Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN KANKER TIROID

OLEH :

PUTRI ANI EKA PRATIWI, S.KEP

NIM. 2030088

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH SURABAYA

PRODI PROFESI NERS

2020/2021
A. Definisi Kanker Tiroid

Kanker Tiroid adalah suatu keganasan pada tiroid yang memiliki empat
tipe yaitu: papiler, folikuler, anaplastik, dan meduler.
Karsinoma tiroid termasuk kelompok penyakit keganasan dengan
prognosis relatif baik namun perjalanan klinisnya sukar diramalkan. Klien
dengan Ca Tiroid mengalami stres dan kecemasan yang tinggi.
Karsinoma tiroid adalah Neo Plasma yang jinak berasal dari sel epitel
yang tumbuh pada kelenjar gondok. (Ahmas AK. Muda, 1994 ; 118).

B. Etiologi
Pada kasus ini etiologi yang pasti belum diketahui. Yang berperan
khususnya untuk papilar dan falikular adalah radiasi dan gaiter endemis dan
untuk jenis medular adalah faktor genetik, belum diketahui suatu karsinogen
yang berperan untuk kanker anaplastik dan medular. (Arif Mansjoer, 2000 ;
287).

C. Manifestasi Klinis
Gelaja karsinoma tiroid bisa ditemukan sebagai berikut :

1. Kista bisa cepat membesar nodul jinak perlahan, sedangkan nodul ganas
agak cepat dan nodul anaplastik sangat cepat (dihitung dalam minggu)
tanpa nyeri.
2. Terdapat faktor resiko yaitu :
a. Masa anak-anak pernah mendapat terapi sinar didaerah leher atau
sekitar.
b. Anggota keluarga lainnya mendarita kelainan kelanjar gondok.
3. Merasakan adanya gangguan mekanik di daerah leher seperti gangguan
menelan yang menunjukkan adanya desakan esofagus atau perasaan sesak
yang menunjukkan adanyaa desakan ke trakea.
4. Pembesaran kelenjar getah bening di daerah leher (mungkin metastasis).
5. Penonjolan / kelainan pada tempurung kepala (metastasis di tengkorak)
perasaan sesak dan batuk yang disertai dahak berdarah (metastasis di
paru-paru bagi jenis falikular).

(Arif Mansjoer, 2000 ; 288)

D. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan TSH(sensitif) dan T4 bebas
2. pemeriksaaan laboratorium, pemeriksaan kadar kalsitonin untuk pasien
yang dicurigai, karsinama medular, DL,SGOT, SGPT, BSH.
3. pemeriksaan ultrasanografi untuk menentukan apakah nodul padat atau
kistik.
4. pemeriksaan sidik tiroid
5. pemeriksaan radiologis dilakukan untuk mencari metastatis. Dilakukan
foto palos jaringan lunak leher anterior-posterior dan lateral dengan posisi
leher hiperektensi bila tumor membesar. Esofagogram bila secara klinis
terdapat tanda-tanda adanya inflitrasi ke esofagos dan foto tulang bila
tanda-tanda metastasis ketulang yang bersangkutan.

(Arif Mansjoer 2000:288)

E. Penatalaksanaan
1. Operasi
Teknik operasi yang direkomendasikan ialah tiroidetomi artinya
mengangkat kelenjar tiroid bisa sabelah(dekstra atau sinistra) atau
keduanya(bilateral).
2. Radiasi
a. Radiasi interna dilakukan dengan syarat jaringan tiroid normal yang
afinitusnya lebih besar harus dihilangkan dulu dengan operasi atau
ablasio dengan pemberian 1131 dosis yang lebih tinggi sehingga
jaringan tiroid normal rusak semua. Radiasi ini diberikan pada tumor
yang bermetastatis atau terdapat sisa tumor.
b. Radiasi eksterna diberikan juga pada terapi paliatif bagi tumor yang
telah bermetastatis.
3. Kemoterapi
Jenis pengobatan ini diberikan pada karsinoma anaplastik karena radiasi
internal dan humoral tidak bermanfaat lagi. Obat yang diberikan ialah
adriamisin tunggal atau kombinasi dengan cyspalthinum
4. Hurmonal
Terapi ini bertujuan menekan TSH yang diduga ikut berperan dalam
merangsang ploriferasi pertumbuhan sel-sel maligna.

