Anda di halaman 1dari 32

ASMA BRONKIAL

DR. RIZKI AUDITA


DOKTER INTERNSIP RUMKIT TK.III DR. REKSODIWIRYO
2019
• 01

TINJAUAN PUSTAKA
Asma merupakan suatu keadaan inflamasi pada
saluran nafas yang menimbulkan gejala klinis
berupa wheezing, nafas pendek, sesak dan batuk
yang terjadi dalam keadaan, frekuensi dan
intensitas yang bervariasi.

GINA 2018

3
Epidemiologi Asma

334 juta orang penderita asma di dunia

Terbanyak di Negara berkembang dengan pendapatan


rendah
Faktor risiko Asma 5

Paparan Pendidikan
asap rokok
ASMA ibu

Berat lahir Riwayat atopi


Pada ayah/ibu

Kebiasaan
merokok
Patogenesis dan patofisiologi Asma

Mekanisme
Inflamasi akut Remodelling
inflamasi
dan kronik saluran nafas
saluran nafas
Patogenesis dan patofisiologi Asma
Diagnosis

Anamnesis
•• Episode
Episode sesak
sesak berulang
berulang
•• Nafas pendek
Nafas pendek
•• Batuk
Batuk
Riwayat atopi
•• Riwayat atopi keluarga
keluarga

Pemeriksaan
fisik Penunjang
•• Peningkatan
Peningkatan frekuensi
frekuensi
•• Peak
Peak flow
flow meter
meter
nafas
nafas • Spirometri
•• Ekspirasi Spirometri
Ekspirasi memanjang
memanjang •• Uji
•• Wheezing
Wheezing Uji provokasi
provokasi
•• Sianosis
Sianosis bronkus
bronkus
KLASIFIKASI DERAJAT ASMA

GINA. Global strategy for asthma management and prevention. 2018


Klasifikasi
derjat
asma pada
anak

Rahajoe, pedoman nasional asma pada anak, UKK pulmonology, PP IDAI


Berat
Parameter Klinis, Fungsi paru,
Ringan Sedang
laboratorium Tanpa Ancaman Henti Napas Ancaman Henti Napas

Sesak Berjalan Berbicara Istirahat  


Bayi: menangis keras Bayi: menangis pendek dan Bayi: tidak mau minum/makan
lemah, kesulitan
menyusu/makan
Posisi Bisa berbaring Lebih suka duduk Duduk membungkuk/bertopang  
lengan
Bicara Kalimat Penggal kalimat Kata-kata  
Kesadaran Mungkin irritable Biasanya irritable Biasanya irritable Kebingungan
Sianosis Tidak ada Tidak ada Ada Nyata
Mengi Sedang, sering hanya Nyaring, sepanjang ekspirasi Sangat nyaring, terdengar tanpa Sulit/tidak terdengar
pada akhir ekspirasi + inspirasi stetoskop sepanjang ekspirasi dan
inspirasi
Penggunaan otot bantu napas Biasanya tidak Biasanya ya Ya Gerakan paradoks torako-
abdominal
Retraksi Dangkal, retraksi, Sedang, ditambah retraksi Dalam, ditambah napas cuping Dangkal/hilang
interkostal suprasternal hidung
Frekuensi Napas Takipnea Takipnea Takipnea Bradipnea
Frekuensi Nadi Normal Takikardia Takikardia Bradikardia
Pulsus Paradoksus Tidak ada Ada Ada Tidak ada, tanda kelelahan
<10 mmHg 10-20 mmHg >20 mmHg otot napas
FEV1        
Pra-bronkodilator >60% 40-60% <40%
Post-bronkodilator >80% 60-80% <60%
Respons < 2 jam
SaO2 (%) >95% 91-95% <90%  
PaO2 Normal (biasanya tidak >60 mmHg <60 mmHg  
perlu diperiksa)
PaCO2 <45 mmHg <45 mmHg >45 mmHg  
 GINA,
Tatalaksana
serangan asma

 GINA,
Tatalaksana asma di ruang rawat
inap
Pemberian oksigen diteruskan

Jika ada dehidrasi dan asidosis maka diberikan cairan intravena dan koreksi asidosis

Steroid intravena diberikan secara bolus, setiap 6-8 jam. Dosis steroid intravena adalah 0,5-1 mg/kgBB/hari

Nebulisasi β2 agonis kerja pendek dan ipratropium bromida dengan oksigen dilanjutkan setiap 1-2 jam. Jika
dalam 4-6 kali pemberian mulai ada perbaikan kliniss jarak pemberian dapat diperlebar setiap 4-6 jam.

Aminofilin diberikan secara intravena

Bila terjadi perbaikan klinis, nebulisasi diteruskan setiap 6 jam hingga mencapai 24 jam, dan steroid dan
aminofilin diganti dengan pemberian oral.

Jika dalam 24 jam pasien tetap stabil, pasien dipulangkan dengan dibekali obat agonis β 2 (hirupan atau oral) yang
diberikan selama 24-48 jam.
• 01

STUDI KASUS
DATA UTAMA

Pasien anak laki-laki usia 10 tahun dirawat dengan keluhan:


 Sesak nafas sejak 1 hari sebelum masuk RS, sesak meningkat terutama malam hari, sesak nafas
menciut, diperberat dengan aktifitas, pasien masih dapat berbicara satu kalimat utuh. Diluar
serangan pasien masih dapat beraktifitas biasa. Pasien telah dikenal memiliki riwayat penyakit asma
sejak 5 tahun yang lalu, serangan asma 2 kali dalam sebulan selama 1 tahun terakhir terutama
malam hari, serangan asma terakhir 1 bulan yang lalu. Pasien mendapat obat rutin berotec.
 Batuk (+) sejak 1 hari yang lalu, batuk berdahak, dahak sulit dikeluarkan, dahak berwarna putih
kekuningan.
 Mual (+), muntah (+) sebanyak 2 kali sejak 1 hari yang lalu, berisi apa yang dimakan.
 Nafsu makan menurun sejak 1 hari yang lalu.
 Demam (-)
 BAK dan BAB biasa.
 Riwayat penyakit dahulu  Riwayat penyakit keluarga
Riwayat demam sebelumnya tidak Orang tua perempuan dan kakak pasien
ada. menderita penyakit yang sama dengan
pasien.
Riwayat penyakit TB sebelumnya
tidak ada.
 Riwayat pengobatan  Kondisi lingkungan sosial dan
fisik
Tidak ada riwayat pengobatan
sebelumnya. pasien tinggal bersama orang tua dan
dua orang kakak pasien. Rumah
permanen.
PEMERIKSAAN FISIK

 Keadaan umum : Sedang


 Kesadaran : CMC
 BB : 29 kg
 Frekuensi jantung : 106 x/ menit
 Frekuensi nafas : 32 x/ menit
 Suhu : 36,7 C
0

 SaO2 : 96%
PEMERIKSAAN SISTEMIK

 Kulit : Teraba hangat, , tidak sianosis.  Thoraks


 Kepala : Normocephal, tidak ada kelainan. Bentuk : normochest, retraksi (+) retraksi
suprasternal
 Mata : Konjungtiva anemis (-/-)
Jantung :irama teratur, bising(-)
,sklera ikterik (-/-) ,pupil isokor,diameter 2 mm,
Refleks cahaya +/+ Normal. Paru :ekspirasi memanjang, ronki (+/+),
wheezing(+/+) di hampir seluruh lapangan
paru
 Abdomen
 THT : Tonsil T1-T1, hiperemis (-)
Inspeksi : tidak tampak membesar
 Mulut : Dalam Batas normal
Palpasi : supel, hepar dan lien tidak teraba
 KGB : Tidak teraba pembesaran KGB pada Perkusi : Timpani
leher,axilla dan inguinal.
Auskultasi : Bising usus (+) normal
 Genitalia : tidak ditemukan kelainan
 Ekstremitas : tidak ditemukan kelainan
PEMERIKSAAN PENUNJANG

HASIL LABORATORIUM RONTGEN TORAKS


 Hemoglobin : 13 gr/dl
 Leukosit : 17.340 /mm3
 Trombosit : 418.000/mm3
 Hematokrit : 39,1 %
Kesan = Leukositosis

Kesan = Bronkopneumonia
DIAGNOSIS

 Asma bronkial persisten ringan dalam serangan akut ringan-sedang


 Bronkopneumonia
TATALAKSANA AWAL

 IVFD KAEN 1b 20 tetes/menit (makro)


 O2 2l/menit nasal kanul
 Nebulisasi combivent tiap 4-6 jam
 Deksametason 12,5 mg IV dilanjutkan 3x4 mg IV
 Teofilin 4 x 100mg PO
 Ambroxol sirup 3 x 1 cth
 Paracetamol 250 mg (T ≥ 38,0°C)
FOLLOW UP
20-02-19
Pasien
18-02- boleh
19 pulang
Pilek Obat
(+) pulang :
12-02-19 16-02-19
14-02-2019 Cefixime
Anjuran Cetirizin 2x100 mg,
rontgen Terapi syr 1x1 Salbutamol
toraks terapi lanjut lanjut cth 3x2 mg

13-02-19 15-02- 17-02- 19-02-19


Ro.toraks: 19 19 Gejala
BP Terapi Terapi asma
Ampisilin lanjut lanjut terkendali
4x500 mg
IV
Gentamisi
n 1x75mg
IV
Tatalaksana

 IVFD KAEN 1b 20 tetes/menit (makro)


 O2 2l/menit nasal kanul
 Nebulisasi combivent tiap 4-6 jam
 Deksametason 12,5 mg IV dilanjutkan 3x4 mg IV
 Teofilin 4 x 100mg PO
 Ambroxol sirup 3 x 1 cth
 Ampsilin 4x500 mg IV
 Gentamisin 1x75 mg IV
 Cetirizin syr 1x1 cth
 Paracetamol 250 mg (T ≥ 38,0°C)
Rangkuman

Subjektif Objektif
• Anak laki-laki, usia 10 tahun • GK: sesak nafas dan batuk
• KU: sesak nafas yang • Nafas: 32x/menit
semakin meningkat sejak 1 • Pemfis toraks: retraksi
hari SMRS. suprasternal, ekspirasi
• Batuk berdahak sejak 1 hari memanjang, ronki dan
yang lalu wheezing
• Riwayat asma sejak 5 tahun • Hasil lab: kesan leukositosis
yang lalu • Rontgen toraks : kesan
• Riwayat asma di keluarga bronkopneumonia
(+)
Assessment

Pemeriksaa
n fisik

Pemeriksaa
Anamnesis n penunjang

Asma
Asma persisten
persisten
ringan
ringan dalam
dalam
serangan
serangan akut
akut
ringan-sedang
ringan-sedang

bronkopneuminia
bronkopneuminia
• Sesak nafas
menciut
Kelainan • Diluar serangan
paru
pasien normal
• Riwayat asma
Wheezing,
nafas pendek,
Sesa batuk
ASMA
Kelainan
k jantung Waktu dan
nafas intensitas
Bervariasi
Perburukan
Kelainan gejala
metaboli saat malam
k

Derjat asma
Retraksi

suprastern
Pemeriksaan al
Ronki
fisik
Wheezing

ASMA persisten ringan dalam


serangan akut ringan-sedang

Pemeriksaan leukositosi
Bronkopneumonia

s
penunjang
rontgen toraks
kesan
Bronkopneumonia
Fenoterol
hydrobromide

Short acting β2-


agonist

Metered dose
inhaler
• Golongan xantin
Teofilin • Relaksasi otot polos dan pembuluh
darah pulmonal

• Ipratropium bromide + Albuterol


Combivent • Antikolinergik (parasimpatolitik)

• Steroid antiinflamasi
Deksametason

Ampisilin dan • Antibiotik untuk bronkopneumonia


gentamisin pada anak
Pengobatan:
• IVFD KAEN 1b 20 tetes/menit (makro)
• Nebulisasi combivent tiap 4-6 jam
• Deksametason 12,5 mg IV dilanjutkan 3x4 mg IV
• Teofilin 4 x 100mg PO
• Ambroxol sirup 3 x 1 cth
• Ampisilin 4 x 500 mg IV
• Gentamisin 1 x 75 mg IV
• Paracetamol 250 mg (T ≥ 38,0°C)

Pendidikan : diberikan penjelasan kepada keluarga pasien mengenai penyakit dan penyebab
penyakit tersebut. Serta pentingnya kerjasama keluarga dan petugas medis dalam memantau
kondisi pasien. Pasien harus dihindari berkontak dengan factor penyebab timbulnya penyakit pada
pasien.

Konsultasi : perlu dilakukan konsultasi dengan spesialis anak dan paru untuk manajemen
penatalaksanaan dan monitoring kasus tersebut.

Anda mungkin juga menyukai