Asma yang dinilai berdasarkan derajat serangan dan dibagi atas serangan ringan, sedang, dan
berat. Seorang penderita asma persisten sedang atau berat dapat mengalami serangan ringan
saja, sebaliknya seorang penderita tergolong episodik jarang (asma ringan) dapat mengalami
serangan berat, bahkan ancaman henti napas, tetapi umumnya anak dengan asma persisten
sering akan mengalami serangan asma berat atau sebaliknya.
KNAA membagi asma menurut perjalanan penyakitnya dan berdasarkan parameter klinis,
kebutuhan obat dan faal paru menjadi 3 derajat penyakit, yaitu: (Tabel 22-2)
1. Intensitas tanpa gejala sering ada gejala gejala siang & malam
serangan
tidak terganggu sering terganggu sangat terganggu
2. Di antara
serangan normal (tidak mungkin terganggu tidak pernah normal
ditemukan (ditemukan kelainan)
3. Tidur dan kelainan)
aktivitas perlu, non steroid
tidak perlu perlu, steroid
4. Pemeriksaan fisis
di luar serangan
PEF/ FEV1 60-80%
5. Obat pengendali PEF / FEV1 >80% PEF / FEV1 < 60%
(anti inflamasi)
7. Variabilitas faal
paru (bila ada
serangan)
laboratorium
PEFR atau
FEV1 (% nilai dugaan / % nilai terbaik)
Dilator
Butir-butir penilaian dalam tabel ini tidak harus lengkap ada pada setiap pasien. Penilaian
tingkat awal harus diberikan jika pasien kurang memberikan respons terhadap terapi awal,
atau serangan memburuk dengan cepat, atau pasien berisiko tinggi.
Variabilitas faal paru Variabilitas > 15% Variabilitas > 30% Variabilitas > 50%
(bila ada serangan)
laboratorium
- Kesulitan makan/minum
Mengi (wheezing) Sedang, sering Nyaring, sepanjang Sangat nyaring, Sulit/tidak terdengar
hanya pada akhirekspirasi, terdengar tanpa
ekspirasi stetoskop
inspirasi
- pra
bronkodilator
> > 80% < 40%
- pasca 60%
bronkodilator
0 1 2
Skor :
0-4 : tidak ada bahaya
7 : gagal nafas
DIAGNOSIS
UKK Pulmonologi PP IDAI telah membuat pedoman nasional asma dengan gejala awal
berupa batuk dan/atau mengi. Pada alur diagnosis selain anamnesis yang cermat beberapa
pemeriksaan penunjang juga perlu dilakukan tergantung pada fasilitas yang tersedia. KNAA
(Konsensus Nasional Asma Anak) memberi batasan sebagai berikut: Asma adalah mengi
berulang dan/atau batuk persisten dengan karakteristik timbul secara episodik, cenderung
pada malam/dini hari (nokturnal), musiman, setelah aktivitas fisik, serta mempunyai riwayat
asma atau atopi lain dalam keluarga atau penderita sendiri.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
- Uji fungsi paru dengan spirometri atau peak flow meter. Diagnosis asma dapat
ditegakkan bila didapatkan :
Variasi pada PFR (peak flow meter = arus puncak ekspirasi) atau FEV1 (forced
expiratory volume 1 second = volume ekspirasi paksa pada detik pertama) 15%
Kenaikan 15% pada PFR atau FEV1 setelah pemberian inhalasi bronkodilator
Penurunan 20% pada PFR atau FEV1 setelah provokasi bronkus.
- Pemeriksaan Ig E dan eosinofil total. Bila terjadi peningkatan dari nilai normal akan
menunjang diagnosis
- Foto toraks untuk melihat adanya gambaran emfisematous atau adanya komplikasi
pada saat serangan. Foto sinus para nasal perlu dipertimbangkan pada anak > 5 tahun dengan
asma persisten atau sulit diatasi.
PENANGANAN
Tatalaksana asma mencakup edukasi terhadap pasien dan atau keluarganya tentang penyakit
asma dan penghindaran terhadap faktor pencetus serta medikamentosa. Medikamentosa yang
digunakan dibagi menjadi 2 kelompok besar yaitu pereda (reliever) dan pengendali
(controller). Tata laksana asma dibagi menjadi dua kelompok besar yaitu pada saat serangan
(asma akut) dan di luar serangan (asma kronik).
Di luar serangan, pemberian obat controller tergantung pada derajat asma. Pada asma
episodik jarang, tidak diperlukan controller, sedangkan pada asma episodik sering dan asma
persisten memerlukan obat controller. Pada saat serangan lakukan prediksi derajat serangan
(Lampiran 2), kemudian di tata laksana sesuai dengan derajatnya (lampiran 5).
- Berikan oksigen
-agonis antikolinergik dengan oksigen dengan 4-6 kali pemberian.- Nebulasi dengan
Bila pasien belum mendapatkan amonifilin sebelumnya, berikan aminofilin dosis awal
6 mg/kgBB dalam dekstrosa atau NaCl sebanyak 20 ml dalam 20-30 menit
Bila pasien telah mendapatkan aminofilin (kurang dari 4 jam), dosis diberikan
separuhnya.
- Bila terjadi perbaikan klinis, nebulasi diteruskan tiap 6 jam hingga 24 jam, dan
pemberian steroid dan aminofilin dapat per oral
- Bila dalam 24 jam pasien tetap stabil, pasien dapat -agonis (hirupan ataudipulangkan
dengan dibekali obat oral) yang diberikan tiap 4-6 jam selama 24-48 jam. Selain itu
steroid oral dilanjutkan hingga pasien kontrol ke klinik rawat jalan dalam 24-48 jam untuk
reevaluasi tatalaksana.
Serangan asma adalah episode perburukan yang progresif dari gejala-gejala batuk, sesak
napas, mengi, rasa dada tertekan atau berbagai kombinasi dari gejala tersebut. Serangan asma
biasanya mencerminkan gagalnya tatalaksana asma jangka panjang, atau adanya pajanan
dengan pencetus, dan serangan asma merupakan kegawatan medis yang lazim dijumpai di
ruang gawat darurat.
Mengurangi hipoksemia
Beratnya derajat serangan menentukan terapi yang akan diterapkan, National Asthma
Education and Prevention Program (NAEP) melakukan pembagian derajat serangan asma
berdasarkan gejala, pemeriksaan fisis, uji fungsi paru, dan pemeriksaan laboratorium (Tabel
22-1).
Pasien asma yang datang dalam keadaan serangan, langsung dinilai serajat serangannya
menurut klasifikasi di atas dengan fasilitas yang tersedia. Tatalaksana awal terhadap pasien
adalah pemberian b-agonis secara nebulisasi, dapat ditambahkan NaCl 0,9% dan/atau
mukolitik. Nebulisasi serupa dapat diulang 2 kali dengan selang 20 menit dan pada
pemberian kedua dapat ditambahkan prednison oral 1 mg/kg/kali dan O2. Pemberian O2 dan
prednison ini juga dapat diberikan segera bila penderita datang dalam serangan berat.
Pemberian prednison sistemik awal dapat mencegah penderita untuk dirawat di rumah sakit
(Bagan 22-1).
Alur tatalaksana serangan asma pada anak
Klinik/ IGD
Serangan berat
Oksigen
Prednison oral
Intubasi + ventilator
O2 100%
Serangan ringan
Gagal nafas
Jika dengan steroid dan aminofilin parenteral tidak membaik, bahkan timbul ancaman
henti nafas, alih rawat ke Ruang Rawat Intensif
Jika dalam 12 jam klinis tetap belum membaik, alih rawat ke Ruang Rawat Inap
Catatan :
3. Untuk serangan sedang dan terutama berat, oksigen 2-4 L/menit diberikan sejak awal,
termasuk saat nebulisasi
Untuk anak-anak yang sudah besar (> 6 tahun) sebaiknya dilakukan pemeriksaan faal paru.
Uji fungsi paru yang sederhana atau dengan peak flow meter, atau dengan lebih canggih
dengan spirometer. Uji provokasi bronkus dengan histamin, metakolin, latihan dengan lari
bebas (exercise), udara dingin dan kering, atau dengan salin hipertonis sangat menunjang
diagnosis. Ada 3 macam pemeriksaan yang berguna untuk mendukung diagnosis asma anak:
1. Pasien dapat menjalani aktivitas normal, termasuk bermain dan berolah raga
4. Uji fungsi paru senormal mungkin, tidak ada variasi diurnal (PEFR) yang mencolok
6. Efek obat dapat dicegah seminimal mungkin, terutama yang menghambat tumbuh
kembang anak.
OBAT-OBATAN
Golongan -agonis
Golongan antikolinergik
Golongan steroid
Steroid Oral :
Lameson, Urbason 4 mg
4 mg
Steroid Injeksi :
Corsona Ampul 5 mg
Agonis b2-Adrenergik
Sebagai bronkodilator, b2-Agonis adalah obat yang paling poten dan berkerja cepat dan paling
banyak dipakai untuk mengatasi serangan asma. Ada 2 golongan b2-agonis yang tersedia di
Indonesia yaitu yang bekerja cepat dan bekerja lambat, dan diberikan dalam bentuk inhalasi
(metered dose inhaler), dengan nebulizer, atau serbuk yang dihirup (dry powder inhaler).
Selain bekerja sebagai bronkodilatasi, b2-agonis meningkatkan fungsi clearance daripada
silia, mengurangi edema dengan menghambat kebocoran kapiler dan mungkin menghambat
kerja sel mast. Efek samping b2-agonis adalah tremor, takikardia dan anak cemas, yang
semuanya ini akan berkurang bila b2-agonis diberikan lewat hirupan.
Untuk serangan asma dipakai b2-agonis yang bekerja cepat seperti, salbutamol, terbutalin atau
pirbeterol, sedangkan salmeterol dan formeterol dipergunakan sebagai pengendali asma
dengan mengkombinasikan kedua obat ini dengan steroid inhalasi dan sebaiknya b2-agonis
kerja lambat tidak dipergunakan sebagai monoterapi.
Metilxantin
Yang tergolong dalam metilxantin adalah teofilin dan aminofilin. Cara kerja obat ini adalah
menghambat kerja ensim fosfodiesterase dan menghambat pemecahan cAMP menjadi
5AMP yang tidak aktif. Obat ini dapat dipergunakan sebagai pengganti b2-agonis untuk
mengatasi serangan asma atau kombinasi dengan b2-agonis oral atau inhalasi. Teofilin atau
aminofilin lepas lambat dapat diberikan bersama dengan steroid inhalasi sebagai pengendali
asma, juga pada asma berat aminofilin masih dapat dipakai dengan memberikannya secara
parenteral.
Untuk memperoleh fungsi paru yang baik, diperlukan konsentrasi aminofilin dalam darah
antara 5-15 mg/ml dan efek samping terjadi bila kadar aminofilin dalam darah berada di atas
20 mg. Pemberian aminofilin intravena pada serangan berat/status asmatikus
dipertimbangkan. Bila dengan obat-obat standar di atas belum ada perbaikan, berikan loading
dose 4-5 mg/kg BB, diencerkan dengan NaCl 0,9% dan diberikan perlahan-lahan dalam
waktu 10 menit, dilanjutkan dengan dosis rumatan 0,7-0,9 mg/kg BB/jam atau 5-6 mg/kg
BB/8 jam. Efek samping yang sering dijumpai adalah iritasi lambung, insomia, palpitasi, dan
pada dosis yang berlebihan dapat terjadi konvulsi.
Kortikosteroid
Kortikosteroid adalah obat anti-inflamasi yang paling poten untuk pengobatan penyakit asma.
Kerja obat ini melalui pelbagai cara, antara lain menghambat kerja sel inflamasi, mengambat
kebocoran pembuluh darah kapiler, menurunkan produksi mukus dan meningkatkan kerja
reseptor b-reseptor.
Steroid inhalasi
Walaupun pemberian steroid secara inhalasi mempunyai efek samping yang minimal
(kecuali: kandidiasis oral), pada pemberian lama dan dosis tinggi akan menghambat
pertumbuhan, sekitar 1-1,5 cm/tahun untuk bulan-bulan pertama pemakaian, dan pada
pemakaian jangka panjang ternyata tidak berpengaruh banyak pada pertumbuhan. Walaupun
demikian, perlu dipertimbangkan untuk dikombinasi dengan b-agonis kerja lambat, teofilin
kerja lambat atau leukotriene receptor antagonist, bila untuk pengendali jangka panjang
pasien resisten terhadap steroid inhalasi atau dosis steroid perlu ditingkatkan.
obat pereda (reliever), yang digunakan untuk meredakan serangan atau gejala asma
yang timbul.
obat pengendali (controller) yang digunakan untuk mengatasi masalah dasar asma,
yaitu inflamasi kronik saluran napas. Pemakaian obat ini terus menerus dalam jangka
waktu yang relatif lama, bergantung pada derajat penyakit asma dan responsnya
terhadap pengobatan.
Cukup diobati dengan obat pereda seperti b-agonis inhalasi, atau nebulisasi kerja pendek dan
bila perlu saja, yaitu jika ada serangan/gejala. Teofilin makin kurang perannya dalam
tatalaksana serangan asma, sebab batas keamanannya sempit. NAEPP menganjurkan
penggunaan kromoglikat atau b-agonis kerja pendek sebelum aktivitas fisik atau pajanan
dengan alergen.
NAEPP merekomendasikan kromoglikat atau steroid inhalasi sebagai obat pengendali. Pada
anak sebaiknya obat pengendali dimulai dengan kromoglikat inhalasi dahulu, jika tidak
berhasil diganti dengan steroid inhalasi. Bila dengan steroid saja asma belum dapat
dikendalikan dengan baik, atau dosis steroid perlu ditingkatkan, sebagai terapi tambahan
dapat digunakan b-agonis atau teofilin lepas lambat, atau leukotriene receptor antagonist
(zafirlukast atau montelukast) atau leukotriene synthesis inhibitor (Zueliton).
Pada asma berat sebagai obat pengendali adalah steroid inhalasi. Dalam keadaan tertentu,
khususnya pada anak dengan asma berat, dianjurkan untuk menggunakan steroid dosis tinggi
dahulu, bila perlu disertai steroid oral jangka pendek (3-5 hari). Apabila dengan steroid
inhalasi dicapai fungsi paru yang optimal atau perbaikan klinis yang mantap selama 1-2
bulan, maka dosis steroid dapat dikurangi bertahap sehingga tercapai dosis terkecil yang
masih dapat mengendalikan asmanya. Sementara itu penggunaan b-agonis sebagai obat
pereda tetap diteruskan. Sebaliknya bila dengan steroid hirupan asmanya belum terkendali,
maka perlu dipertimbangkan tambahan pemberian b-agonis kerja lambat, teofilin lepas
lambat, atau leukotriene modifier.
Jika dengan penambahan obat tersebut, asmanya tetap belum terkendali, obat tersebut
diteruskan dan dosis steroid inhalasi dinaikkan, bahkan bila perlu diberikan steroid oral.
Untuk steroid oral sebagai dosis awal dapat diberikan 1-2 mg/kgBB/hari. Dosis kemudian
diturunkan sampai dosis terkecil dan diberikan selang sehari pada pagi hari.
Kortikosteroid/Prednisone 2mg/kg/hari
(max 60 mg perhari)
Michael Sly. Asthma Dalam : Behrman RE, Kliegman RM, Arvin AM, penyunting.
Nelson Textbook of Pediatric. Edisi ke-16. Philadelphia : WB Saunders, 2000 : 664-
80.
Lemanske RF, Green CG. Asthma in Infancy and Childhood. Dalam: Middleton E Jr,
Ellis EF, penyunting. Allergy, Principle & Practice. 5th ed. St Louis, Mosby 1998, pp
877-900.
Eliss EF. Asthma in Infancy and Childhood. Dalam: Adkinson NF, penyunting.
Middletons Allergy. Principles and Practice. 6th ed. St Louis 2003, pp 1225-62.
Siwik JP, Nowak RM, Zoratti EM. The evaluation and management of acute, severe
asthma. Med Clin Amer. 2002;86:
Larche M, Robinson DS, Kay AB. The role of T lymphocytes in the patogenesis of
asthma. J Allergy Clin Immunol. 2003;111:450-463.
Warner JO. Guidelines for treatment of asthma. Dalam: Leung DYM, Sampson HA,
Geha RS, Szefler SJ, penyunting. Pediatric Allergy; Principles and practice. St Louis
2003,pp 350-356.
Larsen Garyl, Colasurdo GN. Assesment and treatment of Acute Asthma in Children
and aldolecens Dalam: Naspitz CK, penyunting. Text Book of Pediatric Asthma an
International Perspective. Edisi ke-1. United Kingdom : Martin Dunitz, 2001 : 189-
209.
Provided by
email : judarwanto@gmail.com\
htpp://www.childrenallergyclinic.wordpress.com/
Copyright 2009, Children Allergy Clinic Information Education Network. All rights
reserved.
Share this:
StumbleUpon
Digg
Like this:
Like
Be the first to like this.
Posted in alergi-batuk-asma-tbc
Responses
1.
2.
dok anakku 9 tahun(lahir 4 juni 2001 dalam tiap bulan lebih dari 1 kali terserang asma
dalm satu tahun pernah dia 4 kali di opname karena asma. sehingga saya disarankan
oleh perawat untuk membeli alat uap. setelah membeli alat uap itu anak saya sangat
terbantu dengan cepat jika dia terkena serangan. yang menjadi pertanyaan saya
1, kapankah alat uap digunakan untuk penyembuahan?
2. bagaimana dosis pemakaian ventolin nebule yang tepat . anak saya 9 tahun berat
badan 19 kg.jika terserang asma dia minta penguapan lebih dari satu kali dalam satu
hari. apakah itu berbahaya?
3. apakah efek samping dari penggunaan penguapan jika berlebih , dan jika kurang
dari dosos yang dianjurakan
Reply
Leave a Reply
Categories
0.WELCOME SPEECH
00.disease-condition
02.konsultasi online
03.commercial sites
04.news-update
05.photo-images-atlas
06.professional resources
07.parenting resources
08.basic immunology
09.research
10.journal watch
11.diagnosis-assessment
12.prevention
13.treatment
14.cause-etiology
15.Allergy Quiz
16.Meetings-Congress
17. Tools-Devices
alergi gigi-mulut
alergi ginjal
alergi hidung-THT
alergi hormonal-obesitas
alergi kehamilan-bayi
alergi kulit
alergi makanan
alergi mata
alergi obat
alergi otot-tulang
alergi saluran-cerna
alergi-batuk-asma-tbc
alergi-gangguan otak
alergi-gangguan perilaku
alergi-prevalensi
Book-Publication
celiac disease
Guidelines-Police Statement
imunologi dasar
imunologi klinis
komplikasi
kontroversi
obat-terapi
Pathophysiology
pencegahan
seminar
tes alergi-diagnosis
Uncategorized
Top Posts
Bayi Rewel Minta Minum ASI Terus, Belum Tentu Haus. Sering Terjadi Pada Bayi
Alergi dan Hipersensitifitas Saluran Cerna
Gangguan Buang Air Besar (Konstipasi) Pada Anak, Karena Pengaruh Alergi atau
Hipersensitif Makanan
Alergi Debu, Alergi Dingin atau Alergi Makanan Manakah Yang Benar ?
Pencegahan Alergi Sejak Dini : Kenali Tanda dan gejala Alergi Pada Bayi
Home
Children with allergic and nonallergic rhinitis have a similar risk of asthma.
Challenge Tes (Eliminasi Provokasi Makanan) : Diagnosis Pasti Alergi Makanan dan
Hipersensitifitas Makanan
link
Indonesian Articles
Allergy-Adolescent-Man-Old Man
Allergy-Cough-Asthma-Tuberculosis
Komplikasi
Kontroversi
Obat-Terapi
Pencegahan
Penyebab-Pencetus
Tanda-Gejala Alergi
Tes Alergi-Diagnosis
Search Articles
Point Of Interest
.Online Consultation
Abstract-Journal Watch
Allergy Quiz
Basic Immunology
Causes-Etiologies
Diagnosis-Assessment
Disease-Condition
Meetings-Congress
Parenting Resources
Photo-Images-Atlas
Prevention
Professional Resources
Research
Tools-Devices
Treatment-Management
Allergy Mouth-Tooth
Allergy Pregnancy-Newborn-Infant
Allergy Skin-Dermatitis
Allergy-Cough-Asthma-Tuberculosis
Allergy-Cow milk
Allergy-Drug
Allergy-Ear-Nose-Throath
Allergy-Eyes
Allergy-Food
Allergy-Heart-Blood Vessels
Allergy-Muscle-Bone
Allergy-Other Organ-Body
Allergy-Sleep Problems
Allergy-Stomach-Gastrointestinal
Media Internal
Koran Anak Indonesia
Special Links
American Academy of Allergy, Asthma and Immunology
World Allergy Organization