Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

BRONCHIAL ASTHMA

Disusun Oleh :
Putri Ani Eka Pratiwi, S.Kep
NIM 2030088

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH SURABAYA


PRODI PROFESI NERS
2020/2021
A. Definisi

Asma bronkhial merupakan salah satu penyakit saluran pernafasan yang

banyak dijumpai di masyarakat. Asma adalah penyakit saluran nafas ditandai oleh

peningkatan daya responsif percabangan trakeobronkial terhadap berbagai jenis

stimulus (isselbacher et al, 2015).

Asma adalah suatu penyakit heterogen dengan interaksi berbagai yaitu

faktor genetik yang meliputi predisposisi genetik, atopi, dan hipersensitivitas

saluran nafas dan faktor lingkungan yang meliputi alergen dalam rumah, alergen

luar rumah, lingkungan kerja, perokok pasif dan infeksi saluran nafas (Loscanzo,

2016).

Ketidakefektifan pola napas adalah masalah utama pada klien asma

bronkhial. Apabila tidak segera ditangani akan menimbulkan kematian pada

klien asma, karena masalah pertukaran gas yang disebabkan oleh obtruksi saluran

napas (Mutaqqin, 2014).

B. Etiologi

Penyebab asma bronkhial menurut Murwani (2014), yaitu :

1. Ekstrinsik : faktor alergi

a. Inhalan hirupan dari bahan-bahan debu, bulu hewan, tumbuh-

tumbuhan.

b. Ingestan lewat makanan / obat-obatan.

c. Ikan laut/ ikan tawar, telur dan obat-obatan .

d. Kontaktan bersinggungan perhiasan.

2. Intrinsik : faktor non alergi.


a. Biasanya tidak jelas faktor alerginya.

b. Biasanya ada peradangan.

3. Psikologis: kejiwaan.

a. Pada orang yang banyak marah.

b. Pada orang yang banyak masalah.

c. Pada orang yang iri hati dan dendam.

4. Genetik: faktor keturunan

a. Kurang jelas.

b. Terjadi keluarga yang menderita.

C. Klasifikasi

Secara etiologis menurut (Riyadi, 2014), asma bronkhial dibagi dalam 3 tipe:

1. Asma bronkhial tipe non atopi (intrinsik).

Pada golongan ini, keluhan tidak ada hubungan nya dengan paparan

(exposure) terhadap alergen dan sifat – sifatnya adalah:

Serangan timbul setelah dewasa, pada keluarga tidak ada yang menderita

asma, penyakit infeksi sering menimbulkan serangan, ada hubungannya

dengan pekerjaan atau beban fisik, rangsangan psikis mempunyai peran

untuk menimbulkan serangan reaksi asma, perubahan cuaca atau lingkungan

yang non spesifik merupakan keadaan peka bagi penderita.

2. Asma bronkhial tipe atopi ( Ekstrinsik)

Pada golongan ini, keluhan ada hubungannya dengan paparan terhadap alergen

lingkungan yang spesifik. Kepekaan ini biasanya dapat ditimbulkan dengan uji

kulit atau provokasi bronkhial.

Pada tipe ini mempunyai sifat-sifat : timbul sejak anak – anak, pada famili ada

yang menderita asma, adanyan asma pada waktu bayi, sering menderita rinitis
(alergi serbuk bunga).

3. Asma bronkhial campuran (Mixed)

Pada golongan ini, keluhan diperberat baik oleh faktor – faktor intrinsik maupun

ekstrinsik.

Klasifikasi Derajat Asma Bronkhial

Klasifikasi tahapan penyakit asma berdasarkan keparahan penyakit pada pasien

tertera pada tabel dibawah ini :

Parameter Ringan Sedang Berat Ancaman


Aktivitas Belajar berbicara Istirahat Henti nafas
Bicara Kalimat Penggal Kata – kata Kalimat
kalimat
Posisi Bisa Lebih suka Duduk
berbaring duduk bertompang
lengan
Kesadaraan Mungkin Biasanya Biasanya Kebingungan
teragitasi teragritasi teragritasi
Mengi Sedang, Nyaring, Sangat Sulit atau tidak
sering hanya sepanjang nyaring, terdengar
pada akhir ekspirasi terdengar
ekspirasi tanpa
stetoscop
Sesak nafas minimal sedang berat
Otot bantu nafas Biasanya Biasanya Ya Gerakan
tidak ya paradoks
thorakabdominal

