Anda di halaman 1dari 32

Asma Bronkial

KOAS IPD RS. SIMPANGAN DEPOK


Margaretha Himawan
11.2016.251
Anatomi Paru-Paru Normal
Definisi

Asma adalah penyakit inflamasi kronis saluran pernafasan


yang menyebabkan terjadinya hipereaktivitas bronkus
sehingga terjadi trias asma yaitu : 1) edema mukosa, 2)
bronkokontriksi, 3) peningkatan sekresi, yang ketiganya
mengakibatkan gejala episodik seperti sesak nafas, batuk
dan mengi biasanya di malam hari akibat obstruksi saluran
nafas yang luas, bervariasi dan bersifat reversible dengan
atau tanpa pengobatan.
Epidemiologi
Menurut WHO (World Health
Di Indonesia, berdasarkan Riset Organization) tahun 2011, 235 juta
Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun orang di seluruh dunia menderita
2013 didapatkan hasil prevalensi asma dengan angka kematian lebih
nasional untuk penyakit asma pada dari 8% di negara-negara
semua umur adalah 4,5 % . berkembang yang sebenarnya dapat
dicegah

National Center for Health Statistics


(NCHS) pada tahun 2011,
mengatakan bahwa prevalensi asma
menurut usia sebesar 9,5% pada
anak dan 8,2% pada dewasa,
sedangkan menurut jenis kelamin
7,2% laki-laki dan 9,7% perempuan.
Faktor Pencetus
Diduga, ada beberapa faktor pencetus yaitu faktor
Ekstrinsik, terdiri dari reaksi antigen antibodi dan alergen
(debu, serbuk serbuk, bulu bulu binatang) dan faktor
Intrinstk, yang meliputi :
(1). Infeksi berupa Influenza virus, pnemonia, mycoplasma,
(2). Fisik (cuaca dingin, perubahan temperatur),
(3). Iritan : Kimia, polusi udara (CO, asap rokok, parfum/
minyak wangi),
(4). Emosional termasuk rasa takut, cemas dan tegang dan
aktivitas yang berlebihan juga dapat menjadi faktor
Klasifikasi
Asma diklasifikasikan atas asma saat tanpa serangan dan
asma saat serangan (akut) :
1. Asma saat tanpa serangan
Pada orang dewasa, asma saat tanpa atau diluar
serangan dikelompokkan berdasarkan level of asthma
control (GINA, 2012) :
1) Intermitten;
2) Persisten ringan;
3) Persisten sedang; dan
4) Persisten berat
TABEL1. Derajat Beratnya Asma Dan Terapi Rawat Jalan yang Diberikan (GINA, 2012)
Terapi Rawat Jalan

Agonis Beta-2 Kerja


Cepat

Agonis Beta-2 Kerja


Cepat, KSI dosis
rendah

Agonis Beta-2 Kerja


Cepat, KSI dosis
rendah, ABKP

Agonis Beta-2 Kerja


Cepat, KSI dosis
rendah, ABKP DAN/
atau KSO
2. Asma saat serangan
Klasifikasi derajat asma berdasarkan frekuensi serangan dan
obat yang digunakan sehari-hari, asma juga dapat dinilai
berdasarkan berat-ringannya serangan. Global Initiative for
Asthma (GINA) membuat pembagian derajat serangan asma
berdasarkan gejala dan tanda klinis, uji fungsi paru, dan
pemeriksaan laboratorium. Derajat serangan menentukan
terapi yang akan diterapkan. Klasifikasi tersebut meliputi asma
serangan ringan, asma serangan sedang dan asma serangan
berat. Perlu dibedakan antara asma (aspek kronik) dengan
serangan asma (aspek akut). Sebagai contoh: seorang pasien
asma persisten berat dapat mengalami serangan ringan saja,
tetapi ada kemungkinan pada pasien yang tergolong episodik
jarang mengalami serangan asma berat, bahkan serangan
ancaman henti napas yang dapat menyebabkan kematian.
TABEL 2. Derajat Asma Eksaserbasi (GINA, updated 2012)
Ringan Sedang Berat Henti Napas Iminen

Sukit Bernapas Berjalan Berbicara Saat istirahat


Dapat Berbaring Pada bayi : menangis pelan, Pada bayi : berhenti
sulit minum makan/minum
Lebih memilih duduk Membungkuk

Berbicara Kalimat Frase Kata

Kewaspadaan Gelisah (+)/(-) Gelisah Gelisah Mengantul/bingung

Laju Pernapasan Meningkat Meningkat >30x/menit

Otot aksesorius dan restriksi Tidak ada Ada Ada Gerakkan paradoks
suprasternal torakoabdominal

Mengi Sedang, terkadang hanya Keras Biasanya keras Tidak ada mengi
saat ekspirasi akhir

Denyut Nadi <100 100-200 >120 Bradikardi

Pulsus Paradoksus Tidak ada <10 mmHg Mungkin ada 10 - 25 Ada >25 mmHg (dewasa) Tidak ada kelelahan otot
20-40 mmHg (anak) respirasi

APE setelah inisial >80% 60-80% <60% predicted atau terbaik


bronkodilator (<100x/menit)
Atau respons berakhir <2
jam

PaO2 (dalam udara) Normal (tidak perlu tes) >60 mmHg <60mmHg
dan /atau Mungkin Sianosis
PaCO2 <45 mmHg <45mmHg <45 mmHg mungkin gagal
napas

Sao2 (dalam udara) >95% 91-95% <90%


Tabel 3. Level of Asthma Control (GINA updated 2015)
Patogenesis
Asma merupakan inflamasi kronik saluran napas dan
disebabkan oleh hiperreaktivitas saluran napas yang melibatkan
beberapa sel inflamasi terutama sel mast, eosinofil, sel limfosit T,
makrofag, neutrofil dan sel epitel yang menyebabkan pelepasan
mediator seperti histamin dan leukotrien yang dapat
mengaktivasi target saluran napas sehingga terjadi
bronkokonstriksi, kebocoran mikrovaskular, edema dan
hipersekresi mukus.
Patofisiologi
Diagnosis
Diagnosis dapat ditegakkan dari anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan
laboratorium, dan pemeriksaan penunjang.
Anamnesis
Anamnesis meliputi adanya gejala yang episodik, gejala berupa batuk
memberat pada malam hari, sesak napas, mengi saat ekspirasi dan berulang,
rasa berat di dada seperti terikat (chest tightness) dan variabiliti yang berkaitan
dengan cuaca. Faktor faktor yang mempengaruhi asma, riwayat keluarga
(asma atau atopi), faktor risiko dan adanya riwayat alergi.
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pada pasien asma tergantung dari derajat obstruksi saluran
napas. Tekanan darah biasanya meningkat, frekuensi pernapasan dan denyut
nadi juga meningkat, ekspirasi memanjang diserta ronki kering, mengi.PF :
PULSE OXIMETRY, AGD, MONITOR IRAMA JANTUNG, RESPONS TERHADAP
TERAPI.
Pemeriksaan Laboratorium
Darah (terutama eosinofil, Ig E), sputum (eosinofil, spiral
Cursshman, kristal Charcot Leyden).

Pemeriksaan penunjang :
Spirometer
Peak flow meter
Rontgen Thoraks
Pemeriksaan IgE
Pertanda Inflamasi
Uji Hiperreaktivitas Bronkus
Penatalaksanaan
Tujuan utama penatalaksanaan asma adalah meningkatkan
dan mempertahankan kualitas hidup agar penderita asma
dapat hidup normal tanpa hambatan dalam melakukan
aktivitas sehari-hari.
Pengobatan non-medikamentosa
Penyuluhan
Menghindari faktor pencetus
Pengendali emosi
Pemakaian oksigen
Pengobatan medikamentosa
Pengobatan ditujukan untuk mengatasi dan mencegah gejala
obstruksi jalan napas, terdiri atas controller dan reliever.
Terapi ASMA
Oksigen : 1-3 Lpm
eta-2 agonis
Pemakaian inhalasi > sistemik (onset cepat, es sedikit, efektif), iv .
Co kerja cepat: salbutamol (onset aksi 5 menit, dgn lama aksi sekitar 6 jam), metaproterol, terbutalin, dan
fenoterol. Dosis : 2-4 puff setiap 20 menit pada 1 jam pertama. Pada saat eksaserbasi ringan, 2-4 puff setiap 3-4
jam dan eksaserbasi moderate 6-10 puff setiap 1-2 jam
Co kerja lambat : levalbuterol, albuterol.
Antikolinergik.
Kombinasi dengan beta-2 agonis diindikasikan utk asma eksaserbasi berat, berhubungan tingkat hospitalisasi yg
rendah dan peningkatan perbaikkan dalam PEV dan FEV1.
Co : ipratropium Bromida. Dosis : 4x semprot (80mg) tiap 10 menit denga MDI atau 500 mg setiap 20 menit
dengan nebulizer akan lbh efektif.
Kortikosteroid
Co kerja pendek : prednison, hidrokortison, metil prednisolon. Dosis : hidrokortison (800 mg) , metilprednisolon
(160 mg) dalam 4 dosis terbagi setiap harinya, prednison : 40-60mg/hari/oral selama 7-14 hari.
Inhalasi > sistemik ( lama perawatan di rumah sakit pd pasien asma akut > plasebo, efektif, utk pasien serangan
asma ringan)
Glukokortikosteroid oral (0,5 1 mg prednisolon /kg yg diberikan dini pada serangan moderate atau severe
membantu perbaikkan inflamasi dan kecepatan recovery
Golongan Metilxantin
Co : Teofilin, aminofilin
Pemberian kombinasi dengan beta-2 agonis tdk memberikan manfaat yg bermakna, malah
meningkatkan ES : tremor, mual, cemas, takiaritmia.
Tdk direkomendasikan utk pemberian rutin utk asma asma akut dan hanya diberikan pasien
tdk respons dgn terapi standar.
Loading dose 6 mg/kg diberikan dalam waktu >30 menit dilanjutkan secara per infus 0,5
mg/kgBB/jam (kadar teofilin dalam darah yang direkomendasikan berkisar 8-12 mg/ml.
Tdk direkomendasikan sbg tambahan pada dosis tinggi inhalasi beta-2 agonis.
Magnesium Sulfat
Dosis : 1,2 2 gram iv, diberikan dlm waktu >20 menit.
Tidak direkomendasikan untuk terapi rutin pada asma akut. Secara inhalasi tdk bermakna.
IV akan memperbaiki fungsi paru bila diberikan sebagai obat tambahan terapi standar dgn
FEV1<20 % prediksi
Antagonis Leukotrin
Efektif utk asma persisten ringan
Co : zafirlukast oral (20 dan 160 mg) dan montelukast iv -> perbaikkan fungsi paru dan skor
sesak napas berkurang walaupun perubahan sedikit > plasebo
Rekomendasi Penatalaksanaan Asma Akut di
IGD
FEV1 atau PEVR >50% FEV1 atau PEFR <50%
Oksigenasi 1-3 lpm melalui nasal Oksigenasi 1-3 lpm melalui nasal
kateter atau pemakaian masker oksigen kateter atau pemakaian masker
dengan konsentrasi rendah sampai
oksigen dengan konsentrasi rendah
SpO2 mencapai >/ 92%
sampai SpO2 mencapai >/ 92%
Beta-2 agonis inhalasi albuterol 4x
semprot (400 microgram) setiap 10 Beta-2 agonis inhalasi +
menit dengan MDI atau 2,5 mg antikolinergik; albuterol +
albuterol dalam 4 ml larutan salin ipratropium bromida 4x semprot
dengan nebulizer 02 (6-8 lpm) setiap 20 (400 microgram dan 80 microgram)
menit. setiap 10 menit dengan MDI
Antikolinergik untuk pasien dengan Inhalasi kortikosteroid dosis tinggi
respon awal yang minimal kortikosteroid sistemik;
kortikosteroid sistemik jika tidak segera
hidrokortikortison 200 mg iv atau
memberikan respons terhadap
bronkodilator metilprednisolon 40 mg tiap 6 jam
Komplikasi
1. Status Asmatikus
2. Ateletaksis
3. Hipoksemia
4. Pneumothoraks
5. Emfisema
Prognosis
Kurang dari 5000 kematian setiap tahun dari populasi berisiko yang
berjumlah kira-kira 10 juta. Sebelum dipakai kortikosteroid, secara
umum angka kematian penderita asma wanita dua kali lipat penderita
asma pria. Juga kenyataan bahwa angka kematian pada serangan
asma dengan usia tua lebih banyak, kalau serangan asma diketahui
dan dimulai sejak kanak kanak dan mendapat pengawasan yang
cukup kira-kira setelah 20 tahun, hanya 1% yang tidak sembuh dan di
dalam pengawasan tersebut kalau sering mengalami serangan
common cold 29% akan mengalami serangan ulang.
Pada penderita yang mengalami serangan intermitten angka
kematiannya 2%, sedangkan angka kematian pada penderita yang
dengan serangan terus menerus angka kematiannya 9%.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai