Anda di halaman 1dari 19

REFERAT

Asma Bronkial
Pembimbing : dr. Sugihartono, SpP
Eva Gustiani
Amriani
Definisi
Asma adalah penyakit inflamasi kronis saluran
pernafasan yang menyebabkan terjadinya
hipereaktivitas bronkus sehingga terjadi trias
asma yaitu :
1) Edema mukosa,
2) Bronkokontriksi,
3) Peningkatan sekresi, yang ketiganya
mengakibatkan gejala episodik seperti sesak
nafas, batuk dan mengi biasanya di malam
hari akibat obstruksi saluran nafas yang luas,
bervariasi dan bersifat reversible dengan atau
tanpa pengobatan.
Epidemiologi
Di Indonesia, berdasarkan Riset
Kesehatan Dasar (RISKESDAS)
tahun 2013 didapatkan hasil
Menurut
prevalensi nasional untukWHO (World Health
penyakit
Organization)
asma pada semua tahun
umur adalah 4,52011, 235 juta
%. orang di seluruh dunia menderita
asma dengan angka kematian lebih
dari 8% di National
negara-negara
Center for Health
berkembang yang sebenarnya dapat pada tahun
Statistics (NCHS)
dicegah 2011, mengatakan bahwa
prevalensi asma menurut usia
sebesar 9,5% pada anak dan
8,2% pada dewasa, sedangkan
menurut jenis kelamin 7,2%
laki-laki dan 9,7% perempuan.
Faktor Pencetus
Diduga, ada beberapa faktor pencetus yaitu faktor
Ekstrinsik, terdiri dari reaksi antigen antibodi dan
alergen (debu, serbuk serbuk, bulu bulu binatang)
dan faktor Intrinstk, yang meliputi :
1. Infeksi berupa Influenza virus, pnemonia,
mycoplasma,
2. Fisik (cuaca dingin, perubahan temperatur),
3. Iritan : Kimia, polusi udara (CO, asap rokok,
parfum/ minyak wangi),
4. Emosional termasuk rasa takut, cemas dan tegang
dan aktivitas yang berlebihan juga dapat menjadi
faktor
Klasifikasi

1. Asma saat tanpa serangan :


1) Intermitten;
2) Persisten ringan;
3) Persisten sedang; dan
4) Persisten berat
Derajat Gejala Gejala Malam Faal Paru
Intermiten Bulanan 2 kali sebulan APE 80%
Gejala <1x/minggu - VEP1 80%
tanpa gejala diluar nilai prediksi
serangan APE 80%
Serangan singkat nilai terbaik
- Variabiliti
APE <20%
Persisten ringan Mingguan >2 kali sebulan APE > 80%
Gejala<1x/minggu
- VEP1 80%
tetapi <1x/hari
nilai prediksi
Serangan dapat
APE 80%
menganggu aktivitas
nilai terbaik
dan tidur
- -Variabiliti
APE 20-30%
Persisten sedang Harian >2 kali sebulan APE 60-80%
Gejala setiap hari. - VEP1 60-80%
Serangan nilai prediksi
mengganggu APE 60-80%
aktivitas dan tidur. nilai terbaik
Bronkodilator setiap - Variabiliti
hari. APE >30%
Persisten berat Kontinyu Sering APE 60%
Gejala terus menerus - VEP1 60%
Sering kambuh nilai prediksi
Aktivitas fisik APE 60%
terbatas nilai terbaik
- Variabiliti
APE >30%
2. Asma saat serangan
Klasiyang fikasi derajat asma berdasarkan frekuensi
serangan dan obat digunakan sehari-hari, asma juga dapat
dinilai berdasarkan berat-ringannya serangan. Global
Initiative for Asthma (GINA) membuat pembagian derajat
serangan asma berdasarkan gejala dan tanda klinis, uji
fungsi paru, dan pemeriksaan laboratorium. Derajat
serangan menentukan terapi yang akan diterapkan.
Klasifikasi tersebut meliputi asma serangan ringan, asma
serangan sedang dan asma serangan berat. Perlu dibedakan
antara asma (aspek kronik) dengan serangan asma (aspek
akut). Sebagai contoh: seorang pasien asma persisten berat
dapat mengalami serangan ringan saja, tetapi ada
kemungkinan pada pasien yang tergolong episodik jarang
mengalami serangan asma berat, bahkan serangan ancaman
henti napas yang dapat menyebabkan kematian.
Patogenesis
Asma merupakan inflamasi kronik saluran
napas dan disebabkan oleh hiperreaktivitas
saluran napas yang melibatkan beberapa sel
inflamasi terutama sel mast, eosinofil, sel
limfosit T, makrofag, neutrofil dan sel epitel yang
menyebabkan pelepasan mediator seperti
histamin dan leukotrien yang dapat mengaktivasi
target saluran napas sehingga terjadi
bronkokonstriksi, kebocoran mikrovaskular,
edema dan hipersekresi mukus.
Patofisiologi
Diagnosis
Diagnosis dapat ditegakkan dari anamnesis, pemeriksaan
fisik, pemeriksaan laboratorium, dan pemeriksaan
penunjang.
Anamnesis
Anamnesis meliputi adanya gejala yang episodik, gejala
berupa batuk, sesak napas, mengi, rasa berat di dada
dan variabiliti yang berkaitan dengan cuaca. Faktor
faktor yang mempengaruhi asma, riwayat keluarga dan
adanya riwayat alergi.
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pada pasien asma tergantung dari
derajat obstruksi saluran napas. Tekanan darah biasanya
meningkat, frekuensi pernapasan dan denyut nadi juga
meningkat, ekspirasi memanjang diserta ronki kering,
mengi.
Pemeriksaan Laboratorium
Darah (terutama eosinofil, Ig E), sputum
(eosinofil, spiral Cursshman, kristal Charcot
Leyden).

Pemeriksaan penunjang :
Spirometer
Peak flow meter
Rontgen Thoraks
Pemeriksaan IgE
Pertanda Inflamasi
Uji Hiperreaktivitas Bronkus
Penatalaksanaan
1. Pengobatan non-medikamentosa
Penyuluhan
Menghindari faktor pencetus
Pengendali emosi
Pemakaian oksigen
2. Pengobatan medikamentosa
Pengobatan ditujukan untuk mengatasi dan
mencegah gejala obstruksi jalan napas, terdiri
atas pengontrol dan pelega.
Semua tahapan : ditambahkan agonis beta-2 kerja singkat untuk pelega bila
dibutuhkan, tidak melebihi 3-4 kali sehari.
Berat Medikasi Alternatif / Pilihan lain Alternatif lain
Asma pengontrol
harian
Asma Tidak perlu -------- -------
Intermiten
Asma Glukokortikoste Teofilin lepas lambat ------
Persisten roid inhalasi Kromolin
Ringan (200-400 ug Leukotriene modifiers
BD/hari atau
ekivalennya)
Asma Kombinasi Glukokortikosteroid inhalasi Ditambah
Persisten inhalasi (400-800 ug BD atau agonis beta-2
Sedang glukokortikoster ekivalennya) ditambah kerja lama
oid Teofilin lepas lambat ,atau oral, atau
(400-800 ug Glukokortikosteroid inhalasi Ditambah
BD/hari atau (400-800 ug BD atau teofilin lepas
ekivalennya) ekivalennya) ditambah agonis lambat
dan beta-2 kerja lama oral, atau
agonis beta-2 Glukokortikosteroid inhalasi
kerja lama dosis tinggi (>800 ug BD atau
ekivalennya) atau
Glukokortikosteroid inhalasi
(400-800 ug BD atau
ekivalennya) ditambah
leukotriene modifiers
Asma Kombinasi Prednisolon/ metilprednisolon oral
Persisten inhalasi selang sehari 10 mg
Berat glukokortikoster ditambah agonis beta-2 kerja lama
oid (> 800 ug oral, ditambah teofilin lepas lambat
BD atau
ekivalennya)
Komplikasi
1. Status Asmatikus
2. Ateletaksis
3. Hipoksemia
4. Pneumothoraks
5. Emfisema
Prognosis
Kurang dari 5000 kematian setiap tahun dari
populasi berisiko yang berjumlah kira-kira 10 juta.
Sebelum dipakai kortikosteroid, secara umum angka
kematian penderita asma wanita dua kali lipat penderita
asma pria. Juga kenyataan bahwa angka kematian pada
serangan asma dengan usia tua lebih banyak, kalau
serangan asma diketahui dan dimulai sejak kanak kanak
dan mendapat pengawasan yang cukup kira-kira setelah 20
tahun, hanya 1% yang tidak sembuh dan di dalam
pengawasan tersebut kalau sering mengalami serangan
common cold 29% akan mengalami serangan ulang.
Pada penderita yang mengalami serangan
intermitten angka kematiannya 2%, sedangkan angka
kematian pada penderita yang dengan serangan terus
menerus angka kematiannya 9%.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai