaji obat-obatan yang digunakan (albuterol : ventolin , proventil
atau airet atau atrovent )
1.3. Kaji riwayat alergi dan hipersensitivitas
1.4. Mengidentifikasi alat dan bahan yang diperlukan
2. PERSIAPAN
2.1. Cuci Tangan

2.2. Persiapan alat :


Set Nebulizer portable :

Nebulizer Nebulizer Cup Selang


Masker atau mouthpiece

Masker Mouthpiece
Bengkok 1 buah
Syringe atau pipet
Tissue
Obat bronkodilator

NaCl 0,9%
2.3. Persiapan lingkungan :
a. Mengatur pencahayaan ruangan
b. Memasang tirai (untuk menjaga privasi klien)

3. PELAKSANAAN
3.1. Cuci tangan

3.2. Dekatkan alat ke dekat klien dan alat compressor nebulizer pada area yang
datar
3.3. Buka bagian atas cup nebulizer
3.4. Masukkan obat-obatan yang digunakan ke dalam cup nebulizer
Obat yang dimasukkan sesuai jumlah yang dibutuhkan ke dalam cup
nebulizer secara hati-hati hingga batas maksimal (apabila terjadi perubahan
warna atau menjadi kristal, segera buang dan ganti dengan obat yang baru)

3.5. Hubungkan bagian atas cup nebulizer dengan cup mouthpiece atau masker
3.6. Sambungkan selang aerosol dengan compressor nebulizer
3.7. Nyalakan compressor nebulizer
3.8. Posisikan klien dikursi dengan nyaman

3.9. Jika menggunakan masker, perhatikan posisi yang nyaman dan aman untuk
muka klien (ukuran masker disesuaikan dengan kebutuhan)

3.10. Jika menggunakan mouthpiece, letakkan antara gigi dan bibir

3.11. Tarik nafas dalam melalui mulut. Jika memungkinkan tahan nafas 2-3 detik
untuk memfasilitasi obat masuk ke saluran pernafasan
3.12. Lanjutkan tindakan sampai obat habis (kurang lebih 7-10 menit)
3.13. Jika klien merasa pusing, hentikan tindakan dan istirahatkan sekitar 5 menit.
Kemudian lanjutkan kembali tindakan sambil bernafas secara perlahan-lahan
3.14. Matikan compressor nebulizer
3.15. Informasikan untuk menarik nafas dalam dan batuk untuk
membersihkan sekresi di saluran pernafasan
3.16. Setelah digunakan lepaskan masker atau mouth piece. Pindahkan selang dan
rapikan disekitarnya. Selang tidak boleh dicuci atau dibilas. Bilas masker
atau mouthpiece dan bagian penghubung dengan air hangat