Retraksi Dangkal, Sedang Dalam Dangkal atau


retraksi ditambah ditambah hilang
interkostal retraksi nafas cuping
supertermal hidung

Laju nafas meningkat meningkat meningkat Menurun


Pulsus Tidak ada < Ada 10-20 Ada > 20 Tidak ada tanda
paradoksus 10 mmHg mmHg mmHg elelahan otot
nafas
PEFR atau FEVI % nilai % nilai
dugaan dugaan
Pra broncodilator >60%, <40%
>80%
Pasca <60%
broncodiator respons <2
jam
SaO2 (%) >95% 91-95% <90%
PaO2 Normal >60 mmHg <60 mmHg
(biasanya
tidak perlu
diperiksa)
PaCO2 <45 mmHg <45 mmHg >45 mmHg

SaO2 (%) >95% 91-95% <90%

D. Patofisiologi

Asma ditandai dengan kontraksi spastic dari otot polos bronkhiolus yang

menyebabkan sukar bernafas. Penyebab yang umum adalah hipersesitivitas

bronkhiolus terhadap benda-benda asing di udara. Reaksi yang timbul pada asma

tipe alergi diduga terjadi dengan cara, seorng yang alergi mempunyai

kecenderungan untuk membentuk sejumlah antibody Ig E abnormal dalam jumlah

besar dan antibody ini menyebabkan reaksi alergi bila reaksi dengan antigen

spefisikasinya (Prasetyo, 2014)

Antibody ini terutama melekat pada sel yang terdapat pada interstisial paru

yang berhubungan erat dengan bronkhiolus dan bronkhus keil. Seseorang yang

menghirup alergen bereaksi dengan antibody Ig E orang tersebut meningkat,

alergen bereaksi dengan antibody yang telah terlekat pada sel dan menyebabkan

sel ini akan mengeluarkan berbagai macam zat, diantaranya histamin. Efek

gabungan dari semua faktor-faktor ini akan menghasilkan edema lokal pada

dinding bronkhiolus kecil maupun sekresi mucus yang kental dalam lumen

bronkhiolus dan spasma otot polos bronkhiolus sehingga menyebabkan tahanan

saluran napas menjadi sangat meningkat (Prasetyo, 2014).

E. Manifestasi Klinis

Menurut (Brunner & Suddarth 2016), yaitu:


1. Batuk, dengan atau tanpa disertai produksi mukus.

2. Dispnea dan mengi, pertama-tama pada ekspirasi, kemudian bisa juga

terjadi selama inspirasi.

3. Sesak napas.

4. Diperlukan usaha untuk melakukan ekspirasi memanjang.

5. Eksaserbasi asma sering kali didahului oeh peningkatan gejala selama

berhari-hari, namun dapat pula terjadi secara mendadak.

6. Takikardi.

F. Komplikasi

Beberapa komplikasi dari asma bronkhial menurut (Mansjoer, 2015) meliputi:

1. Pneumotoraks

Pneumothoraks adalah keadaan dimana adanya udara dalam rongga pleura

yang dicurigai bila terdapat benturan atau tusukan dada.

2. Atelectasis

Atelectasis adalah pengerutan atau seluruh paru- paru akibat penyumbatan

saluran udara atau akibat dari pernafasan yang sangat dangkal.

3. Aspergilos

Aspergilosis merupakan penyakit pernafasan yang disebabkan dari jamur

yaitu Aspergillus sp.

4. Gagal nafas

Gagal napas diakibatkan karena pertukaran oksigen dengan karbondioksida

dalam paru- paru yang tidak dapat mengontrol konsumsi oksigen dan

pembentukan karbondioksida dalam sel-sel tubuh.

5. Bronkhitis
Bronkhitis atau radang paru- paru adalah kondisi dimana lapisan bagian

dalam saluran pernafasan yang kecil (bronkhiolis) mengalami bengkak.

G. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan asma menurut (Brunner & Suddarth, 2016) yaitu:

1. Penatalaksanaan medis

a. Agonis adrenergik-beta2 kerja-pendek

b. Antikolinergik

c. Kortikostereoid: inhaler dosis-terukur

d. Inhibitor pemodifikasi leukotrien/ antileukotrien

e. Metilxantin

2. Penatalaksanaan keperawatan menurut (Claudia, 2014) yaitu:

a. Penyuluhan

Penyuluhan ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan klien

tentang penyakit asma sehingga klien secara sadar akan menghindari

faktor-faktor pencetus asma, menggunakan obat secara benar, dan

berkonsultasi pada tim kesehatan.

b. Menghindari faktor pencetus

Klien perlu mengidentifikasi pencetus asma yang ada pada

lingkungannya, diajarkan cara menghindari dan mengurangi faktor

pencetus asma termasuk intake cairan yang cukup.

c. Fisioterapi dan latihan pernapasan


Factor pencetus Antigen yang Mengeluarkan Edema mukosa,
- Allergen terikat Ig E pada Permiabilitas sekresi produktif,
mediator :
H. Pathway - Stress permukaan sel kapiler meningkat kontriksi otot polos
histamine, platelet,
- cuaca mast atau basofil meningkat
bradikinin, dll

Spasme otot
polos sekresi Konsentrasi O2
kelenjar bronkus dalam darah
meningkat menurun
Tekanan partial Penyempitan
oksigen di alveoli jalan napas
Penyempitan / Gangguan
menurun Hipoksemia
obstruksi proksimal Pertukaran
dari bronkus pada Gas
tahap ekspirasi dan Peningkatan
inspirasi kerja otot Suplai darah
pernapasan dan O2 ke
jantung
- Mucus berlebih berkurang
- Batuk Nafsu Pola Napas
- Wheezing makan Tidak Penurunan
- Sesak napas menurun Efektif Curah Penurunan
Jantung cardiac output

Defisit
Bersihan Jalan Nutrisi Tekanan darah
Napas Tidak menurun
Efektif

Intoleransi
Aktivitas Kelemahan dan
keletihan
I. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

Bina hubungan saling percaya (BHSP). Pengkajian yang dilakukan pada

klien asma menurut (Nurarif & Kusuma, 2015) meliputi:

1) Pengkajian mengenai identitas klien dan keluarga mengenai nama,

umur, dan jenis kelamin karena pengkajian umur dan jenis kelamin

diperlukan pada klien dengan asma.

2) Keluhan utama

Klien asma akan mengluhkan sesak napas, bernapas terasa berat pada

dada, dan adanya kesulitan untuk bernapas.

3) Riwayat penyakit saat ini

Klien dengan riwayat serangan asma datang mencari pertolongan

dengan keluhan sesak nafas yang hebat dan mendadak, dan berusaha

untuk bernapas panjang kemudian diikuti dengan suara tambahan

mengi (wheezing), kelelahan, gangguan kesadaran, sianosis, dan

perubahan tekanan darah.

4) Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat penyakit klien yang diderita pada masa- masa dahulu

meliputi penyakit yang berhubungan dengan sistem pernapasan seperti

infeksi saluran pernapasan atas, sakit tenggorokan, sinusitis, amandel,

dan polip hidung.

5) Riwayat penyakit keluarga

Pada klien dengan asma juga dikaji adanya riwayat penyakit yang

sama pada anggota keluarga klien.


6) Pengkajian psiko-sosio-kultural

Kecemasan dan koping tidak efektif, status ekonomi yang berdampak

pada asuhan kesehatan dan perubahan mekanisme peran dalam

keluarga serta faktor gangguan emosional yang bisa menjadi pencetus

terjadinya serangan asma.

7) Pola Resepsi dan tata laksana hidup sehat

Gejala asma dapat membatasi klien dalam berperilaku hidup normal

sehingga klien dengan asma harus mengubah gaya hidupnya agar

serangan asma tidak muncul.

8) Pola hubungan dan peran

Gejala asma dapat membatasi klien untuk menjalani kehidupannya

secara normal sehingga klien harus menyesuaikan kondisinya dengan

hubungan dan peran klien.

9) Pola persepsi dan konsep diri

Persepsi yang salah dapat menghambat respons kooperatif pada diri

klien sehingga dapat meningkatkan kemungkinan serangan asma yang

berulang.

