Faktor kemotaktik
eosinofil menarik
scr kimiawi sel-sel
Pelepasan senyawa
Asma Rangsangan dr luar
(alergen) endogen dr sel mast
eosinofil tmpat
terjadinya
Alergi/Atopik peradangan (bronkus)
(Ikawati, 2015)
Gambar Interaksi antara limfosit sel T, sel B, sel mast, dan eosinofil yang
memicu gejala asma (Ikawati, 2016)
Alergi bukan penyebab serangan
Spirometer
Spirometer
Recommended : utk penegakkan diagnosa asma
Peak Airflow
Alat : Peak Flow Meter
Breathe in as deeply as you can and then blow into the device as hard and
fast as possible
Bila telah didiagnosa asma untuk
follow up kondisi
Dengan pengujian menggunakan Peak Flow Meter, diperoleh PEF (Peak
Expiratory Flow)
Sumbatan jalan nafas PEF < 80% nilai prediksi
Variabilitas PEF tergantung dari PEF pagi dan malam yg berbeda
nilainya normal < 20%
Lung Function Test
Pemberian sampai FEV turun >20%, atau sampai dosis max Methacholline
untuk challenge test
Pengukuran Status Alergi
Klasifikasi asma juga dapat dilihat dari tingkat keparahan. Namun tingkat keparahan asma
disini baru dapat dinilai ketika pasien telah menjalani terapi obat pengontrol secara rutin
selama beberapa bulan.
a) Asma ringan adalah asma yang terkontrol dengan baik dengan pengobatan tahap 1 atau
tahap 2, yaitu dengan ICS-formoterol saja, atau dengan terapi obat pengontrol
(controller) dengan intensitas rendah seperti kortikosteroid dosis rendah, antagonis reseptor
leukotrien atau kromon.
b) Asma sedang adalah asma yang terkontrol dengan baik dengan pengobatan tahap 3 dan 4,
misalnya kombinasi ICS-LABA dosis rendah atau sedang.
c) Asma berat adalah asma yang tetap 'tidak terkontrol' meskipun pengobatan
dioptimalkan dengan ICS-LABA dosis tinggi, atau yang memerlukan ICS-LABA
dosis tinggi untuk mencegahnya menjadi 'tidak terkontrol'. (GINA, 2021).
TERAPI ASMA
TUJUAN TERAPI ASMA
Menurut GINA 2020, tujuan jangka panjang dari manajemen asma adalah:
Tercapainya kontrol gejala yang baik dan mempertahankan tingkat aktivitas normal
Meminimalkan resiko kematian terkait asma, eksaserbasi, keterbatasan aliran udara yang persisten
dan meminimalkan efek samping pengobatan.
Terapi Non
Farmakologi
Terapi
Asma
Terapi
Farmakologi
TERAPI NON FARMAKOLOGI
Kontrol terhadap
pemicu-pemicu
Edukasi serangan (faktor
pencetus)
Selain itu dapat dilakukan olahraga secara rutin namun porsinya disesuaikan dengan
kondisi pasien asma (contoh: senam asma); Healthy Diet (↑ asupan buah2an dan sayuran);
penurunan berat badan (pasien obesitas).
TERAPI FARMAKOLOGI
Obat
• digunakan secara rutin untuk terapi pemeliharaan. Obat ini dapat
mengurangi peradangan saluran napas, mengontrol gejala, serta
mengurangi risiko eksaserbasi dan penurunan fungsi paru.
Pengontrol
• contoh obat: inhalasi steroid, β2 agonis aksi panjang, sodium
kromoglikat atau kromolin, nedokromil, modifier leukotriene, dan
golongan metil xantin
Obat • obat ini diberikan kepada semua pasien asma, digunakan bila perlu
untuk meredakan gejala pada saat terjadi kekambuhan gejala asma
atau eksaserbasi.
Obat
• untuk pasien dengan asma berat: digunakan jika pasien mengalami
gejala persisten dan/atau eksaserbasi meskipun sudah
mendapatkan terapi yang optimal dengan obat pengontrol dosis
Tambahan
tinggi dan terapi factor resiko yang dapat dimodifikasi.
• contoh obat: antagonis leukotriene, omalizumab (anti
immunoglobulin E).
Golongan Obat Anti asma
Golongan Obat dan
Mekanisme Kerja Efek Samping
Contoh Obat
Inhalasi Kortikosteroid Mengurangi inflamasi saluran napas kandidiasis orofaringeal,
(Beklometason dipropionat, (menyebabkan mengurangi udem dan disfonia, serak, batuk dan
budesonid, flutikason sekresi mukus ke dalam saluran sakit kepala
propionat) napas), mengurangi
hiperresponsivitas bronkus dan
mengembalikan perbaikan jalan
napas.
Agonis β-2 Adrenergik Stimulasi reseptor β2–adrenergik takikardia, tremor, sakit
(β2-agonis aksi cepat: aktivasi adenil siklase AMP siklik kepala.
albuterol/salbutamol, intraseluler meningkat relaksasi otot
terbutaline, pirbuterol, polos, stabilisasi membran sel mast,
levarbuterol, fenoterol, β2- stimulasi otot skelet.
agonis aksi lambat: Merupakan bronkodilator yang paling
salmeterol dan formoterol) efektif.
Antikolinergik Inhibitor kompetitif reseptor Konstipasi, xerostomia, sakit
(Ipratropium bromida dan muskarinik bronkodilatasi, hanya kepala, batuk, sinusitis,
tiotropium Bromida) pada bronkokonstriksi yang dimediasi faringitis, ISPA
kolinergik.
Golongan Obat dan Mekanisme Kerja Efek Samping
Contoh Obat
Penstabil Sel Mast Bekerja dengan cara mencegah sakit kepala, iritasi nasal,
(Cromolyn sodium dan masuknya kalsium ke dalam sel bronkospasme sementara, batuk,
nedokromil) mast sel mast stabil. tenggorokan kering, dan ruam kulit
Antagonis Reseptor Antagonis reseptor leukotrien; gangguan gastrointestinal, sakit
Leukotrien mengurangi proinflamasi dan efek kepala, demam, myalgia, reaksi
(Montelukast, pranlukast bronkokonstriksi leukotrien D4 alergi kulit, meningkatnya enzim
dan zafirlukast) hati, dan infeksi saluran nafas atas
Metil Xantin Bekerja dengan menghambat enzim takikardi, palpitasi, mual dan
(Teofilin) fosfodiesterase merelaksasi otot gangguan saluran cerna yang lain,
polos bronkus, dan mencegah sakit kepala, stimulasi SSP,
pelepasan mediator alergi. Selain insomnia, aritmia, dan konvulsi
itu, metilxantin mengantagonis terutama bila diberikan
bronkokonstriksi yang disebabkan melaluiinjeksi intravena cepat.
oleh prostaglandin dan memblok
reseptor adenosine
Anti-IgE Bekerja mengikat IgE sehingga reaksi di tempat penyuntikan, sakit
(immunoglobulin E) tidak bekerja pada reseptornya perut bagian atas, sakit kepala,
(Omalizumab) yang memicu pelepasan mediator otitis media, nasofaringitis,
inflamasi sinusitis.
PENATALAKSANAAN
ASMA KRONIS
Penatalaksanaan asma kronis diberikan berdasarkan
pendekatan stepwise approach GINA 2021
KEY
POINTS
KEY
POINTS
Initial Treatment
Untuk hasil terbaik, pengobatan pengontrol yang mengandung ICS harus dimulai sesegera
mungkin setelah diagnosis asma ditegakkan, karena bukti menunjukkan bahwa:
Inisiasi awal ICS dosis rendah pada pasien asma menyebabkan peningkatan yang lebih besar
pada fungsi paru-paru dibandingkan jika gejala telah hadir selama lebih dari 2-4 tahun. Satu
studi menunjukkan bahwa setelah waktu trsbt, pasien membutuhkan dosis ICS yang lebih
tinggi, dan mengalami penurunan fungsi paru yang lebih rendah.
Pasien yang tidak menggunakan ICS yang mengalami eksaserbasi parah memiliki penurunan
fungsi paru jangka panjang yang lebih besar daripada mereka yang sudah memulai ICS.
Untuk pasien dengan asma akibat kerja, menghindari paparan agen pemicu dan pengobatan
pengontrol dini meningkatkan kemungkinan resolusi gejala dan hiperresponsifitas jalan napas.
Box 3-6. Low, medium and high daily doses of inhaled corticosteroids
Asma pada kondisi khusus
Pregnancy
PPOK
PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK
Definisi PPOK
Produksi sputum secara Semua pola produksi sputum dapat mengindikasikan adanya
kronis PPOK
Infeksi saluran pernapasan bawah yang berulang
Riwayat faktor resiko Faktor Host (seperti, faktor genetik, abnormalitas bawaan/
perkembangan, dll)
Asap rokok
Asap dari dapur dan bahan bakar
Pajanan dari pekerjaan, seperti debu, uap, asap, gas dan
bahan kimia lainnya
Riwayat keluarga PPOK contohnya seperti: berat badan lahir rendah, infeksi
dan faktor masa anak- pernapasan ketika anak-anak, dll.
anak
Klasifikasi keparahan keterbatasan aliran udara pada pasien PPOK
berdasarkan nilai FEV1 postbronkodilator (GOLD, 2019)
Namun demikian, keparahan berdasarkan kategori ini ternyata tidak selalu berkorelasi dengan kualitas
hidup pasien. Karena itu, dilakukan penilaian terhadap gejala dan kualitas hidup pasien PPOK:
Kuesioner Modified British Medical Research Council (mMRC): penilaian sederhana dari sesak napas
COPD Assessment Test (CAT): penilaian gejala yang komprehensif
Klasifikasi PPOK
Dari penilaian-penilaian tsbt, maka pasien PPOK dapat digolongkan menjadi 4
kelompok (GOLD, 2019), yaitu:
• Menghilangkan gejala
Mengurangi • Meningkatkan toleransi latihan
Gejala
• Meningkatkan status kesehatan
• Mencegah perkembangan penyakit
Mengurangi • Mencegah dan mengobati
Faktor
perburukan gejala (eksaserbasi)
Resiko
• Menurunkan angka kematian
Terapi Non-Farmakologi
Berhenti
Merokok
Menghindari
Rehabilitasi
pajanan
Paru
polusi udara
Terapi non-
Image by Prime Media Inc
farmakologi Image by Mujiburrahman
Aktivitas
Nutrisi
Fisik
Imunisasi
Image by lunginstitute.com
Image by sehatnegeriku.kemkes.go.id
Berhenti Merokok
ANTIINFLAMASI (ANTIRADANG)
• Secara umum bekerja untuk mengurangi radang pada saluran
napas.
ANTIBIOTIK
• Diberikan ketika terjadi perburukan gejala akut yang disebabkan
oleh infeksi bakteri.
Keterangan:
*Pertimbangkan jika nilai gejala tinggi (contoh, CAT > 20);
**Pertimbangkan jika jumlah sel eosinofil ≥ 300 sel/microliter;
LAMA: Long-acting antimuscarinic; LABA: Long-acting beta2 agonist, ICS : Inhaled corticosteroids
Setelah meninjau respon pasien terhadap inisiasi pengobatan, penyesuaian
dalam pengobatan farmakologis mungkin diperlukan.