3.17. Keringkan masker atau mouthpiece dengan tissue atau diangin-anginkan


3.18. Rangkai kembali bagian-bagian tersebut seperti semula dan bereskan alat
3.19. Cuci tangan
4. EVALUASI
4.1. Respon klien setelah tindakan
4.2. Menanyakan kepada klien apa yang dirasakan setelah tindakan
5. DOKUMENTASI
5.1. Mencatat semua yang dilakukan dan respon klien selama prosedur
5.2. Catat pada catatan keperawatan, keterampilan yang diajarkan dan
kemampuan klien menggunakan nebulizer
5.3. Mencatat dengan jelas, mudah dibaca, ditandatangani disertai nama jelas
5.4. Catatan menggunakan tinta atau ballpoint dan tidak ada bekas penghapus
Format Penilaian
NEBULIZER
NILAI
NO PROSEDUR
0 1 2
1. PENGKAJIAN
1.1. Memberikan salam terapeutik
1.2. Mengkaji obat-obatan yang digunakan
1.3. Kaji riwayat alergi dan hipersensitivitas
1.4. Mengidentifikasi alat dan bahan yang diperlukan
2. PERSIAPAN
2.1. Cuci Tangan
2.2. Persiapan alat :
Set Nebulizer portable
Masker atau mouthpiece
Bengkok 1 buah
Syringe atau pipet
Tissue
Obat bronkodilator
NaCl 0,9%
2.3. Persiapan klien :
a. Memberi penjelasan tentang prosedur dan tujuan
pelaksanaannya
b. Mengatur posisi klien agar nyaman baik bagi klien atau
perawat
c. Meminta persetujuan klien untuk dilakukannya tindakan dan
menjelaskan kerjasama yang diharapkan
2.4. Persiapan lingkungan :
a. Mengatur pencahayaan ruangan
b. Memasang tirai (untuk menjaga privasi klien)
3. PELAKSANAAN
3.1. Cuci tangan
3.2. Dekatkan alat ke dekat klien dan alat compressor nebulizer
pada area yang datar
3.3. Buka bagian atas cup nebulizer
3.4. Masukan obat-obatan yang digunakan ke dalam cup nebulizer
3.5. Hubungkan bagian atas cup nebulizer dengan cup mouthpiece
atau masker
3.6. Sambungkan selang aerosol dengan compressor nebulizer
3.7. Nyalakan compressor nebulizer
3.8. Posisikan klien di kursi dengan nyaman
3.9. Jika menggunakan masker, perhatikan posisi yang nyaman dan
aman untuk muka klien
3.10. Jika menggunakan mouthpiece, letakkan antara gigi dan bibir
3.11. Tarik nafas dalam melalui mulut. Jika memungkinkan tahan
nafas 2- 3 detik untuk memfasilitasi obat masuk ke saluran
pernafasan
3.12. Lanjutkan tindakan sampai obat habis (kurang lebih 7-10
menit)
3.13. Jika klien merasa pusing, hentikan tindakan dan istirahatkan
sekitar 5 menit. Kemudian lanjutkan kembali tindakan sambil
bernafas secara perlahan-lahan
3.14. Matikan compressor nebulizer
3.15. Informasikan untuk menarik nafas dalam dan batuk untuk
membersihkan sekresi di saluran pernafasan
3.16. Setelah digunakan lepaskan masker atau mouth piece.
Pindahkan selang dan rapikan disekitarnya. Selang tidak
boleh dicuci atau dibilas. Bilas masker atau mouthpiece dan
bagian penghubung dengan air hangat
3.17. Keringkan masker atau mouthpiece dengan tissue atau diangin-
anginkan
3.18. Rangkai kembali bagian-bagian tersebut seperti semula dan
bereskan alat
3.19. Cuci tangan
4. EVALUASI
4.1. Respon klien setelah tindakan
4.2. Menanyakan kepada klien apa yang dirasakan setelah tindakan
5. DOKUMENTASI
5.1. Mencatat semua yang dilakukan dan respon klien selama
prosedur
5.2. Catat pada catatan keperawatan, keterampilan yang diajarkan
dan kemampuan klien menggunakan nebulizer
5.3. Mencatat dengan jelas, mudah dibaca, ditandatangani disertai
nama jelas
5.4. Catatan menggunakan tinta atau ballpoint dan tidak ada bekas
penghapus

Keterangan :
0 = tidak dikerjakan
1 = dikerjakan dengan tidak sempurna
2 = dikerjakan sempurna

Penguji,
Nilai :

Daftar Pustaka
..
.
SUCTIONING

1. Tujuan Pembelajaran
Setelah mengikuti proses pembelajaran tentang tindakan suctioning, mahasiswa mampu
melakukan prosedur tindakan suctioning dengan benar dan tepat.

2. Deskripsi
Suctioning merupakan suatu tindakan keperawatan yang diberikan pada klien yang
mengalami gangguan pemenuhan kebutuhan oksigen karena ketidakmampuan
membersihkan sekret di jalan napas dan terdapat akumulasi sekret di area nasofaring dan
orofaring dengan cara memasukkan kateter untuk menghisap sekret tersebut melalui area
nasofaring atau orofaring.

3. Tujuan
Tindakan suctioning bertujuan untuk:
Membersihkan jalan napas
Meningkatkan oksigenasi

4. Indikasi dan Kontraindikasi


Indikasi
a. Menjaga jalan napas tetap bersih (airway maintenence)
Klien tidak mampu batuk efektif
Klien yang diduga mengalami aspirasi
b. Membersihkan jalan napas bila ditemukan :
Pada auskultasi terdapat suara napas yang kasar, atau ada suara napas tambahan
Di duga ada sekresi mukus di dalam saluran napas
Klinis menunjukkan adanya peningkatan beban kerja sistem pernapasan
c. Pengambilan spesimen untuk pemeriksaan laboratorium
d. Sebelum dilakukan tindakan radiologis ulang untuk evaluasi
e. Mengetahui kepatenan dari pipa endotrakeal
Kontraindikasi
Suctioning tidak dilakukan pada:
a. Klien dengan stridor.
b. Klien dengan kekurangan cairan cerebrospinal.
c. Klien dengan pulmonary edema.
d. Klien post pneumonectomy atau ophagotomy

5. Konsep yang Mendasari


Terdapat tiga tipe intervensi yang digunakan untuk mempertahankan kepatenan
jalan napas yaitu teknik batuk efektif, pengisapan (suctioning), dan insersi jalan napas
buatan.
1. Teknik Batuk Efektif
Rangkaian normal peristiwa dalam mekanisme batuk adalah inhalasi dalam penutupan
glotis, kontraksi otot-otot ekspirasi, dan pembukaan glotis. Inhalasi dalam
meningkatkan volume paru dan diameter jalan napas memungkinkan udara melewati
sebagian plak lendir yang mengobstruksi atau melewati benda asing lain. kontraksi
otot-otot ekspirasi yang melawan glotis yang menutup menyebabkan terjadinya
tekanan intratoraks yang tinggi. Saat glotis membuka aliran udara yang besar keluar
dengan kecepatan tinggi, memberikan kesempatan kepada mukus untuk bergerak ke
jalan napas bagian atas, tempat mukus dapat dicairkan dan ditelan. Keefektifan batuk
klien dievaluasi dengan melihat apakah ada sputum cair (ekspektorasi sputum),
laporan klien tentang sputum yang ditelan, atau terdengarnya bunyi napas tambahan
yang jelas saat klien diauskultasi.
Teknik batuk mencakup teknik napas dalam dan batuk efektif untuk klien
pascaoperasi, batuk cascade, batuk huff, dan batuk quad. Pada batuk cascade, klien
mengambil napas dalam dengan lambat dan menahannya selama dua detik sambil
mengontraksikan otot-otot ekspirasi, kemudian klien membuka mulut dan melakukan
serangkaian batuk melalui ekshalasi. Batuk huff menstimulasi batuk refleks alamiah
dan umumnya efektif hanya untuk membersihkan jalan napas pusat. Saat
mengeluarkan udara klien membuka glotis dengan mengatakan huff. Sedangkan batuk
quad digunakan untuk klien tanpa kontrol otot abdomen, seperti pada klien yang
mengalami cedera medulla spinalis. Saat klien ekspirasi secara maksimal, klien atau
perawat mendorong ke luar dan ke atas pada otot-otot abdomen melalui diafragma
sehingga menyebabkan batuk.
2. Teknik Pengisapan (Suctioning)
Ada tiga teknik pengispan (suctioning) primer yaitu :
a. Pengisapan orofaring dan nasofaring. Digunakan saat klien mampu batuk efektif
tetapi tidak mampu mengeluarkan sekresi dengan mencairkan sputum atau
menelannya. Prosedur digunakan setelah klien batuk.
b. Pengisapan nasotrakea dan orotrakea. Dibutuhkan pada klien dengan sekresi
pulmonary yang tidak mampu batuk dan tidak menggunakan jalan napas buatan.
Prosedur pelaksanaan sama dengan prosedur pengisapan nasofaring, tetapi ujung
kateter diinsersikan lebih jauh kepada tubuh klien supaya dapat mengisap sekret di
trakea. Keseluruhan prosedur mulai memasukkan kateter sampai mengeluarkannya
tidak boleh lebih dari 15 detik karena oksigen tidak mencapai paru-paru selama
pengisapan.
c. Pengisapan jalan napas buatan. Diindikasikan untuk klien yang mengalami penurunan
tingkat kesadaran, klien yang menngalami obstruksi jalan napas, klien yang
menggunakan ventilasi mekanis, dan mengangkat sekresi trakea-bronkial.

3. Insersi Jalan Napas Buatan


Bentuk jalan napas buatan ada tiga macam yaitu:
a. Pengisapan trakea, dengan menginsersikan kateter pengisap dengan diameter tidak
boleh lebih dari setengah diameter internal jalan napas buatan. Selain itu, sewaktu
menginsersi kateter jangan pernah melakukan pengisapan, hal ini untuk menghindari
trauma.
b. Jalan nafas oral, untuk mencegah obstruksi trakea dengan memindahkan lidah ke
dalam orofaring. Jalan napas ini diinsersikan dengan menekuk lekukannya kearah pipi
dan menempatkannya di atas lidah. Saat jalan napas di dalam orofaring, perawat
membelokkannya sehingga muaranya mengarah ke bawah.
c. Jalan napas trakea, meliputi selang endotrakea, selang nasotrakea, dan selang trakea.
Selang-selang ini memungkinkan akses yang mudah ke trakea klien sehingga
pengisapan trakea dapat dilakukan dengan dalam. Karena ada jalan nafas buatan,
mukosa trakea klien tidak lagi dihumidifikasi secara normal. Perawat harus
memastikan bahwa nafas dilembabkan dengan melakukan nebulisasi atau dengan
sistem pemberian sistem oksigen.
6. Alat yang Dibutuhkan
a. Steril
Bak steril
Kom 2 buah
Sarung tangan
Tongue spatel
Pinset
Kateter suction
Kassa steril

b. Tidak Steril
Mesin suction
Korentang
Cairan Nacl 0,9%
Cairan savlon
Handuk atau alas
Bengkok

7. Standar Operasional Prosedur


1. PENGKAJIAN
1.1 Melihat catatan keperawatan (kaji program perawatan klien)
1.2 Memberi salam terapeutik kepada klien dan atau keluarga
1.3 Mengkaji kondisi klien (status penapasan, kesadaran, auskultasi dada, dan status
jalan napas)
Kaji nadi, bunyi jantung dan irama jantung, frekuensi napas, irama, kedalaman,
dan suara napas yang berhubungan dengan kebutuhan suction
2. PERSIAPAN
2.1 Mencuci tangan
2.2 Menyiapkan alat-alat yang diperlukan:
Dalam bak Steril: Paket tidak steril:
- Bak steril - Mesin suction
- Kom dua buah - Korentang
- Sarung tangan steril - Cairan Nacl 0,9%
- Slang Suction dalam kemasan - Cairan savlon
- Tongue spatel - Handuk atau alas
- Pinset - Bengkok
Tissue
3 PELAKSANAAN
3.1 Mencuci tangan
3.2 Memberikan penjelasan tentang prosedur dan tujuan tindakan (untuk
membersihkan jalan napas dan memenuhi kebutuhan oksigenasi)
3.3 Memberikan penjelasan tentang kerjasama yang diharapkan
3.4 Menutup tirai/penuhi kebutuhan privacy klien
3.5 Mengatur pencahayaan ruangan
3.6 Memasang handuk di dada klien
3.7 Mendekatkan bengkok ke samping klien
3.8 Buka paket steril dan tuangkan cairan NaCl 0.9 % ke dalam kom dan cairan
savlon ke dalam kom yang lain
3.9 Membuka dan masukkan kateter suction ke dalam bak steril (bila kateter masih
dalam kemasan)
3.10 Mengecek mesin suction

3.11 Jika pasien mendapatkan therapi oksigen, lakukan hiperventilasi (meningkatkan


jumlah oksigen yang diberikan 2 kali lipat)
3.12 Memasang sarung tangan steril

3.13 Menyambungkan kateter suction ke mesin suction dengan cara pangkal kateter
suction dipegang tangan kanan (dominan) dan ujung slang dari mesin suction
dengan tangan kiri (tangan tidak dominan) kemudian sambungkan (jangan
sampai tangan kanan bersentuhan dengan tangan kiri)
3.14 Nyalakan mesin suction dan cek tekanannya dengan menutup thumb control
(dengan ibu jari kiri) dan menyedot sejumlah cairan NaCl 0,9% dari dalam kom
3.15 Ukur panjang kateter suction yang akan dimasukkan (sepanjang hidung daun
telinga) 10-15 cm

3.16 Masukkan kateter suction ke hidung atau mulut, dimana thumb control dalam
kondisi terbuka
Jika suction akan dilakukan ke hidung dan mulut, dahulukan hidung terlebih
dahulu kemudian mulut
3.17 Tutup thumb control (dengan ibu jari kiri) dan tarik keluar kateter suction secara
perlahan dan diputar-putar (lama kateter suction di dalam hidung atau mulut
tidak lebih dari 10-15 detik)
3.18 Bilas kateter suction dengan menyedot sejumlah cairan savlon dan kemudian
cairan NaCl 0,9% dalam kom sesuai kebutuhan (sampai sekret/lendir masuk ke
tabung dalam mesin suction)
Saat membilas, selang kateter suction yang masuk ke hidung atau mulut
terendam dalam cairan NaCl 0,9% maupun savlon
3.19 Ulangi tindakan sampai sekret dalam jalan napas bersih. Bila sekret banyak, di
antara suction yang satu ke suction berikutnya berikan waktu klien untuk
istirahat ( 30 detik) atau beri oksigen melalui nasal kateter/sungkup bila perlu
3.20 Bila klien sadar dan mampu, anjurkan klien melakukan napas dalam dan batuk
sebelum dilakukan tindakan suction berikutnya
3.21 Bila sekret di area mulut banyak, lakukan hal yang sama pada area mulut dan
daerah bawah lidah
3.22 Bilas kateter suction dengan cairan NaCl 0.9% dan savlon (sampai bersih)
3.23 Matikan mesin suction, gulung kateter suction dan buka sarung tangan steril
sedemikian rupa sehingga kateter suction berada dalam sarung tangan tersebut.
Kemudian rendam sarung tangan beserta kateter suction dalam kom yang diberi
savlon
3.24 Kembalikan jumlah oksigen yang diberikan pada pasien seperti semula
3.25 Membersihkan muka klien dangan handuk
3.26 Membereskan dan rapihkan alat serta posisikan kembali klien ke posisi
yang paling nyaman menurut klien
3.27 Mencuci tangan
4 EVALUASI
4.1 Evaluasi status pernapasan klien (pola napas dan suara napas klien)
4.2 Evaluasi kenyamanan klien
4.3 Evaluasi karakteristik sekret (jumlah, warna, dll)

5 DOKUMENTASI
5.1 Mencatat tindakan yang dilakukan, respon klien selama dan sesudah prosedur
tindakan, sekret yang keluar (warna dan jumlah), pola napas, bersihan jalan napas
dan suara napas sebelum dan sesudah tindakan serta waktu melakukan tindakan
5.2 Catatan ditulis dengan jelas, mudah dibaca, ditanda
tangani dan disertai nama jelas
5.3 Tulisan yang salah tidak dihapus tetapi dicoret,
dibenarkan dan diparaf
5.4 Catatan dibuat dengan menggunakan tinta atau ballpoint
FORMAT PENILAIAN
SUCTIONING

NO. ELEMEN KEGIATAN SKOR


0 1 2
1 Pengkajian 1.1 Melihat catatan keperawatan (kaji program perawatan
klien)
1.2 Memberi salam terapeutik kepada klien dan/ keluarga
1.3 Mengkaji kondisi klien (status penapasan, kesadaran,
auskultasi dada, dan status jalan napas)
2 Persiapan 2.1 Mencuci tangan
2.2 Menyiapkan alat-alat yang diperlukan:
Dalam bak Steril: Paket tidak steril:
- Bak steril - Mesin suction
- Kom dua buah - Korentang
- Sarung tangan steril - Cairan Nacl 0,9%
- Slang suction dalam kemasan - Cairan savlon
- Kasa steril
- Tongue spatel - Handuk atau alas
- Pinset - Bengkok
3 Pelaksanaan 3.1 Mencuci tangan
3.2 Memberikan penjelasan tentang prosedur dan
tujuan tindakan
3.3 Memberikan penjelasan tentang kerjasama yang
diharapkan
3.4 Menutup tirai/penuhi kebutuhan privacy klien
3.5 Mengatur pencahayaan ruangan
3.6 Memasang handuk di dada klien
3.7 Mendekatkan bengkok ke samping klien
3.8 Buka paket steril dan tuangkan cairan NaCl 0.9 %
ke dalam kom dan cairan savlon ke dalam kom
yang lain
3.9 Membuka dan masukkan kateter suction ke dalam
bak steril (bila kateter masih dalam kemasan)
3.10 Mengecek mesin suction
3.11 Jika pasien mendapatkan therapi oksigen, lakukan
hiperventilasi (meningkatkan jumlah oksigen yang
diberikan 2 kali lipat)
3.12 Memasang sarung tangan steril
3.13 Menyambungkan kateter suction ke mesin suction
dengan cara pangkal kateter suction dipegang
tangan kanan (dominan) dan ujung slang dari mesin
suction dengan tangan kiri (tangan tidak dominan)
kemudian sambungkan (jangan sampai tangan
kanan bersentuhan dengan tangan kiri)
3.14 Nyalakan mesin suction dan cek tekanannya dengan
menutup thumb control (dengan ibu jari kiri) dan
menyedot sejumlah cairan NaCl 0,9% dari dalam
kom
3.15 Ukur panjang kateter suction yang akan
dimasukkan (sepanjang hidung daun telinga)
10-15 cm
3.16 Masukkan kateter suction ke hidung atau mulut,
dimana thumb control dalam kondisi terbuka
Jika suction akan dilakukan ke hidung dan
mulut, dahulukan hidung terlebih dahulu
kemudian mulut
3.17 Tutup thumb control (dengan ibu jari kiri) dan tarik
keluar kateter suction secara perlahan dan diputar-
putar (lama kateter suction di dalam hidung/mulut
tidak lebih dari 10-15 detik)
3.18 Bilas kateter suction dengan menyedot sejumlah
cairan savlon dan kemudian cairan NaCl 0,9%
dalam kom sesuai kebutuhan (sampai sekret/lendir
masuk ke tabung dalam mesin suction)
Saat membilas, selang kateter suction yang
masuk ke hidung/mulut terendam dalam cairan
NaCl 0,9% maupun savlon
3.19 Ulangi tindakan sampai sekret dalam jalan napas
bersih. Bila sekret banyak, di antara suction yang
satu ke suction berikutnya berikan waktu klien
untuk istirahat ( 30 detik) atau beri oksigen
melalui nasal kateter/sungkup bila perlu
3.20 Bila klien sadar dan mampu, anjurkan klien
melakukan napas dalam dan batuk sebelum
dilakukan tindakan suction berikutnya
3.21 Bila sekret di area mulut banyak, lakukan hal yang
sama pada area mulut dan daerah bawah lidah
3.22 Bilas kateter suction dengan cairan NaCl 0.9% dan
savlon (sampai bersih)
3.23 Matikan mesin suction, gulung kateter suction dan
buka sarung tangan steril sedemikian rupa sehingga
kateter suction berada dalam sarung tangan
tersebut. Kemudian rendam sarung tangan beserta
kateter suction dalam kom yang diberi savlon
3.24 Kembalikan jumlah oksigen yang diberikan pada
pasien seperti semula
3.25 Membersihkan muka klien dangan handuk
3.26 Membereskan dan rapihkan alat serta posisikan
kembali klien ke posisi yang paling nyaman
menurut klien
3.27 Mencuci tangan
4 Evaluasi 4.1 Evaluasi status pernapasan klien (pola napas dan
suara napas klien)
4.2 Evaluasi kenyamanan klien
4.3 Evaluasi karakteristik sekret (jumlah, warna, dll)
5 Dokumentasi 5.1 Mencatat tindakan yang dilakukan, respon klien
selama dan sesudah prosedur tindakan, sekret yang
keluar (warna dan jumlah), pola napas, bersihan
jalan napas dan suara napas sebelum dan sesudah
tindakan, serta waktu melakukan tindakan.
5.2 Catatan ditulis dengan jelas, mudah dibaca, ditanda
tangani dan disertai nama jelas
5.3 Tulisan yang salah tidak dihapus tetapi dicoret,
dibenarkan dan diparaf
5.4 Catatan dibuat dengan menggunakan tinta atau
ballpoint

Ket: 0 : Tidak dilakukan


1 : Dilakukan tapi tidak sempurna
2 : Dilakukan dengan sempurna

Nilai Batas Lulus = 80%

Bandung,

Peserta ujian : Evaluator :

Anda mungkin juga menyukai