10) Pola Penanggulangan dan Stress

Stress dan ketegangan emosional merupakan faktor instrinsik pencetus

serangan asma sehingga diperlukan pengkajian penyebab dari asma.

11) Pola Sensorik dan Kognitif

Kelainan pada pola persepsi dan kognitif akan mempengaruhi konsep

diri klien yang akan mempengaruhi jumlah stressor sehingga

kemungkinan serangan asma berulang pun akan semakin tinggi.


12) Pola Tata Nilai dan Kepercayaan

Kedekatan klien dengan apa yang diyakini di dunia ini dipercaya

dapat meningkatkan kekuatan jiwa klien sehingga dapat menjadi

penanggulangan stress yang konstruktif.

13) Pemeriksaan fisik

Keadaan umum: hal yan perlu dikaji perawat mengenai tentang

kesadaran klien, kecemasan, kegelisahan, kelemahan suara bicara,

denyut nadi, frekuensi pernapasan yang meningkat, penggunaan

otototot bantu pernapasan, sianosis, batuk dengan lendir lengket, dan

posisi istirahat klien.

a. B1 (Breathing)

Inpeksi: pada klien asma terlihat adanya peningkatan usaha dan

frekuensi pernapasan, serta penggunaan otot bantu napas.

Inpeksi dada terutama melihat postur bentuk dan kesimetrisan,

peningkatan diameter anteroposterior, retraksi otot-otot

interkostalis, sifat dan irama pernapasan dan frekuensi.

Palpasi: biasanya kesimetrisan, ekspansi, dan taktil fremitus

normal

Perkusi: pada perkusi didapatkan suara normal sampai

hipersonor sedangkan diafragma menjadi datar dan rendah.

Auskultasi: terdapat suara vesikuler yang meningkat disertai

dengan ekspirasi lebih dari 4 detik atau lebih dari tiga kali

inspirasi, dengan bunyi napas tambahan utama wheeezing pada

akhir ekspirasi.
b. B2 (Blood

Dampak asma pada status kardiovaskuler perlu dimonitor oleh

perawat meliputi: keadaan hemodinamik seperti nadi, tekanan

darah, dan CRT.

c. B3 (Brain)

Tingkat kesadaran saat infeksi perlu dikaji. Disamping itu

diperlukan pemeriksaan GCS, untuk menentukan tingkat

kesadaran klien apakah composmentis, somnolen, atau koma.

d. B4 (Bladder)

Berkaitan dengan intake cairan maka perhitungan dan

pengukuran volume output urine perlu dilakukan, sehingga

perawat memonitor apakah terdapat oliguria, karena hal tersebut

merupakan tanda awal dari syok.

e. B5 (Bowel)

Nyeri, turgor, dan tanda-tanda infeksi sebaiknya juga dikaji, hal-

hal tersebut dapat merangsang serangan asma. Pengkajian

tentang status nutrisi klien meliputi jumlah, frekuensi, dan

kesulitankesulitan dalam memnuhi kebutuhannya. Pada klien

dengan sesak napas, sangat potensial terjadi kekurangan

pemenuhan kebutuhan nutrisi, hal ini karena terjadi dipneu saat

makan, laju metabolisme, serta kecemasan yang dialami klien.

f. B6 (Bone)

Mengkaji edema ekstremitas, tremor dan tanda-tanda infeksi

pada ekstremitas. Pada integumen perlu dikaji adanya


permukaan yang kasar, kering, kelainan pigmentasi, turgor kulit,

kelembaban, mengelupas atau bersisik, perdarahan, pruritus,

eksim, dan adanya bekas atau tanda urtikraria atau dermatitis.

Pada rambut, dikaji warna rambut, kelembaban, dan kusam.

Tidur, dan istirahat klien yang meliputi: berapa lama klien tidur

dan istirahat, serta berapa besar akibat kelelahan yang dialami

klien juga dikaji, adanya wheezing, sesak, dan ortopnea dapat

mempengaruhi pola tidur dan istirahat klien. Aktivitas sehari-

hari klien juga diperhatikan seperti olahraga, bekerja, dan

aktivitas lainnya. Aktivitas fisik juga dapat menjadi faktor

pencetus asma yang disebut dengan exercise induced asma

J. Diagnosa Keperawatan

1. Gangguan Pertukaran Gas berhubungan dengan retensi karbondioksida

(D.0003 SDKI 2016 Halaman 22)

2. Pola Napas tidak Efektif berhubungan dengan keletihan otot pernapasan dan

deformitas dinding dada (D.0005 SDKI 2016 Halaman 26)

3. Penurunan Curah Jantung berhubungan dengan penurunan kontakbilitas dan

volume sekuncup jantung (D.0008 SDKI 2016 Halaman 34)

4. Intoleransi Aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai

dan kebutuhan oksigen (D.0056 SDKI 2016 Halaman 128)

5. Defisit Nutrisi berhubungan dengan laju metabolic, dyspnea saat makan,


kelemahan otot pengunyah (D.0019 SDKI 2016 Halaman 56)

6. Bersihan Jalan Napas tidak Efektif berhubungan dengan mucus dalam

jumlah berlebihan peningkatan produksi mucus, eksudat dalam elveoli dan

bronkospasme (D.0001 SDKI 2016 Halaman 18)


K. Rencana Keperawatan

No. Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional


1. Gangguan Pertukaran Gas Setelah dilakukan tindakan Terapi Oksigen (1.01026 - Untuk mengetahui
berhubungan dengan retensi keperawatan diharapkan oksigenasi SIKI 2016 Halaman 430) kecepatan aliran oksigen
karbondioksida dan/atau eliminasi karbondioksida Definisi : memberikan - Untuk mengetahui apakah
pada membrane alveolus/kapiler tambahan oksigen untuk pasien mampu bernapas
(D.0003 SDKI 2016 meningkat dengan Kriteria Hasil: mencegah dan mengatasi tanpa bantuan tambahan
Halaman 22) Pertukaran Gas (L.01003 SLKI kondisi kekurangan oksigen oksigen saat makan
2016 Halaman 94) jaringan - Untuk mengetahui
1. Bunyi tambahan napas Tindakan : seberapa efektif tambahan
menurun dari skala 2 (cukup Observasi oksigen bagi pernapasan
meningkat) menjadi 3 (sedang) - Monitor kecepatan pasien
2. Napas cuping hidung menurun aliran oksigen - Agar pertukaran gas pada
dari skala 2 (cukup meningkat) - Monitor kemampuan pasien tetap efektif
menjadi 3 (sedang) melepaskan oksigen - Untuk mempertahankan
3. Pola napas membaik dari skala saat makan kepatenan napas pasien
2 (cukup menurun) menjadi 3 - Monitor efektifitas pada saat transportasi
(sedang) terapi oksigen, jika - Perangkat sesuai
perlu mobilisasi pasien agar
Terapeutik tetap bisa menjalankan
- Pertahankan mobilitas sesuai
kepatenan jalan napas kemampuannya
- Tetap berikan oksigen - Agar keluarga dan pasien
saat pasien tau bagaimana cara
ditransportasi menggunakan dan
- Gunakan perangkat memasang oksigen sendiri
oksigen yang sesuai saat di rumah
dengan tingkat - Kolaborasi pemberian
mobilitas pasien dosis agar tepat sesuai
Edukasi kebutuhan pasien
- Ajarkan pasien dan - Pemberian oksigen saat
keluarga cara beraktivitas/tidur agar
menggunakan tidak terjadi gangguan
oksigenasi oksigen di pertukaran gas mendadak
rumah
Kolaborasi
- Kolaborasi
menentukan dosis
oksigen
- Kolaborasi
penggunaan oksigen
saat aktivitas dan/atau
tidur
2. Pola Napas tidak Efektif Setelah dilakukan asuhan Manajemen Jalan Napas - Untuk mengetahui pola
berhubungan dengankeperawatan diharapkan inspirasi (1.01011 SIKI 2016 napas pasien
keletihan otot pernapasan dan/atau ekspansi yang Halaman 186) - Untuk mengetahui apakah
dan deformitas dinding dadamemberikan vemtilasi membaik Definisi : mengidentifikasi ada bunyi napas tambahan
dengan Kriteria Hasil : dan mengelola kepatenan - Untuk mengetahui adanya
(D.0005 SDKI 2016 Pola Napas (L.01004 SLKI 2016 jalan napas sputum
Halaman 26) Halaman 95) Tindakan : - Head-tilt atau chin-lift
1. Penggunaan otot bantu napas Observasi dapat membuka jalan
menurun dari skala 2 (cukup - Monitor pola napas napas
meningkat) menjadi 3 (sedang) - Monitor bunyi napas - Posisi fowler atau semi-
2. Pemanjangan fase ekspirasi tambahan fowler dapat mengurangi
menurun dari skala 2 (cukup - Monitor sputum resiko sesak napas
meningkat) menjadi 3 (sedang) Terapeutik - Fisioterapi dada dilakukan
3. Frekuensi napas membaik 2 - Pertahankan untuk meluruhkan dahak
(cukup memburuk) menjadi 3 kepatenan jalan napas agar dapat dikeluarkan
(sedang) dengan head-tilt dan - Minuman hangat dapat
chin-lift (jaw-thrust membantu membuka jalan
jika curiga trauma napas
servikal) - Penghisapan lender
- Posisikan fowler atau dilakukan untuk
semi fowler membantu pasien yang
- Lakukan fisioterapi tidak bisa mengeluarkan
dada dahak secara mandiri
- Berikan minuman - Asupan cairan 2000ml
hangat bisa membantu
- Lakukan penghisapan melegakan tenggorokan
lender kurang dari 15 - Teknik batuk efektif yaitu
detik untuk mengeluarkan
Edukasi dahak secara mandiri oleh
- Anjurkan asupan pasien
cairan 2000 ml/hari, - Pemberian bronkodilator
jika tidak ada kontra ekspektoran yaitu untuk
indikasi melegakan tenggorokan
- Ajarkan teknik batuk
efektif
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
bronkodilatorr,
ekspektoran,
mukolitik, jika perlu
3. Penurunan Curah Jantung Setelah dilakukan asuhan Perawatan Jantung - tanda/gejala sekunder
berhubungan dengan keperawatan diharapkan (1.02075 SIKI 2016 penurunan curah jantung
penurunan kontakbilitas dankeadekuatan jantung memompa Halaman 317) - untuk mengetahui tekanan
volume sekuncup jantung darah untuk memenuhi kebutuhan Definisi : mengidentifikasi, darah
metabolism tubuh meningkat merawat dan membatasi - untuk mengetahui saturasi
(D.0008 SDKI 2016 dengan Kriteria Hasil : komplikasi akibat oksigen
Halaman 34) Curah Jantung (L.02008 SLKI ketidakseimbnagan antara - untuk mengetahui adanya
2016 Halaman 20) suplai dan konsumsi oksigen aritmia
1. Bradikardia menurun dari skala miokard - posisi fowler dan semi
2 (cukup meningkat) menjadi 3 Tindakan : fowler dapat membantu
(sedang) Observasi jantung agar memompa
2. Pucat/sianosis menurun dari - Identifikasi darah ke seluruh tubuh
skala 2 (cukup menurun) tanda/gejala sekunder terutama bagian-bagian
menajdi 3 (sedang) penurunan curah yang terjauh
3. Tekanan darah membaik dari jantung - diet jantung yang sesuai
skala 2 (cukup menurun) - Monitor tekanan yaitu membatasi asupan
menjadi 3 (sedang) darah kafein, natrium, kolestrol,
- Monitor saturasi dan makanan tinggi lemak
oksigen - terapi relaksasi seperti
- Monitor aritmia mendengarkan music,
Terapeutik berdoa dapat membantu
- Posisikan pasien pasien agar lebih tenang
fowler atau semi - dukungan emosional dan
fowler dengan ke spiritual agar pasien tidak
bawah atau posisi merasa sendiri dan selalu
nyaman merasa banyak yang
- Berikan diet jantung mendampingi
yang sesuai - saturasi >94% agar
-
Berikan terapi asupan ke otak tetap
relaksasi untuk adekuat
mengurangi stress, - aktifitas fisik sesuai
jika perlu toleransi agar tidak terlalu
- Berikan dukungan memforsir tenaga yang
emosional dan dimiliki sehingga
spiritual memperkeras usaha kerja
- Berikan oksigen untuk jantung
mempertahankan - kandungan dari asap
saturasi oksigen > 94 rokok dapat memperburuk
% kerja jantung
Edukasi - untuk mengetahui apakah
- Anjurkan beraktifitas intake dan output pasien
fisik sesuai toleransi seimbang
- Anjurkan berhenti - antiaritmia diberikan
merokok untuk mencegah aritmia
- Ajarkan pasien dan - rujukan ke program
keluarga mengukur rehabilitasi jantung untuk
intake dan output perawatan yang lebih
cairan harian intensif pada jantung
Kolaborasi pasien
- Kolaborasi pemberian
antiaritmia, jika perlu
- Rujuk ke program
rehabilitasi jantung
4. Intoleransi Aktifitas Setelah dilakukan tindakan Manajemen Energi (1.05178 - Untuk mengetahui
berhubungan dengan keperawatan diharapkan respon SIKI 2016 Halaman 176) gangguan fungsi tubuh
ketidakseimbangan antara fisiologis terhadap aktivitas yang Definisi : mengidentifikasi yang mengakibatkan
suplai dankebutuhan membutuhkan tenaga meningkat dan mengelola penggunaan kelelahan
oksigen dengan Kriteria Hasil (L.05047 energy untuk mengatasi atau - Untuk mengetahui pola
SLKI Tahun 2016 Halaman mencegah kelelahan dan dan jam tidur pasien
(D.0056 SDKI 2016 149) : mengoptimalkan proses - Untuk mengetahui apakah
Halaman 128) 1. Frekuensi nadi meningkat pemulihan ada factor yang
dari skala 2 (cukup Tindakan : menyebabkan
menurun) menjadi 3 Observasi ketidaknyamanan pasien
(sedang) - Identifikasi gangguan - Lingkungan sangat
2. Tekanan darah membaik fungsi tubuh yang berpengaruh terhadap
dari skala 2 (cukup mengakibatkan kenyamanan pasien
memburuk menjadi 3 kelelahan - Latihan rentang gerak
(sedang) - Monitor pola dan jam aktif atau pasif agar tubuh
3. Jarak berjalan meningkat tidur pasien tidak lemas dan
dari skala 2 (cukup - Monitor lokasi dan kelebihan energy
menurun) menjadi 3 ketidaknyamanan - Latihan distraksi agar
(sedang) selama melakukan pasien lebih tenang
aktifitas sehingga kenyamanan
Terapeutik juga bertambah
- Sediakan lingkungan - Tirah baring untuk
nyaman dan rendah mengurangi resiko
stimulus kelelahan pada pasien
- Lakukan latihan - Aktivitas bertahap agar
rentang gerak pasif sesuai dengan
dan/atau aktif kemampuan pasien
- Berikan aktivitas
distraksi yang
menenangkan
Edukasi
- Anjurkan tirah baring
- Anjurkan melakukan
aktivitas secara
bertahap
Kolaborasi
- Kolaborasi dengan
ahli gizi tentang cara
meningkatkan asupan
makanan
5. Defisit Nutrisi berhubunganSetelah dilakukan asuhan Manajemen Nutrisi - Untuk mengetahui asupan
dengan laju metabolic, keperawatan diharapkan (1.03119 SIKI 2016 makanan pasien
dyspnea saat makan,keadekuatan asupan nutrisi untuk Halaman 200) - Makanan yang disukai
kelemahan otot pengunyah memenuhi kebutuhan metabolism Observasi dapat meningkatkan
membaik dengan Kriteria Hasil : - Monitor asupan asupan makanan pasien
(D.0019 SDKI 2016 Status Nutrisi (L.03030 SLKI makanan - Untuk mengetahui hasil
Halaman 56) 2016 Halaman 121) - Identifikasi makanan pemeriksaan laboratorium
1. Kekuatan otot pengunyah yang disukai - Oral hygine dapat
meningkat dari skala 2 (cukup - Monitor hasil membantu mengurangi
menurun) menjadi 3 (sedang) pemeriksaan asam di mulut dan
2. Kekuatan otot menelan laboratorium meningkatkan nafsu
meningkat dari skala 2 (cukup Terapeutik makan
menurun) menjadi 3 (sedang) - Lakukan oral hygine - Suplemen makanan untuk
3. Bising usus membaik dari skala sebelum makan, jika meningkatkan nafsu
2 (cukup memburuk) menjadi 3 perlu makan dan tambahan
(sedang) - Berikan suplemen nutrisi
makanan, jika perlu - Makanan tinggi serat
- Berikan makanan untuk mencegah
tinggi serat untuk konstipasi / BAB keras
mencegah konstipasi - Makan dengan posisi
Edukasi duduk dapat mencegah
- Anjurkan posisi muntah
duduk, jika mampu - Diet yang diprogramkan
- Ajarkan diet yang agar gizi sesuai dengan
diprogramkan kubutuhan tubuh
Kolaborasi - Medikasi untuk
Kolaborasi pemberian mengurangi keluhan agar
medikasi sebelum makan, meningkatkan nafsu
jika perlu makan
6. Bersihan Jalan Napas tidak Setelah dilakukan asuhan Latihan Batuk Efektif - Untuk mengetahui
Efektif berhubungan dengan keperawatan diharapkan (1.01006 SIKI 2016 kemampuan batuk pasien
mucus dalam jumlahkemampuan membersihkan secret Halaman 142) - Untuk mengetahui adanya
berlebihan peningkatanatau obstruksi jalan napas untuk Definisi : melatih pasien yang dahak yang susah
produksi mucus, eksudat mempertahankan jalan napas tetap tidak memiliki kemampuan dikeluarkan
dalam elveoli danpaten dengan Kriteria hasil : batuk secara efektif untuk - Untuk mengetahui adanya
bronkospasme Bersihan Jalan Napas (L.01001 membersihkan laring, trakea, infeksi saluran napas
SLKI 2016 Halaman 18) bronkiolus dari secret atau - Posisi fowler atau semi
(D.0001 SDKI 2016 1. Batuk efektif meningkat dari benda asing di jalan napas fowler agar lebih mudah
Halaman 18) skala 2 (cukup menurun) Tindakan : dalam proses
menjadi 3 (sedang) Observasi mengeluarkan dahak
2. Frekuensi napas membaik dari - Identifikasi - Memasang perlak untuk
skala 2 (cukup memburuk) kemampuan batuk memberi alas agar dahak
menjadi 3 (sedang) - Monitor adanya tidak berceceran
3. Pola napas 2 (cukup memburuk) retensi sputum - Untuk memberi tempat
menjadi 3 (sedang) - Monitor tanda dan khusus untuk membuang
gejala infeksi saluran dahak
napas - Agar pasien tahu tujuan
Terapeutik batuk efektif adalah untuk
- Atur posisi fowler membantu mengeluarkan
atau semi fowler dahak yang membandel
- Pasang perlak dan - Pemberian mukolitik atau
bengkok di pangkuan ekspektoran dapat
pasien melegakan tenggorokan
- Buang secret pada
tempat sputum
Edukasi
- Jelaskan tujuan dan
prosedur batuk efektif
- Anjurkan tarik napas
dalam melalui hidung
selama 4 detik,
ditahan selama 2 detik
kemudian keluarkan
dari mulut dengan
bibir mecucu
(dibulatkan) selama 8
detik
- Anjurkan mengulangi
tarik napas dalam
hingga 3 kali
- Anjurkan batuk
dengan kuat langsung
setalah tarik napas
dalam yang ke-3
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
mukolitik atau
ekspektoran, jika
perlu
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth, 2016, Keperawatan Medikal Bedah, Jakarta : EGC

Prastyo, 2014, Asuhan Keperawatan Pada Ny. S Dengan Gangguan Sistem


Pernafasan : Asma Bronkhiale Di Bangsal Melati Rsud Banyudono,
Surakarta : Program Studi DIII Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Salemba Medika

Muttaqin, Arif, 2015, Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan


Sistem Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika

Riyadi, Sujono. 2014. Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Isselbacher, dkk. 2015. Prinsip-prinsip Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: EGC.

Murwani, A. (2014). Pendidikan kesehatan dalam keperawatan. Yogyakarta:


Fitramaya

Anda mungkin juga menyukai