Anda di halaman 1dari 17

STATUS ASMATIKUS

Disusun oleh :
M. SUKRI HIDAYAT,A.Md.Kep
NIM : 210102383
DEFINISI ASMA DAN STATUS ASMATIKUS
• Asma adalah gangguan inflamasi kronik saluran napas yang melibatkan banyak sel dan elemennya.
Inflamasi kronik menyebabkan peningkatan hiperesponsif jalan napas yang menimbulkan gejala episodik
berulang berupa mengi, sesak napas, dada terasa berat dan batuk-batuk terutama malam dan atau dini
hari. Episodik tersebut berhubungan dengan obstruksi jalan napas yang luas, bervariasi dan seringkali
bersifat reversibel dengan atau tanpa pengobatan. Sedangkan status asmatikus adalah sebutan untuk
kondisi serangan asma berat yang tidak berespon pada pemberian tatalaksana awal berupa pemberian
obat-obatan bronchodilator yang dapat berakibat pada tejadinya hipoksemia, hiperkarbia, asidosis
respiratorik, bahkan sampai gagal nafas.
PATOFISIOLOGI ASMA
FAKTOR RESIKO ASMA
DIAGNOSIS ASMA
Diagnosis asma didasari oleh gejala yang bersifat episodik, gejala berupa batuk, sesak napas, mengi, rasa berat di dada dan
variabiliti yang berkaitan dengan cuaca. Anamnesis yang baik cukup untuk menegakkan diagnosis, ditambah dengan pemeriksaan
jasmani dan pengukuran faal paru terutama reversibiliti kelainan faal paru, akan lebih meningkatkan nilai diagnostik.
Pemeriksaan Fisik
Riwayat penyakit / gejala :
• Bersifat episodik, seringkali reversibel dengan atau Kelainan pemeriksaan jasmani yang paling sering ditemukan
tanpa pengobatan adalah mengi pada auskultasi. Pada keadaan serangan, kontraksi
• Gejala berupa batuk , sesak napas, rasa berat di dada otot polos saluran napas, edema dan hipersekresi dapat
dan berdahak menyumbat saluran napas; maka sebagai kompensasi penderita
• Gejala timbul/ memburuk terutama malam/ dini hari bernapas pada volume paru yang lebih besar untuk mengatasi
• Diawali oleh faktor pencetus yang bersifat individu menutupnya saluran napas. Hal itu meningkatkan kerja
• Respons terhadap pemberian bronkodilator pernapasan dan menimbulkan tanda klinis berupa sesak napas,
mengi dan hiperinflasi. Pada serangan ringan, mengi hanya
Hal lain yang perlu dipertimbangkan dalam riwayat
terdengar pada waktu ekspirasi paksa. Walaupun demikian
penyakit : mengi dapat tidak terdengar (silent chest) pada serangan yang
• Riwayat keluarga (atopi) sangat berat, tetapi biasanya disertai gejala lain misalnya
• Riwayat alergi / atopi sianosis, gelisah, sukar bicara, takikardi, hiperinflasi dan
• Penyakit lain yang memberatkan penggunaan otot bantu napas.
• Perkembangan penyakit dan pengobatan
Pemeriksaan Penunjang Asma
• Uji Provokasi Bronkus
• Uji provokasi bronkus membantu menegakkan diagnosis asma. Pada penderita dengan gejala asma dan faal paru
normal sebaiknya dilakukan uji provokasi bronkus. Pemeriksaan uji provokasi bronkus mempunyai sensitiviti yang
tinggi tetapi spesifisiti rendah, artinya hasil negatif dapat menyingkirkan diagnosis asma persisten, tetapi hasil
positif tidak selalu berarti bahwa penderita tersebut asma. Hasil positif dapat terjadi pada penyakit lain seperti
rinitis alergik, berbagai gangguan dengan penyempitan jalan napas seperti PPOK, bronkiektasis dan fibrosis kistik.
• Pengukuran Status Alergi
• Komponen alergi pada asma dapat diindentifikasi melalui pemeriksaan uji kulit atau pengukuran IgE spesifik
serum. Uji tersebut mempunyai nilai kecil untuk mendiagnosis asma, tetapi membantu mengidentifikasi faktor
risiko/ pencetus sehingga dapat dilaksanakan kontrol lingkungan dalam penatalaksanaan. Uji kulit adalah cara
utama untuk mendiagnosis status alergi/atopi, umumnya dilakukan dengan prick test. Walaupun uji kulit
merupakan cara yang tepat untuk diagnosis atopi, tetapi juga dapat menghasilkan positif maupun negatif palsu.
Sehingga konfirmasi terhadap pajanan alergen yang relevan dan hubungannya dengan gejala harus selalu
dilakukan. Pengukuran IgE spesifik dilakukan pada keadaan uji kulit tidak dapat dilakukan (antara lain
dermatophagoism, dermatitis/ kelainan kulit pada lengan tempat uji kulit, dan lain-lain). Pemeriksaan kadar IgE
total tidak mempunyai nilai dalam diagnosis alergi/ atopi.
PENATALAKSANAAN ASMA

Tujuan penatalaksanaan asma adalah sebagai Penatalaksanaan asma berguna untuk mengontrol penyakit.
berikut: Asma dikatakan terkontrol bila:
1. Menghilangkan dan mengendalikan gejala asma 1. Gejala minimal (sebaiknya tidak ada), termasuk gejala malam
2. Mencegah eksaserbasi akut 2. Tidak ada keterbatasan aktivitas termasuk exercise
3. Meningkatkan dan mempertahankan faal paru 3. Kebutuhan bronkodilator (agonis β2 kerja singkat) minimal
seoptimal mungkin (idealnya tidak diperlukan)
4. Mengupayakan aktivitas normal termasuk exercise 4. Variasi harian APE kurang dari 20 %
5. Menghindari efek samping obat 5. Nilai APE normal atau mendekati normal
6. Mencegah terjadinya keterbatasan aliran udara 6. Efek samping obat minimal (tidak ada)
(airflow limitation) ireversibel 7. Tidak ada kunjungan ke unit darurat gawat
7. Mencegah kematian karena asma
Penatalaksanaan keperawatan menurut Claudia, (2010) yaitu:

a) Penyuluhan Penyuluhan ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan klien tentang penyakit
asma sehingga klien secara sadar akan menghindari faktor-faktor pencetus asma, menggunakan
obat secara benar, dan berkonsultasi pada tim kesehatan.
b) Menghindari faktorpencetus Klien perlu mengidentifikasi pencetus asma yang ada pada
lingkungannya, diajarkan cara menghindari dan mengurangi faktor pencetus asma termasuk intake
cairan yang cukup.
c) Fisioterapi dan latihan pernapasan
Penatalaksanaan Asma Berdasarkan Derajat Serangan
TEMPAT
SERANGAN PENGOBATAN PENGOBATAN
RINGAN Terbaik: Di rumah
Aktiviti relatif normal Berbicara satu kalimat Inhalasi agonis beta-2 Alternatif:
dalam satu napas Kombinasi oral agonis beta-2 Di praktek dokter/
Nadi <100 dan teofilin klinik/ puskesmas
APE > 80%

SEDANG Terbaik
Jalan jarak jauh timbulkan gejala Berbicara Nebulisasi agonis beta-2 tiap 4 jam Alternatif:
beberapa kata dalam satu napas -Agonis beta-2 subkutan Darurat Gawat/ RS
Nadi 100-120 -Aminofilin IV Klinik
APE 60-80% -Adrenalin 1/1000 0,3ml SK Praktek dokter
Puskesmas
Oksigen bila mungkin
Kortikosteroid sistemik
BERAT
Sesak saat istirahat Berbicara kata perkata Terbaik
dalam satu napas Nadi >120 Nebulisasi agonis beta-2 tiap 4 jam Alternatif:
APE<60% atau -Agonis beta-2 SK/ IV
100 l/dtk -Adrenalin 1/1000 0,3ml SK Darurat Gawat/ RS
Aminofilin bolus dilanjutkan drip Klinik
Oksigen
Kortikosteroid IV
MENGANCAM JIWA
Kesadaran berubah/ menurun Gelisah Seperti serangan akut berat Pertimbangkan intubasi dan
Sianosis ventilasi mekanis Darurat Gawat/ RS
Gagal napas ICU
KOMPLIKASI DAN PROGNOSIS ASMA

• Komplikasi asma yang dapat terjadi dapat berupa kondisi-kondisi sebagai berikut:
 Cardiac arrest
 Respiratory failure or arrest
 Hypoxemia with hypoxic ischemic central nervous system (CNS) injury
 Pneumothorax or pneumomediastinum
 Toxicity from medications
• Secara umum, kecuali jika terdapat penyakit penyulit seperti gagal jantung kongestif atau penyakit paru
obstruktif kronik, status asthmaticus memiliki prognosis yang baik jika terapi yang diberikan tepat.
Keterlambatan dalam memulai pengobatan mungkin dapat mengakibatkan prognosis menjadi buruk.
Penundaan dapat diakibatkan oleh lemahnya akses terhadap perawatan kesehatan dari pasien atau bahkan
penundaan penggunaan kortikosteroid. Penderita asma akut sebaiknya menggunakan kortikosteroid lebih awal
dan agresif.
ANAMNESIS

• Keluhan utama:
• Sesak nafas
• Riwayat Penyakit:
• Pasien datang dengan keluhan sesak nafas memberat sejak + 3 jam. Pasien mengatakan mulai sesak nafas
sejak 1 hari SMRS dan memberat hari ini. Sebelumnya (pada hari yang sama), pasien sudah periksa ke IGD
dan diuap, namun sampai di rumah masih sesak dan semakin memberat. Pasien tidak ingat pemicu/kondisi
sebelum sesak yang dialaminya. Pasien hanya mengatakan akhir-akhir ini pekerjaannya sedang banyak
sehingga makannya tidak teratur dan kurang istirahat. Pasien hanya mampu mengucapkan penggalan kata
saat ditanya dan posisinya membungkuk saat datang ke IGD, serta terdengar bunyi ngik-ngik saat pasien
bernafas. Pasien juga mengeluhkan batuk, namun tidak mengeluhkan demam ataupun pilek. Pasien
mengatakan sesak napasnya kadang kambuh, dalam 1 bulan kadang 1-2 x kambuh, kadang disertai batuk
kadang tidak.
Riwayat Penyakit Dahulu Riwayat Pengobatan
• Beberapa jam sebelumnya, pasien telah periksa ke
• Riwayat Asma (+)
IGD RSU INDRASARI dan diberi obat lasal 3 x 4 mg,
• Riwayat hipertensi disangkal lameson 2 x 4 mg, dan mucohexin 3 x 1 tab namun
sesak nafas masih muncul dan memberat. Jika sesak
• Riwayat DM disangkal
nafas kambuh, pasien biasanya datang ke IGD RSU
• Riwayat penyakit jantung disangkal INDRASARI lalu dinebul serta diberikan obat serupa,
dan biasanya membaik.
• Riwayat penyakit ginjal disangkal

Riwayat Personal Sosial


Riwayat Penyakit Keluarga (RPK)
• Riwayat merokok (-) suami perokok (+)
• Riwayat Asma (+)
• Riwayat minum minuman keras disangkal
• Riwayat hipertensi disangkal
• Riwayat mengkonsumsi obat2 terlarang disangkal
• Riwayat stroke disangkal
• Riwayat DM disangkal
• Riwayat penyekit jantung disangkal
• Status Generalisata
• Keadaan Umum: Tampak Sesak
• Kesadaran : Compos Mentis, GCS : E4V5M6
• Tanda vital :
• Tekanan darah : 150/90 mmHg
Nadi : 108x / menit, regular, isi dan tegangan cukup
• Suhu : 37,3° C
• Pernafasan : 30 x / menit. SpO2 : 93%
• Kepala : normosefali, hematoma (-)
• Mata : konjungtiva pucat (-/-), sclera ikterik (-/-), pupil bulat isokor.
• Telinga : normotia, serumen (-/-), sekret (-/-)
• Hidung : normosepta, sekret (-), deformitas (-) darah (-)
• Tenggorokan : dbn
• Leher : KGB tidak teraba membesarC
Diagnosa keperawatan :

1. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hiperventilasi

2. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan sekresi mukus

3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran alveoli ditandai dengan

penurunan co2

4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan

5. Cemas berhubungan dengan perubahan status kesehatan


DX 1 Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hiperventilasi Tujuan : Setelah dilakukan tindakan
keperawatanselama 1x24 jam diharapkan pola nafas pasien dapat efektif Kriteriahasil :
a) Klien menunjukan kedalaan dan kemudahan dalam bernapas
b) Ekspansi dada simetris
c) Tidak ada penggunaan otot bantu pernapasan
d) Tidak ada bunyi napas tambahan
e) Tidak ada napas pendek

Intervensi:
f) Monitor pola nafaspasien Rasional: mengetahui frekuensi, kedalaman, irama pernafasan
g) Pantau tanda- tandavital Rasional: mengetahui kondisi pasien dan keefektifan intervensi
h) Atur posisi semifowler Rasional: untuk membantu dalam ekspansi paru
i) Ajarkan tekni bernapas butyko Rasional: untuk mengurangi sesak napas
j) Kolaborasi pemberian terapi oksigen dan bronkodilator Rasional: membantu memenuhi kebutuhan oksigen
dan meringankan sesaknafas
Perencanaan

1) Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan bronkospasme Tujuan : Setelah dilakukan
tindakan keperawatanselama 1x24 jam diharapkan jalan nafas pasien kembali efektif Kriteria Hasil:

a) Klien Mudah untuk bernapas


b) Tidak ada sianosis tidak ada dispneu
c) Saturasi oksigen dalam batas normal
d) Jalan napas paten
e) Mengeluarkan sekresi seara efektif
f) Klien mempunyai irama dan frekuensi pernapasan dalam rentang normal

Intervensi :
g) Monitor kecepatan, irama, dan frekuensi pernafasan Rasional: untuk mengetahui keabnormalan
pernafasan pasien
h) Auskultasi pada pemeriksaan fisikparu Rasional: untuk mengetahui ada tidaknya suara nafas tambahan
i) Ajarkan batuk efektif Rasional: membantu mengeluarkan dahak yang tertahan
j) Kolaborasi pemberian obat sesuaiindikasi Rasional: membantu mengencerkan dahak sehingga mudah
untuk dikeluarkan

Anda mungkin juga menyukai