(Arif mansjoer 2000 : 290-291)

F. Komplikasi
Komplikasi yang sering muncul pada kanker tiroid adalah :
1. Perdarahan
Resiko ini minimum, namun hati-hati dalam mengamankan hemostatis dan
penggunaan drain pada pasien setelah operasi.
2. Masalah terbukanya vena besar (vena tiroidea superior) dan menyebabkan
embolisme udara.
3. Trauma pada nervus laringeus rekurens
Ini dapat menimbulkan paralisis sebagian atau total pada laring.
4. Sepsis yang meluas ke mediastinum
Seharusnya ini tidak boleh terjadi pada operasi bedah sekarang ini,
sehingga antibiotik tidak diperlukan sebagai pofilaksis lagi. (Sutjahjo,
2006, hal:86)

Kompilkasi akibat tiroidektomi dibagi dalam 3 golongan, yaitu:

1. Minor : seroma
2. Jarang : kerusakan trunkus simpatikus
3. Mayor : perdarahan intraoperative
4. Perdarahan pasca operatif
5. Trauma pada n. laringeus rekuren/ superior
6. Hipoparatiroidisme
7. Hipotiroidisme
8. Krisis tiroid
9. Infeksi
Kelenjar Tiroid

G. WOC

Radiasi Goiterendemis Faktor Genetik

Sekresi Tiroid

Tiroksi Tirokalsitanin

Peningkatan metabolisme Penurunan kalsium Sekresi sel cerna


hipertiroid

Hipokalsium Lemas hipokalsium


Defisit Nutrisi Hipertermi

Stroke val menurun Intoleransi Aktivitas


Kejang

Penurunan Curah Jantung


Hipertiroid

Ketidaktahuan Thyroidektomi Pertumbuhan Tumor


Ansietas tentang tindakan
operasi
Insisi Pembedahan

Nyeri Akut

Risiko Infeksi
H. ASUHAN KEPERAWATAN (TEORI)
1. Pengkajian
Pengkajian adalah pemikiran dasar deri proses keperawatan yang bertujuan
mengumpulkan informasi atau data tentang pasien agar dapar mengidentifikasi,
mengenali masalah, masalah kebutuhan kesehatan keperawatan pasien baik fisik,
mental, sosial dan lingkungan. (Masrul effendy 1995 : 18)
2. Pengumpulan data
Pada pengumpulan data ini dapat diperoleh dengan cara observasi pengukuran
terhadap obyek dan pemeriksaan data yang tertulis.
3. Anamnese
1) Identitas pasien
Meliputi nama pasien, umur, jenis kelamin, alamat, no RMK, tgl MRS,
pekerjaan, agama.
2) Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama
Kelihan apa yang paling dirasakan oleh klien yang datang saat berobat.
Pada klien karsinoma tiroid biasanya mengeluh terasa nyeri bila dibuat
menelan karena adanya desahan esophagus
b. Riwayat kesehatan sekarang
Dimulai sejak klien menemukan benjolan yang keras / kenyal bila diraba
dan melekat pada leher.
c. Riwayat kesehatan dahulu
Karsinoma tiroid bermula pada masa kanak-kanak atau dewasa awal
adenokarsinoma folikular biasanya tampak pada usia di atas 40 tahun.
d. Riwayat penyakit keluarga
Di dalam keluarga apakah ada yang menderita penyakit karsinoma
tiroid atau enyakit keturunan atau menular.
4. Pemeriksaan fisik
1) B1 Sistem Pernafasan (Breathing)
Bentuk hidung simetris keadaan bersih tidak ada sekret, pergerakan
dada simetris, Irama nafas regular tetapi ketika nyeri timbul ada
kemungkinan terjadi nafas yang pendek dan cepat. Tidak ada nyeri
tekan pada dada, tidak ada retraksi otot bantu nafas, gerakan fokal
fremitus antara kanan dan kiri sama, pada hernia inkarcerata dan
strangulata di jumpai adanya peningkatan RR (> 24 x /mnt) pada
perkusi terdapat bunyi paru resonan, suara nafas vesikuler tidak ada
suara tambahan seperti ronkhi dan whezzing.
2) B2 Sistem Kardiovaskuler (Blood)
Konjungtiva normal tidak terdapat sianosis, tidak ada peningkatan JVP,
tidak ada clubbing finger, CRT < 3 detik, tidak terdapat sianosis,
peningkatan frekuensi dan irama denyut nadi karena nyeri, terdapat
bunyi jantung pekak/redup, bunyi jantung tidak disertai suara
tambahan, bunyi jantung normal S1 S2 tunggal lup dup.
3) B3 Sistem Persyarafan (Brain)
Umumnya pada pasien ca tiroid tidak mengalami gangguan pada
persyarafannya, namun gangguan bisa terjadi dengan adanya nyeri pada
post operasi sehingga perlu dikaji nilai GCS. Kaji PQRST
P= Provoking: Merupakan hal - hal yang menjadi faktor presipitasi
timbulnya nyeri, biasanya berupa trauma pada bagian tubuh yang
menjalani prosedur pembedahan dan biasanya nyeri akan bertambah
apabila berdin mengejan batuk kronik dll.
Q= Quality of pain: seperti apa rasa nyeri yang dirasakan atau
digambarkan klien. Apakah seperti terbakar, ditekan, ditusuk-tusuk,
diremas.
R= Region: apakah rasa sakit bisa reda, apakah rasa sakit menjalar atau
menyebar dan dimana rasa sakit terjadi.
S= Scale of pain: Biasanya klien hernia akan menilai sakit yang
dialaminya dengan skala 5 - 7 dari skala pengukuran 1 - 10.
T=Time: Merupakan lamanya nyeri berlangsung, kapan muncul dan
dalam kondisi seperti apa nyeri bertambah buruk. (Muttaqin, 2008).
4) B4 Sistem Perkemihan (Bladder)
Pada Post Operasi kaji apakah terdapat benjolan pada abdomen bagian
bawah / kandung kemih. Ada tidaknya nyeri tekan pada kandung kemih.
5) B5 Sistem Pencernaan (Bowel)
Dikaji mulai dari mulut sampai anus, tidak ada asites, tidak ada benjolan
pada abdomen, biasanya tidak ada nyeri tekan, tidak ada distensi
abdomen. Terdapat suara tympani pada abdomen, Peristaltik usus 5-
21x/menit.
6) B6 Sistem Muskuluskeletal (Bone)
Secara umum tidak memiliki gangguan, tetapi perlu dikaji kekuatan otot
ekstremitas atas dan bawah,dengan nilai kekuatan otot (0-5), adanya
kekuatan pergerakan atau keterbatasan gerak. Terdapat lesi/ luka. Kaji
keadaan luka apakah terdapat push atau tidak, ada tidaknya infeksi,
keadaan luka bersih atau lembab.
7) B7 Sistem Penginderaan
Pada sistem ini tidak mengalami gangguan baik pengindraan, perasa,
peraba, pendengaran dan penciuman semua dalam keadaan normal.
8) B8 Sistem Endokrin
Pada sistem endokrin terdapat pembesaran kelenjar thyroid dan
kelenjar parotis.
I. Rencana Asuhan Keperawatan

Diagnosa
No Tujuan dan Kriteria
Keperawata Intervensi Rasional
. Hasil
n
1. Defisit Nutrisi Setelah dilakukan Manajemen Nutrisi 1. Monitor asupan makanan apakah sudah sesuai
berhubungan asuhan keperawatan (1.03119 SIKI 2016 dengan kebutuhan
dengan selama 3 x 24 jam Halaman 200) 2. Makanan yang disukai dapat digunakan sebagai
peningkatan maka Status Nutrisi Definisi: mengidentifikasi peningkat nafsu makan
kebutuhan (L.03030 SLKI 2016 dan mengelola asupan 3. Untuk mengetahui pemeriksaan laboratorium
metabolism Halaman 121) nutrisi yang seimbang apakah ada penurunan atau peningkatan
membaik dengan Tindakan: 4. Oral hygine dapat membantu mengurangi
(D.0019 Kriteria Hasil : Observasi keasaman pada mulut
SDKI 2016 1. Porsi makan 1. Monitor asupan 5. Suplemen makan dapat membantu meningkatkan
Halaman 56) dihabiskan makanan nafsu makan
dari skala 2 2. Identifikasi makanan 6. Posisi duduk saat makan dapat mengurangi resiko
(cukup yang disukai mual dan muntah
menurun) 3. Monitor hasil 7. Diet yang diprogramkan dapat membantu
menjadi 3 pemeriksaan menyeimbangkan asupan nutrisi
(sedang) laboratorium 8. Medikasi sebelum makan seperti anti nyeri dapat
2. Nafsu makan Terapeutik mengurangi tidak nafsu makan
membaik dari 4. Lakukan oral hygine
skala 2 sebelum makan, jika
(cukup perlu
memburuk) 5. Berikan suplemen
menjadi 3 makanan, jika perlu
(sedang) 6. Berikan makanan
3. Bising usus tinggi serat untuk
membaik dari mencegah konstipasi
skala 2 Edukasi
(cukup 7. Anjurkan posisi
memburuk) duduk, jika mampu
menjadi 3 8. Ajarkan diet yang
(sedang) diprogramkan
Kolaborasi
9. Kolaborasi
pemberian medikasi
sebelum makan, jika
perlu
2. Hipertermia Setelah dilakukan Manajemen Hipertermia 1. Untuk mengetahui adanya dehidrasi, terpapar
berhubungan asuhan keperawatan (1.15506 SIKI 2016 lingkungan panas, penggunaan incubator
dengan selama 3 x 24 jam Halaman 181) 2. Untuk memantau adanya kenaikan dan
peningkatan maka Termoregulasi Definisi: mengidentifikasi penurunan suhu
laju (L.14134 SLKI 2016 dan mengelola peningkatan 3. Untuk mengetahui haluaran urine pasien
metabolism Halaman 129) suhu tubuh akibat disfungsi 4. Lingkungan yang dingin membantu
membaik dengan termoregulasi menurunkan suhu kulit pasien
(D.0130 Kriteria Hasil : Tindakan: 5. Pakaian yang longgar dapat membantu
SDKI 2016 1. Suhu tubuh Observasi mengeluarkan panas dari tubuh pasien
Halaman membaik dari 1. Identifikasi 6. Pemberian cairan dapat membantu
284) skala 2 penyebab menurunkan suhu tubuh yang tinggi
(cukup hipertermia 7. Pemberian antipiretik dapat memperlambat
memburuk) 2. Monitor suhu tubuh penurunan suhu tubuh
menjadi 3 3. Monitor haluaran 8. Oksigen dapat membantu menurunkan suhu
(sedang) urine tubuh
2. Takikardi, Terapeutik 9. Tirah baring membantu menurunkan suhu
takipnea, 4. Sediakan lingkungan tubuh
bradikardi yang dingin 10. Pemberian cairan dapat menurunkan suhu
menurun dari 5. Longgarkan atau tubuh
skala 2 lepaskan pakaian
(cukup 6. Berikan cairan oral
meningkat) 7. Hindari pemberian
menjadi 3 antipiretik atau
(sedang) aspirin
3. Tekanan 8. Berikan oksigen, jika
darah perlu
memburuk Edukasi
dari skala 2 9. Anjurkan tirah
(cukup baring
memburuk) Kolaborasi
menjadi 3 10. Kolaborasi
(sedang) pemberian cairan
dan elektrolit
intravena, jika perlu
3. Penurunan Setelah dilakukan Perawatan Jantung 1. tanda/gejala sekunder penurunan curah
curah jantung asuhan keperawatan (1.02075 SIKI 2016 jantung
berhubungan selama 3 x 24 jam Halaman 317) 2. untuk mengetahui tekanan darah
dengan maka Curah jantung Definisi : mengidentifikasi, 3. untuk mengetahui saturasi oksigen
perubahan (L.02008 SLKI 2016 merawat dan membatasi 4. untuk mengetahui adanya aritmia
frekuensi Halaman 20) komplikasi akibat 5. posisi fowler dan semi fowler dapat membantu
jantung meningkat dengan ketidakseimbnagan antara jantung agar memompa darah ke seluruh tubuh
Kriteria Hasil : suplai dan konsumsi terutama bagian-bagian yang terjauh
(D.0008 1. Tekanan oksigen miokard 6. diet jantung yang sesuai yaitu membatasi
SDKI 2016 darah Tindakan : asupan kafein, natrium, kolestrol, dan makanan
Halaman 34) membaik dari Observasi tinggi lemak
skala 2 1. Identifikasi 7. terapi relaksasi seperti mendengarkan music,
(cukup tanda/gejala berdoa dapat membantu pasien agar lebih
memburuk) sekunder penurunan tenang
menjadi 3 curah jantung 8. dukungan emosional dan spiritual agar pasien
(sedang) 2. Monitor tekanan tidak merasa sendiri dan selalu merasa banyak
2. Lelah darah yang mendampingi
menurun dari 3. Monitor saturasi 9. saturasi >94% agar asupan ke otak tetap
skala 2 oksigen adekuat
(cukup 4. Monitor aritmia 10. aktifitas fisik sesuai toleransi agar tidak terlalu
meningkat) Terapeutik memforsir tenaga yang dimiliki sehingga
menjadi 3 5. Posisikan pasien memperkeras usaha kerja jantung
(sedang) fowler atau semi 11. kandungan dari asap rokok dapat
3. Edema fowler dengan ke memperburuk kerja jantung
menurun dari bawah atau posisi 12. untuk mengetahui apakah intake dan output
skala 2 nyaman pasien seimbang
(cukup 6. Berikan diet jantung 13. antiaritmia diberikan untuk mencegah aritmia
meningkat) yang sesuai 14. rujukan ke program rehabilitasi jantung untuk
menjadi 3 7. Berikan terapi perawatan yang lebih intensif pada jantung
(sedang) relaksasi untuk pasien
mengurangi stress,
jika perlu
8. Berikan dukungan
emosional dan
spiritual
9. Berikan oksigen
untuk
mempertahankan
saturasi oksigen >
94 %
Edukasi
10. Anjurkan
beraktifitas fisik
sesuai toleransi
11. Anjurkan berhenti
merokok
12. Ajarkan pasien dan
keluarga mengukur
intake dan output
cairan harian
Kolaborasi
13. Kolaborasi
pemberian
antiaritmia, jika
perlu
14. Rujuk ke program
rehabilitasi jantung
4. Intoleransi Setelah dilakukan Manajemen Energi 1. Untuk mengetahui batas kekuatan fisik klien
Aktivitas asuhan keperawatan (1.05178 SIKI 2016 2. Pola dan jam tidur dapat membantu
berhubungan selama 3 x 24 jam Halaman 176) memanajemen pengeluaran energy
dengan maka Toleransi Definisi: mengidentifikasi 3. Untuk mengetahui ketidaknyamanan pasien
kelemahan Aktivitas (L.05047 dan mengelola penggunaan saat melakukan aktifitas
SLKI 2016 Halaman energy untuk mengatasi 4. Menyediakan lingkungan yang nyaman untuk
(D.0056 149) meningkat atau mencegah kelelahan pasien seperti pencahayaan yang pas dan
SDKI 2016 dengan Kriteria Hasil dan mengoptimalkan proses mengurangi tingkat kebisingan
Halaman : pemulihan 5. Setelah terkaji kemampuan gerak pasien,
128) 1. Frekuensi Tindakan: perawat dapat mengetahui apakah pasien
nadi Observasi dapat melakukan gerak secara mandiri atau
meningkat 1. Monitor kelemahan fisik dengan bantuan
dari skala 2 dan emosional 6. Tirah baring dapat membantu menghemat
(cukup 2. Monitor pola dan jam pengeluaran tenaga oleh pasien
menurun) tidur 7. Aktivitas secara bertahap dapat membantu
menjadi 3 3. Monitor lokasi dan memanajemen energy
(sedang) ketidaknyamanan selama 8. Asupan makanan yang tepat dapat membantu
2. Keluhan lelah melakukan aktifitas. keseimbangan energy
menurun dari Terapeutik
skala 2 4. Sediakan lingkungan
(cukup nyaman dan rendah
meningkat) stimulus
menjadi 3 5. Lakukan latihan rentang
(sedang) gerak pasif dan aktif
3. Tekanan 6. Fasilitasi duduk di sisi
darah tempat tidur
membaik dari Edukasi
skala 2 7. Anjurkan tirah baring
(cukup 8. Anjurkan melakukan
memburuk) aktivitas secara bertahap
menjadi 3 Kolaborasi
(sedang) 9. Kolaborasi dengan ahli
gizi tentang cara
meningkatkan asupan
makanan
5. Ansietas Setelah dilakukan Terapi Relaksasi 1. Untuk mengidentifikasi adanya penurunan tingkat
berhubungan asuhan keperawatan (1.09326 SIKI 2016 energy, ketidakmampuan berkonsentrasi, atau
dengan selama 3 x 24 jam Halaman 436) gejala lain yang mengganggu kemampuan kognitif
kurang maka Tingkat Definisi: menggunakan 2. Untuk mengetahui teknik relaksai yang pernah
terpapar ansietas (L.09093 teknik peregangan untuk efektif
informasi SLKI 2016 Halaman mengurangi tanda dan 3. Untuk mengetahui kesediaan, kemampuan, dan
132) menurun
gejala ketidaknyamanan penggunaan teknik sebelumnya
(D.0080 dengan Kriteria Hasil
SDKI 2016 :
seperti nyeri, ketegangan 4. Untuk memonitor ketegangan otot, frekuensi nadi,
Halaman 1. Perilaku otot, atau kecemasan tekanan darah, suhu sebelum dan sesudah
180) gelisah Tindakan: melakukan tindakan
menurun dari Observasi: 5. Lingkungan yang nyaman untuk meningkatkan
skala 2 1. Identifikasi kenyamanan pasien
(cukup penurunan tingkat 6. Pakaian longgar meningkatkan kenyamanan
meningkat) energy, pasien
menjadi 3 ketidakmampuan 7. Suara yang lembut dari perawat mempermudah
(sedang) berkonsentrasi, atau pasien dalam menerima informasi yang
2. Tekanan gejala lain yang disampaikan oleh perawat
darah mengganggu 8. Relaksasi penunjang berperan dalam menunjang
membaik dari kemampuan tindakan lain
skala 2 kognitif 9. Agar pasien mengetahui tujuan, manfaat, batasan,
(cukup 2. Identifikasi teknik dan jenis relaksasi yang digunakan
memburuk) relaksasi yang 10. Agar pasien mengetahui relaksasi apa yang
menjadi 3 pernah efektif akan dilakukan
(sedang) digunakan 11. Posisi nyaman berpengaruh dalam
3. Perasaan 3. Identifikasi kesembuhan pasien
keberdayaan kesediaan, 12. Relaksasi yang sering dilakukan dapat
membaik dari kemampuan, dan mempercepat efeknya
skala 2 penggunaan teknik 13. Demonstrasi latihan relaksasi agar pasien
sebelumnya mengerti cara melakukan relaksasi
(cukup
4. Periksa ketegangan
memburuk)
otot, frekuensi nadi,
menjadi 3
tekanan darah, suhu
(sedang) sebelum dan
sesudah latihan
Terapeutik:
5. Ciptakan
lingkungan yang
tenang dan tanpa
gangguan dengan
pencahayaan dan
suhu ruang nyaman,
jika memungkinkan
6. Gunakan pakaian
longgar
7. Gunakan nada suara
yang lembut dengan
irama lambat dan
berirama
8. Gunakan relaksasi
sebagai strategi
penunjang dengan
analgetik atau
tindakan medis lain,
jika sesuai
Edukasi:
9. Jelaskan tujuan,
manfaat, batasan,
dan jenis relaksasi
yang tersedia
(missal music
meditasi, napas
dalam, relaksasi otot
progresif)
10. Jelaskan secara rinci
intervensi relaksasi
yang dipilih
11. Anjurkan
mengambil posisi
nyaman
12. Anjurkan sering
mengulangi atau
melatih teknik yang
dipilih
13. Demonstrasikan dan
latih teknik relaksasi
6. Nyeri Akut Setelah dilakukan Pemberian Analgesik 1. Untuk mengetahui pencetus, pereda, kualitas,
berhubungan asuhan keperawatan (1.08243 SIKI 2016 lokasi, intensitas, frekuensi, durasi nyeri pasien
dengan agen selama 3 x 24 jam Halaman 251) 2. Untuk mengetahui apakah ada alergi obat pada
pencedera maka Tingkat nyeri Definisi: menyiapkan dan pasien
fisik (L.08066 SLKI 2016
Halaman 145) memberikan agen 3. Untuk mengontrol vital sign
(D.0077 menurun dengan farmakologis untuk 4. Untuk menyediakan informasi, data dan bukti efek
SDKI 2016 Kriteria Hasil : mengurangi atau dari pemberian analgesic
Halaman 1. Keluhan nyeri menghilangkan rasa sakit 5. Agar pasien mengetahui efek terapi dan efek
172) menurun dari Tindakan: samping obat
skala 2 (cukup Observasi: 6. bekerja sama dalam tim kesehatan dalam upaya
meningat) 1. Identifikasi perawat mengidentifikasi pelayanan keperawatan
menjadi 3 karakteristik nyeri yang dibutuhkan termasuk diskusi atau tukar
(sedang) (pencetus, pereda, pendapat dalam pemberian analgesik
2. Gelisah menurun kualitas, lokasi,
dari skala 2 intensitas, frekuensi,
(cukup durasi)
meningkat) 2. Identifikasi riwayat
menjadi 3 alergi obat
(sedang) 3. Monitor tanda-tanda
3. Frekuensi nadi vital sebelum
membaik dari melakukan
skala 2 (cukup pemberian analgesic
memburuk) Terapeutik:
menjadi 3 4. Dokumentasikan
(sedang) repons terhadap
efek analgesic dan
efek yang tidak
diinginkan
Edukasi:
5. Jelaskan efek terapi
dan efek samping
obat
Kolaborasi:
6. Kolaborasi
pemberian dosis dan
jenis analgesic, jika
perlu
7. Risiko infeksi Setelah dilakukan Pencegahan Infeksi 1. Untuk mengetahui tanda dan gejala infeksi local
asuhan keperawatan 1.14539 SIKI 2016 dan sistemik
selama 3 x 24 jam Halaman 278) 2. Membatasi jumlah pengunjung dapat mengurangi
maka Tingkat Infeksi Definisi: mengidentifikasi resiko infeksi
(L.14137 SLKI 2016 dan menurunkan risiko 3. Perawatan kulit untuk membersihkan kulit dari
Halaman 139) terserang organisme bakteri dan kuman yang menyebabkan infeksi
menurun dengan
patogenik 4. Cuci tangan merupakan hal pertama mengurangi
Kriteria Hasil :
Tindakan: resiko infeksi
Setelah dilakukan
Observasi: 5. Teknik aseptic mencegah dan mengurangi resiko
tindakan
1. Monitor tanda dan infeksi pada pasien beresiko tinggi
keperawatan selama
gejala infeksi local 6. Agar pasien tau tanda dan gejala dari infeksi
3 x 24 jam
dan sistemik 7. Agar pasien tau cara mencuci tangan yang baik
diharapkan keutuhan
Terapeutik: dan benar
kulit atau jaringan
2. Batasi jumlah 8. Agar pasien tau cara memeriksa kondisi luka atau
meningkat dengan
pengunjung luka operasi
Kriteria Hasil :
3. Berikan perawatan 9. Asupan nutrisi meningkatkan pertahanan diri
Integritas Kulit
kulit pada area untuk mencegah infeksi
dan Jaringan
edema 10. Asupan cairan membantu untuk mencegah
(L.14125 SLKI
4. Cuci tangan infeksi
2016 Halaman 33)
sebelum dan 11. Imunisasi membantu meningkatkan imun dan
1. Kerusakan
sesudah kontak mencegah infeksi
jaringan menurun
dengan pasien dan
dari skala 2
lingkungan pasien
(cukup
5. Pertahankan teknik
meningkat)
aseptic pada pasien
menjadi 3
(sedang) berisiko tinggi
2. Elastisitas Edukasi:
meningkat dari 6. Jelaskan tanda dan
skala 2 (cukup gejala infeksi
menurun) 7. Ajarkan cara
menjadi 3 mencuci tangan
(sedang) dengan benar
3. Nyeri menurun 8. Ajarkan cara
dari skala 2 memeriksa kondisi
(cukup luka atau luka
meningkat) operasi
menjadi 3 9. Anjurkan
(sedang) meningkatkan
asupan nutrisi
10. Anjurkan
meningkatkan
asupan cairan
Kolaborasi:
11. Kolaborasi
pemberian
imunisasi, jika
perlu
J. Daftar Pustaka

Ahmad A.K Muda, 1994. Kamus Lengkap Kedokteran. Gita Media. Surabaya

Mansjoer, Arif, 1999. Kapita Selekta Kedokteran,Jilid 3 FKUI. Jakarta

Soeperman, 1999. Buku Ajar Penyakit Dalam, Jilid I Edisi 2. FKUI. Jakarta

Carpenito, Lynda Juall, 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Edisi 8 EGC. Jakarta

Doengoes Marilynn. E, 1999. Rencana Asuhan Keprawatan Medikel Bedah, Edisi 3, EGC.
Jakarta

Engram, Barbara, 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Medikel Bedah, Volume 3, EGC.
Jakarta

Azis Alimul H, 2002. Dokumentasi Keperawatan, EGC. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai