Disusun Oleh :
Putri Ani Eka Pratiwi, S.Kep
NIM 2030088
C. Klasifikasi
1. Klasifikasi Diabetes Mellitus secara Umum.
a. Tipe I: Diabetes Mellitus tergantung insulin (Insulin Dependen
Diabetes Mellitus : IDDM.)
b. Tipe II: Diabetes Mellitus tidak tergantung insulin (Non Insulin
Dependen Diabetes Mellitus: NIDDM).
c. Diabetes Mellitus yang berhubungan dengan keadaan atau sindrom
lainnya.
d. Diabetes mellitus Gestasional (DMG).
2. Klasifikasi menurut umur, waktu penyakit timbul, lama sakit, berat
penyakit, dan komplikasi (White)
a. Kelas A: Diabetes laten (subklinis atau diabetes hamil). Uji toleransi
gula tidak normal. Pengobatan tidak memerlukan insulin, cukup
dengan diet saja. Prognosis untuk ibu dan janin baik.
b. Kelas B: Diabetes dewasa diketahui setelah usia 19 tahun; berlangsung
kurang dari 10 tahun; tidak disertai kelainan pembuluh darah.
c. Kelas C: timbul pada umur 10-19 tahun, menderita selama 10-19
tahun; tanpa kelainan pembuluh darah.
d. Kelas D: Diderita sejak umur 10 tahun; lama 20 tahun; disertai
kelainan pembuluh darah seperti arteriosklerosis pada retina, tungkai,
dan renitis.
e. Kelas E: Telah terjadi kalsifikasi pembuluh darah.
f. Kelas F: Diabetes dengan nefropatia, termasuk glomerulonefritis dan
pielonefritis.
g. Kelas G: Diabetes dengan komplikasi retinistis proliferans atau dengan
perdarahan dalam korpus vitreum.
h. Kelas H: Diabetes dengan komplikasi penyakit koroner.
D. Manifestasi Klinis
Menurut (Sujono and Sukarmin 2008) manifestasi klinis pada penderita DM,
yaitu:
a. Gejala awal pada penderita DM adalah
1) Poliuria (peningkatan volume urine)
2) Polidipsia (peningkatan rasa haus) akibat volume urine yang sangat
besar dan keluarnya air yang menyebabkan dehidrasi ekstrasel.
Dehisrasi intrasel mengikuti dehidrasi ekstrasel karena air intrasel
akan berdifusi keluar sel mengikuti penurunan gradien konsentrasi
ke plasma yang hipertonik (sangat pekat). Dehidrasi intrasel
merangsang pengeluaran ADH (antidiuretic hormone) dan
menimbulkan rasa haus.
3) Polifagia (peningkatan rasa lapar). Sejumlah kalori hilang kedalam
air kemih, penderita mengalami penurunan berat badan. Untuk
mengkompensasi hal ini penderita seringkali merasa lapar yang
luar biasa.
4) Rasa lelah dan kelemahan otot akibat gangguan aliran darah pada
pasien diabetes lama, katabolisme protein diotot dan
ketidakmampuan sebagian besar sel untuk menggunakan glukosa
sebagai energi.
b. Gejala lain yang muncul
1) Peningkatan angka infeksi akibat penurunan protein sebagai bahan
pembentukan antibody, peningkatan konsentrasi glukosa disekresi
mukus, gangguan fungsi imun dan penurunan aliran darah pada
penderita diabetes kronik.
2) Kelainan kulit gatal-gatal, bisul. Gatal biasanya terjadi di daerah
ginjal, lipatan kulit seperti di ketiak dan dibawah payudara,
biasanya akibat tumbuhnya jamur.
3) Kelainan ginekologis, keputihan dengan penyebab tersering yaitu
jamur terutama candida.
4) Kesemutan rasa baal akibat neuropati. Regenerasi sel mengalami
gangguan akibat kekurangan bahan dasar utama yang berasal dari
unsur protein. Akibatnya banyak sel saraf rusak terutama bagian
perifer.
5) Kelemahan tubuh
6) Penurunan energi metabolik/penurunan BB yang dilakukan oleh
sel melalui proses glikolisis tidak dapat berlangsung secara
optimal.
7) Luka yang lama sembuh, proses penyembuhan luka membutuhkan
bahan dasar utama dari protein dan unsur makanan yang lain.
Bahan protein banyak diformulasikan untuk kebutuhan energi sel
sehingga bahan yang diperlukan untuk penggantian jaringan yang
rusak mengalami gangguan.
8) Laki-laki dapat terjadi impotensi, ejakulasi dan dorongan
seksualitas menurun karena kerusakan hormon testosteron.
9) Mata kabur karena katarak atau gangguan refraksi akibat
perubahan pada lensa oleh hiperglikemia.
E. Pemeriksaan Penunjang
1. Adanya kadar glukosa darah yang tinggi secara abnormal. Kadar gula
darah pada waktu puasa > 140 mg/dl. Kadar gula sewaktu >200 mg/dl.
2. Tes toleransi glukosa. Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam pp
>200 mg/dl.
3. Glukosa darah: darah arteri / kapiler 5-10% lebih tinggi daripada darah
vena, serum/plasma 10-15% daripada darah utuh, metode dengan
deproteinisasi 5% lebih tinggi daripada metode tanpa deproteinisasi
4. Glukosa urin: 95% glukosa direabsorpsi tubulus, bila glukosa darah > 160-
180% maka sekresi dalam urine akan naik secara eksponensial, uji dalam
urin: + nilai ambang ini akan naik pada orang tua. Metode yang populer:
carik celup memakai GOD.
5. Benda keton dalam urine: bahan urine segar karena asam asetoasetat cepat
didekrboksilasi menjadi aseton. Metode yang dipakai Natroprusid, 3-
hidroksibutirat tidak terdeteksi
6. Pemeriksan lain: fungsi ginjal ( Ureum, creatinin), Lemak darah:
(Kholesterol, HDL, LDL, Trigleserid), Ffungsi hati, antibodi anti sel insula
langerhans ( islet cellantibody)
Penatalaksanaan
Menurut (Mansjoer and Dkk 2008) penataaksanaan medis yaitu
tujuan utama terapi DM adalah mencoba menormalkan aktivitas insulin
dan kadar glukosa darah dalam upaya mengurangi terjadinya komplikasi
vaskuler serta neuropatik. Tujuan terapeutik pada setiap tipe DM adalah
mencapai kadar glukosa darah normal tanpa terjadi hipoglikemia dan
gangguan serius pada pola aktivitas pasien. Ada lima komponen dalam
penatalaksanaan DM, yaitu :
1) Diet
Syarat diet DM hendaknya dapat :
a. Memperbaiki kesehatan umum penderita
b. Mengarahkan pada berat badan normal
c. Menekan dan menunda timbulnya penyakit angiopati diabetic
d. Memberikan modifikasi diit sesuai dengan keadaan penderita
e. Menarik dan mudah diberikan
3) Penyuluhan
Penyuluhan merupakan salah satu bentuk penyuluhan kesehatan
kepada penderita DM, melalui bermacam-macam cara atau media
misalnya: leaflet, poster, TV, kaset video, diskusi kelompok, dan
sebagainya.
4) Obat-Obatan
a. Tablet OAD (Oral Antidiabetes)/ Obat Hipoglikemik Oral
(OHO)
1. Mekanisme kerja sulfanilurea
Obat ini bekerja dengan cara menstimulasi pelepasan
insulin yang tersimpan, menurunkan ambang sekresi insulin
dam meningkatkan sekresi insulin sebagai akibat
rangsangan glukosa. Obat golongan ini biasanya diberikan
pada penderita dengan berat badan normal dan masih bisa
dipakai pada pasien yang berat badannya sedikit lebih.
2. Mekanisme kerja Biguanida
Biguanida tidak mempunyai efek pankreatik, tetapi
mempunyai efek lain yang dapat meningkatkan efektivitas
insulin, yaitu :
a) Biguanida pada tingkat prereseptor → ekstra
pankreatik
1) Menghambat absorpsi karbohidrat
2) Menghambat glukoneogenesis di hati
3) Meningkatkan afinitas pada reseptor insulin
b) Biguanida pada tingkat reseptor : meningkatkan
jumlah reseptor insulin
c) Biguanida pada tingkat pascareseptor: mempunyai
efek intraselluler
b. Insulin
1. Indikasi penggunaan insulin
a) DM tipe I
b) DM tipe II yang pada saat tertentu tidak dapat dirawat
dengan OAD
c) DM kehamilan
d) DM dan gangguan faal hati yang berat
e) DM dan gangguan infeksi akut (selulitis, gangren)
f) DM dan TBC paru akut
g) DM dan koma lain pada DM
h) DM operasi
i) DM patah tulang
j) DM dan underweight
k) DM dan penyakit Graves
2. Beberapa cara pemberian insulin
a. Suntikan insulin subkutan
b. Insulin regular mencapai puncak kerjanya pada 1 – 4
jam, sesudah suntikan subcutan, kecepatan absorpsi di
tempat suntikan tergantung pada beberapa faktor antara
lain.
5) Penatalaksanaan obstetric
a. Persalinan dilakukan:
- Pertahankan janin sampai aterm (cukup umur) dan lahir
dengan spontan.
- Usahakan lakukan persalinan pada minggu 37-38
kehamilan.
- Bisa dilakukan Primer seksio sesarea.
b. Penanganan bayi dengan DM:
- Bayi dengan DM disamakan penanganannya dengan bayi
prematur.
- Observasi kemungkinan hipoglisemia pada bayi.
- Rawat bayi di Perawatan intensif: neonatus intensif unit
care dengan pengawasan ahli neonatologi.
c. Pencegahan
1) Primer : untuk mengurangi obesitas dan BB.
2) Sekunder : deteksi dini, kontrol penyakit hipertensi, anto
rokok, perawatan.
3) Tersier : Pendidikan tentang perawatan kaki, cegah ulserasi,
gangren dan amputasi, pemeriksaan optalmologist,
albuminuria monitor penyakit ginjal, kontrol hipertensi,
status metabolic dan diet rendah protein, pendidikan pasien
tentang penggunaan medikasi untuk mengontrol medikasi
F. Komplikasi
Menurut (Sujono and Sukarmin 2008), komplikasi DM dibagi dalam 2
kategori mayor, yaitu komplikasi metabolik akut dan komplikasi vaskular jangka
panjang :
1. Komplikasi Metabolik Akut
a) Hyperglikemia.
Hiperglikemi didefinisikan sebagai kadar glukosa darah yang
tinggi pada rentang non puasa sekitar 140-160 mg/100 ml darah.
Hiperglikemia mengakibatkan pertumbuhan berbagai
mikroorganisme dengan cepat seperti jamur dan bakteri. Karena
mikroorganisme tersebut sangat cocok dengan daerah yang kaya
glukosa. Setiap kali timbul peradangan maka akan terjadi mekanisme
peningkatan darah pada jaringan yang cidera. Kondisi itulah yang
membuat mikroorganisme mendapat peningkatan pasokan nutrisi.
Kondisi ini akan mengakibatkan penderita DM mudah mengalami
infeksi oleh bakteri dan jamur.
Secara rinci proses terjadinya hiperglekemia karena defisit
insulin tergambar pada perubahan metabolik sebagai berikut:
1) Transport glukosa yang melintasi membran sel berkurang.
2) Glukogenesis (pembentukkan glikogen dari glukosa)
berkurang dan tetap terdapat kelebihan glukosa dalam
darah.
3) Glikolisis (pemecahan glukosa) meningkat, sehingga
cadangan glikogen berkurang dan glukosa hati dicurahkan
ke dalam darah secara terus menerus melebihi kebutuhan.
4) Glukoneogenesis pembentukan glukosa dari unsur
karbohidrat meningkat dan lebih banyak lagi glukosa hati
yang tercurah kedalam darah hasil pemecahan asam amino
dan lemak.
i) Pengkajian:
Data bergantung pada berat dan lamanya ketidakseimbangan
metabolik dan pengaruh pada fungsi organ.
1. Aktivitas/Istirahat
Gejala : Lemah, letih, sulit bergerak/berjalan, kram
otot, tonus otot menurun. Gangguan tidur/istirahat
Tanda : Takikardia dan takipnea pada keadaan
istirahat atau dengan aktivitas.
Letargi/disorientasi, koma, penurunan kekuatan otot.
2. Sirkulasi
Gejala : Adanya riwayat hipertensi, IM akut,
klaudikasi, kebas, dan kesemutan pada ekstremitas, ulkus
pada kaki, penyembuhan yang lama.
Tanda : Takikardia, perubahan tekanan darah
postural, hipertensi, nadi yang menurun/tak ada, disritmia,
krekels, DVJ (GJK), kulit panas, kering dan kemerahan, bola
mata cekung
3. Integritas Ego
Gejala : Stres, tergantung pada orang lain, masalah
finansial yang berhubungan dengan kondisi
Tanda : Ansietas, peka rangsang.
4. Eliminasi
Gejala : Perubahan pola berkemih (poliuria),
nokturia, rasa nyeri/terbakar, kesulitan berkemih/infeksi, ISK
baru/berulang.Nyeri tekan abdomen, diare
Tanda : Urine encer, pucat, kuning, poliuri (dapat
berkembang menjadi oliguria/anuria jika terjadi hipovolemia
berat), urine berkabut, bau busuk (infeksi), abdomen keras,
adanya asites. Bising usus lemah dan menurun, hiperaktif
(diare)
5. Makanan/cairan
Gejala : Hilang nafsu makan, Mual/muntah, tidak
mengikuti diet, peningkatan masukan glukosa/karbohidrat.
Penurunan berat badan lebih dari periode beberapa hari
minggu, Haus. Penggunaan diuretik (tiazid)
Gejala : Kulit kering/bersisik, turgor jelek.
Kekakuan/distensi abdomen, muntah. Pembesaran tiroid
(peningkatan kebutuhan metabolik dengan peningkatan gula
darah). Bau halitosis/manis, bau buah (napas aseton)
6. Neurosensori
Gejala : Pusing/pening, Sakit kepala, Kesemutan,
kebas kelemahan pada otot, parestesia, Gangguan penglihatan
Tanda : Disorientasi, mengantuk, letargi,
stupor/koma (tahap lanjut). Gangguan memori (baru, masa
lalu); kacau mental. Refleks tendon dalam (RTD) menurun
(koma). Aktivitas kejang (tahap lanjut dari DKA)
7. Nyeri/kenyamanan
Gejala : Abdomen yang tegang/nyeri (sedang/berat)
Tanda : Wajah meringis dengan palpitasi, tampak
sangat berhati-hati
8. Pernapasan
Gejala : Merasa kekurangan oksigen, batuk
dengan/tanpa sputum purulen (tergantung adanya
infeksi/tidak)
Tanda : Lapar udara, Batuk, dengan/tanpa sputum
purulen ( infeksi). Frekuensi pernapasan
9. Keamanan
Gejala : Kulit kering, gatal, ulkus kulit
Tanda : Demam, diaforesis. Kulit rusak, lesi/ulserasi,
Menurunnya kekuatan umum/rentang gerak,
Parestesia/paralysis otot termasuk otot-otot pernapasan (jika
kadar kalium menurun dengan cukup tajam.
10. Seksualitas
Gejala : Rabas vagina (cenderung infeksi) Masalah
impoten pada pria, kesulitan orgasme pada wanita
Perencanaan Keperawatan
Diagnosa
No. Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Keperawatan
1. Deficit nutrisi
Setelah dilakukan intervensi Manajemen Nutrisi (1.03119) - Makanan yang disukai pasien
berhubungan dengan keperawatan selama …….× 24 SIKI Tahun 2016 Halaman 200 dapat menambah nafsu makan
ketidakmampuan jam, maka nafsu makan Tindakan: sehingga kebutuhan nutrisinya
mencerna makanan membaik dengan kriteria hasil: 1. identifikasi makanan yang tercukupi
(L.03024) SLKI Tahun 2016 disukai - Untuk mengetahui berapa
(D.0019) SDKI Halaman 68 2. identifikasi kebutuhan kalori banyak yang dibutuhkan tubuh
Tahun 2016 Halaman 1. Keinginan makan membaik dan jenis nutrient pasien
56 dari skala 2 (cukup 3. monitor asupan makanan - Untuk mengetahui asupan
memburuk) menjadi skala Terapeutik: makanan pasien
3 (sedang) 4. lakukan oral hygine sebelum - Oral gygiene dapat membantu
2. Kemampuan menikmati makan, jika perlu mengurangi mual pada pasien
makanan membaik dari 5. berikan suplemen makanan, - Suplemen makanan dapat
skala 2 (cukup memburuk) jika perlu membantu meningkatkan selera
menjadi 3 (sedang) 6. berikan makanan tinggi serat, makan pasien
3. Kelaparan membaik dari tinggi protein dan tinggi kalori - Makanan tinggi serat untuk
skala 2 (cukup menurun) Edukasi: membantu pasien mengurangi
menjadi 3 (sedang) 7. Anjurkan posisi duduk, jika resiko konstipasi
perlu - Diet yang diprogramkan agar
8. Ajarkan diet yang kebutuhan nutrisi pasien dapat
diprogramkan tercukupi
Kolaborasi: - Kolaborasi dengan ahli gizi
9. Kolaborasi dengan ahli gizi agar dapat mengetahui jumlah
untuk menentukan jumlah kebutuhan nutrisi pasien
kalori dan jenis nutrient yang
dibutuhkan, jika perlu
2. Resiko Setelah dilakukan intervensi Manajemen Cairan (1.03098) - Untuk mengetahui frekuensi
Ketidakseimbangan keperawatan selama …….× 24 SIKI Tahun 2016 Halaman 159 nadi, kekuatan nadi, dll untuk
Cairan jam, maka tingkat Observasi: mengontrol status hidrasi
mual/muntah menurun dengan 1. Monitor status hidrasi pasien
(D.0036) SDKI kriteria hasil: (frek.nadi, kekuatan nadi, - Untuk mengetahui setiap
Tahun 2016 Halaman (L.08065) SLKI Tahun 2016 akral, pengisian kapiler, peningkatan dan penurunan
87 halaman 144 kelembaban mukosa, berat badan pasien
11. Nafsu makan menungkat turgor kulit, tekanan darah) - Untuk mengetahui balans
dari skala 2 (cukup 2. Monitor berat badan harian cairan pasien
menurun) menjadi 3 Terapeutik - Cairan intravena dapat
(sedang) 3. Catat intake-output dan membantu hidrasi tubuh pasien
12. Keluhan mual menurun hitung balans cairan - Diuretic dapat membantu
dari skala 2 (cukup 4. Berikan cairan intravena, mencegah dehidrasi
meningkat) menjadi 3 jika perlu
(sedang) Kolaborasi:
13. Jumlah saliva menurun 5. Kolaborasi pemberian
dari skala 2 (cukup diuretic, jika perlu
meningkat) menjadi 3
(sedang)
3. Resiko Cedera pada Setelah dilakukan intervensi Pemantauan denyut jantung 1. Untuk mengetahui
Janin keperawatan selama …….× 24 janin (1.02056) SIKI Tahun 2016 riwayat dan status
jam, maka status pertumbuhan Halaman 239 obstetric pasien
(D.0138) SDKI membaik dengan kriteria hasil: Observasi: 2. Untuk mengetahui
Tahun 2016 Halaman (L10102) SLKI Tahun 2016 1. Identifikasi riwayat adanya penggunaan obat
298 Halaman 125 obstetric dan bagaimana diet
1. Berat badan sesuai usia 2. Identifikasi adanya pasien
meningkat dari skala 2 penggunaan obat, dan diet 3. Untuk mengetahui
(cukup menurun) 3. Periksa denyut jantung denyut jantung janin
menjadi 3 (sedang) janin selama 1 menit 4. Untuk memonitor tanda
2. Kecepatan 4. Monitor tanda vital ibu vital ibu
pertambahan berat Terapeutik: 5. Mengatur posisi pasien
badan membaik dari 5. Atur posisi pasien agar maneuver leopold
skala 2 (cukup 6. Lakukan maneuver dapat melihat posisi
menurun) menjadi 3 Leopoid untuk menentukan janin
(sedang) posisi janin 6. Maneuver leopold untuk
Edukasi: mengetahui posisi janin
7. Jelaskan tujuan dan 7. Agar pasien mengetahui
prosedur pemantauan tujuan dilakukannya
8. Informasikan hasil prosedur
pemantauan, jika perlu 8. Agar pasien mengetahui
kondisi janinnya
4. Ansietas berhubungan
Setelah dilakukan intervensi Konseling (1.10334) SIKI Tahun 1. Untuk mengetahui
dengan kekhawatirankeperawatan selama …….× 24 2016 Halaman 133 apakah perilaku keluarga
mengalami kegagalanjam, maka tingkat ansietas Observasi: berpengaaruh terhadap
pengobatan menurun dengan kriteria hasil: 1. Identifikasi perilaku pasien
(L.09093) SLKI Tahun 2016 keluarga yang 2. Untuk mengetahui
(D.0080) SDKI Halaman 132 mempengaruhi pasien kemampuan pasien
Tahun 2016 Halaman 1. Perilaku tegang dan 2. Identifikasi kemapuan dan dalam diberikan
180 gelisah menurun dari beri penguatan pengetahuan
skala 2 (cukup Terapeutik: 3. Untuk membuat pasien
meningkat) menjadi 3 3. Berikan empati, merasa nyaman karena
(sedang) kehangatan, dan kejujuran empati yang diberikan
2. Verbalisasi khawatir 4. Berikan privasi dan perawat
akibat kondisi yang pertahankan kerahasiaan 4. Agar pasien tetap
dihadapi menurun dari 5. Fasilitasi untuk merasa nyaman dan
skala 2 (cukup mengidentifikasi masalah lebih terbuka terhadap
meningkat) menjadi 3 Edukasi: apa yang dirasakan
(sedang) 6. Anjurkan untuk 5. Untuk membantu pasien
3. Perasaan keberdayaan mengekspresikan perasaan mengidentifikasi
membaik dari skala 2 7. Anjurkan untuk menunda masalah
(cukup memburuk) pengambilan keputusan 6. Mengekspresikan
menjadi 3 (sedang) saat stress perasaan dapat
membantu pasien untuk
lebih terbuka
7. Mengambil keputusan
disaat stress
mengakibatkan
berdampak pada
keputusan yang salah
dan tanpa pertimbangan
5. Keletihan Setelah dilakukan intervensi Edukasi aktivitas/istirahat 1. Jika pasien siap maka
berhubungan dengan keperawatan selama …….× 24 (1.12362) SIKI Tahun 2016 informasi akan mudah
kondisi fiologis jam, maka tingkat keletihan Halaman 50 diterima
kehamilan menurun dengan kriteria hasil: Observasi: 2. Agar kegiatan dan
(L.05046) SLKI Tahun 2016 1. Identifikasi kesiapan dan intervensi yang akan
(D.0057) SDKI Halaman 141 kemampuan menerima dilakukan pada pasien
Tahun 2016 Halaman 1. Verbalisasi lelah informasi lebih terstrukur
130 menurun dari skala 2 Terapeutik 3. Materi dan media dapat
(cukup meningkat) 2. Jadwalkan pemberian mempermudah pasien
menjadi 3 (sedang) pendidikan kesehatan menangkap informasi
2. Pola istirahat membaik sesuai kesepakatan yang disampaikan
dari skala 2 (cukup 3. Sediakan materi dan media 4. Dengan bertanya berarti
memburuk) menjadi 3 4. Berikan kesempatan pasien pasien dan keluarga
(sedang) dan keluarga untuk mendengarkan apa yang
3. Selera makan membaik bertanya disampaikan perawat
dari skala 2 (cukup Edukasi: dan memprosesnya
memburuk) menjadi 3 5. Jelaskan pentingnya didalam pikiran
(sedang) aktivitas fisik/olahraga 5. Aktivitas fisik dan
secara rutin olahraga rutin dapat
6. Anjurkan menyusun jadwal membantu janin masuk
aktivitas dan istirahat ke PAP
7. Ajarkan cara 6. Menyusun jadwal
megidentifikasi kebutuhan aktivitas dapat
istirahat (missal kelelahan, membantu untuk
sesak napas saat aktivitas) mengatasi keletihan
pasien dalam
beraktivitas
7. Agar pasien dapat
mengerti kapan saat
tubuhnya memerlukan
istirahat