Anda di halaman 1dari 34

CURRICULUM VITAE

 Nama : Dr. dr. Muh.Ilyas, Sp.PD, KP, Sp.P (K) FINASIM, FISR
 Alamat : Jl. Satando 2 No. 8 Makassar. HP 081241301771
muhil.23il@gmail.com
 Pendidikan :
 Dr. Umum (FK UNHAS)
 Spesialis Penyakit Dalam : Pasca Sarjana FK UNHAS
 Spesialis Paru & Kedokteran Respirasi Di FK UI
 Konsultan Paru & FINASIM : Kolegium Peny.Dalam Indonesia
 Konsultan Asma dan PPOK : Kolegium Pulmonologi Indonesia
 S3 Ilmu kedokteran : Pasca Sarjana Universitas Hasanuddin
 Pekerjaan :
 Kepala Infection Centre RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar
 Ketua Program Studi Pulmonologi & Kedokteran Respirasi FK UNHAS
 Staf Dept. Ilmu Penyakit Dalam FK UNHAS / RS DR.Wahidin Sudirohusodo
 Ketua Pimpinan Pusat Perhimpunan Kedokeran Haji Indonesia (PERDOKHI)
 Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Paru (PDPI)
 Pengurus Pusat Perhimpunan Allergi Imunologi Indonesia (PERALMUNI)
 Wakil Ketua Perhimpunan Allergi Imunologi (PERALMUNI) Cab. Makassar
 Pengurus Perhimpunan Ahli Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI) Makassar

-
ASTHMA UPDATE

MUHAMMAD ILYAS

DIVISI PARU DAN PERAWATAN KRITIS RESPIRASI


DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT DALAM FAKULTAS KEDOKTERAN UNHAS
RSUP DR.WAHIDIN SUDIROHUSODO
MAKASSAR
PENDAHULUAN

 Asma : Proses inflamasi kronik saluran napas


 Beberapa sel atau elemen sel yang berperan
 Inflamasi kronik berhubungan dengan
hiperresponsif saluran napas, mengakibatkan
episode mengi yang berulang, sesak napas,
rasa tertekan di dada dan batuk.
 Beratnya gejala bervariasi dan hambatan aliran
udara bersifat reversibel
Asma tetap sebagai masalah
Kesehatan Dunia
www.globalasthmanet
work.org

Asma : penyakit kronik yang banyak ditemukan di dunia.


Diderita oleh 339 juta orang didunia.
Kematian berkisar 1000 orang setiap hari
Termasuk salah satu penyebab utama years lived with
disability (YLD).
Di China, India, Indonesia, Malaysia, Thailand menunjukan
beban asma besar namun tetap underdiagnosed dan
undertreated
© GAN
EPIDEMIOLOGI

Prevalens Bervariasi

2025
400 juta

Prevalens Asma di Indonesia 5-7%

Figure source: To T et al. 20122

;. To T, et al. BMC Public Health. 2012;12:204 SKRT 2013


Inflamasi Asma : Sel dan Mediators

Source: Peter J. Barnes, MD


Mekanisme timbulnya gejala

Source: Peter J. Barnes, MD


Perubahan Patologi

Mucous
gland Epithelial
hypertrophy damage
Airway smooth
Edema muscle
Inflammatory
cell infiltration
Mucus

Thickening of Vascular
basement dilatation
membrane

Adapted from National Asthma Education and Prevention Program. Expert Panel
Report: Guidelines for the diagnosis and management of asthma. NHLBI, NIH. 1991.
GINA 2019: Faktor risiko eksaserbasi asma
Gejala asma yang tidak terkontrol – faktor risiko utama terjadi
eksaserbasi

Penggunaan SABA yang tinggi (Mortalitas asma meningkat


jika >1x200-dosis canister/bulan)
Kurang penggunaan ICS: tidak diresepkan ICS, tidak patuh
menggunakan ICS, atau salah teknik menggunakan inhaler

• Komorbid: obesitas, rhinosinusitis kronisk GERD, alergi makanan, kecemasan,


depresi, dan kehamilan
• Paparan: merokok, paparan allergen, polusi udara
• Fungsi paru: FEV1 rendah, terutama jika <60% dari prediksi, reversibilitas yang tinggi
• Uji lain: eosinofil sputum/darah, FENO yang tinggi di pasien alergi usia dewasa
• Faktor risiko lain: pernah diintubasi atau dirawat di ICU atau menderita eksaserasbi ≥1
dalam 12 bulan terakhir

Global Initiative for asthma report, updated 2019


Faktor pencetus Eksaserbasi Asma

Triggers
 Exercise
 Fumes/ Smoke
Allergens
 Cold air / Weather changes
 Tree  GERD
 Grass  Occupational

 Fungi
Viral URTIs
 Food, additives, drugs
 House dust mite  Food, additives, drugs

 Pets 
Sulfur dioxide
Emotional Stress
 Occupational
Pasien Sesak di Unit Emergensi

ASMA ??? Step1. Diagnosis

Step 2. Nilai beratnya


gejala

Step 3. Treatment

Step 4. Nilai respons terapi


Diagnosis Asma
 Riwayat Penyakit dan pola gejala
 Pengukuran fungsi paru
- Spirometr
- Arus puncak ekspirasi (Peak expiratory flow)
 Uji kepekaan bronkus
 Uji status alergi
 Pengukuran ekstra dibutuhkan untuk diagnosis
asma pada anak 5 tahun, yang lebih muda dan
orangtua
GEJALA KLINIS
1. Batuk
2. Wheezing
3. Sesak napas
4. Dada tertekan yang
timbul secara kronik
dan/atau berulang
5. Bersifat reversible
6. Cenderung Gambar 1. Patologi saluran napas normal dan pasien asma
memberat pada
malam/dini hari
7. Timbul jika ada
pencetus.
Pathology of Asthma (https://www.educationforhealth.org/asthma-pathology-of-asthma/, assessed on 20 December 2017)
PATOFISIOLOGI UTAMA SERANGAN ASMA AKUT

 Obstruksi saluran napas


Biasanya membaik spontan atau dengan obat
 Hiper-responsif saluran napas
bronkokonstriksi berlebihan dengan rentan luas
terhadap stimuli tidak spesifik : udara dingin dll.
 Inflamasi saluran napas
Eosinophils, lymphocytes, mast cells,neutrophils;
terkait edema, hipertropi otot polos saluran napas,
hyperplasia, penebalan membrana basalis, mukus
berlebihan, kerusakan epitel
Gejala ASMA: hanya puncak dari gunung es
• Batuk
• Sesak napas
GEJALA ASMA
• Mengi (wheezing)
• Dada rasa tertekan

• Bronkokonstriksi
• Edema bronkus
Obstruksi saluran napas • Hiper-sekresi mukus
• Keterlibatan sel-sel inflamasi
– eosinofil, dll
Hiper-responsif bronkus

Inflamasi saluran napas

Warner O. Am J Resp Crit Care Med 2003; 167: 1465–1466. with leukotriene receptor antagonists., Q J Med 2005; 98: 171 – 182h
PEMERIKSAAN FAAL PARU

FEV1 PEFR
Typical Spirometric (FEV1)
Tracings
Volume

FEV1
Normal Subject

Asthmatic (After Bronchodilator)

Asthmatic (Before Bronchodilator)

1 2 3 4 5
Time (sec)

Note: Each FEV1 curve represents the highest of three repeat measurements
Level Kontrol Asma
Controlled Partly controlled
Characteristic Uncontrolled
(All of the following) (Any present in any week)

More than
Daytime symptoms None (2 or less / week)
twice / week

Limitations of activities None Any


3 or more
features of
Nocturnal symptoms / partly controlled
None Any
awakening asthma present
Need for rescue / More than in any week
None (2 or less/ week)
“reliever” treatment twice / week

< 80% predicted or


Lung function
Normal personal best (if known)
(PEF or FEV1)
on any day
18
Strategi Pengobata Asma
berdasarkan GINA
TUJUAN TATALAKSANA ASMA

 Menghilangkan gejala
 Mempertahankan fungsi paru/mendekati normal
 Mempertahankan aktifitas normal
 Mencegah eksaserbasi dan & meminimalkan
kunjungan ke UGD RS
 Terapi optimal dengan masalah yang minimal
 Pasien/ keluarga merasa nyaman
 Mencegah kematian akibat asma
Predisposisi asma yang
mengancam jiwa

1.Pernah dirawat di ICU/ pasang ventilator


2. Hospitalisasi berulang tahun sebelumnya
3. Sering berkunjung ke IGD setahun terakhir
4. Terdapat komorbid kardivaskuler
5. Ketergantungan SABA
6. Terjadinya serangan yang mendadak
7. Kontrol pengobatan yang tidak teratur
8. Terdapat gangguan psikologis dan psikiatri (depressi)
yang mengganggu kepatuhan berobat
Obat Pelega (relivier)

 Rapid-acting inhaled β2-agonists


 Systemic glucocorticosteroids
 Anticholinergics
 Theophylline
 Short-acting oral β2-agonists
Obat Pengontrol

 Inhaled glucocorticosteroids
 Leukotriene modifiers
 Long-acting inhaled β2-agonists
 Systemic glucocorticosteroids
 Theophylline
 Cromones
 Long-acting oral β2-agonists
 Anti-IgE
 Systemic glucocorticosteroids
Eur Respir J 2017; 50: 1701103
Peradox Pengobatan Asma

1. Asma adalah penyakit inflamasi kronik, tetapi


pengobatan sejak awal adalah bronkodilator
2. Pasien diberikan otonomi dan persepsi pasien
mengenai kebutuhan obat dan kendali atas penyakit
diterima, tetapi pada step lebih tinggi, pengobatan dosis
tetap di rekomendasikan
3. Peranan ICS secagai anti iflamasi belum sepetuhnya
difahami masyarakat, SABA lebih diunggulkan
4. Informasi keamanan antara SABA dan LABA dalam
guideline saling bertentangan
5. Salah persepsi atara pasien dan dokter terakait asma
terkontrol.
Ketergantungan pada SABA terjadi pada anak dan
dewasa, apapun tingkat keparahan asmanya

Pengobatan yang digunakan untuk mengobati asma: ICS Vs SABA

ICS, inhaled corticosteroid; MI, mild intermittent; MP, mild persistent; MOP, moderate persistent;
SABA, short-acting β2-agonist; SP, severe persistent.

Rabe KF et al. Eur Respir J 2000; 16: 802–7.


Overuse SABA dan Underuse ICS:
meningkatkan risiko mortalitas asma
2.5

250

2.0
Mortalitas asma/10,000 tahun-pasien

200

Rate ratio mortalitas asma


SABA vs. ICS vs.
mortalitas 1.5
mortalitas
150
asma asma
1.0
100

50 0.5

0.0 0.0
0 1 2 3 4 5 6 7 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Jumlah canister (20,000 μg) SABA per bulan 1 (Suissa


Jumlah canister ICS per tahun2
1994/p6/col1/fig3)
(Suissa 2000/p4/fig1)

Penggunaan SABA >6 inhalasi/hari minimal 1 hari saja merupakan prediksi peningkatan resiko eksaserbasi 3
(Buhl 2012/p1/p3)

ICS, inhaled corticosteroid; SABA, short-acting β2-agonist.


1. Suissa S, et al. Am J Respir Crit Care Med 1994; 149:604–10; 2. Suissa S, et al. N Engl J Med 2000; 343:332–6; 3. Buhl R, et al.
Respir Res 2012; 13:59.
Dislokasi pengertian antara pemahaman pasien
mengenai kontrol asma dan situasi asma yang sedang
mereka alami
Perbedaan pengertian mengenai “kontrol asma” antara pasien dan dokter
Perbedaan pengertian tersebut dapat mengakibatkan SABA overuse dan ICS underuse

ACQ, Asthma kontrol Questionnaire; INSPIRE, International Asthma Patient Insight Research.
28 Eur Respir J 2017; 50: 1701103
Partridge MR et al. BMC Pulm Med 2006; 6: 13.
Increasing combination therapy earlier to
prevent exacerbations
FACET exacerbation profiles
% change from
day –14
100
Reliever β2-agonist
Morning PEF
80 Window of
Night-time symptoms
opportunity to
60 prevent
exacerbations?
40

20

–15 –10 –5 0 5 10 15
Days before and after an exacerbation
Tattersfield AE, et al. Am J Respir Crit Care Med 1999;160:594–599.
Solusinya adalah pendekatan terapi yang
mengkombinasikan kontroler (antiinflamasi) dan pelega
dalam 1 inhaler

Eur Respir J 2017; 50: 1701103


GINA 2018 update
Rekomendasi GINA 2019 untuk asma sedang hingga berat
Terapi utama ICS/LABA

Jenjang 3 Jenjang 4 Jenjang 5

Terapi kontroler Terapi kontroler


Terapi kontroler
utama:
utama: utama:
Dosis rendah ICS/LABA Dosis menengah Dosis tinggi ICS/LABA
ICS/LABA
Pilihan kontroler lainnya: Pilihan kontroler lainnya:
Pilihan kontroler lainnya:
Dosis medium ICS, atau Tambah dosis rendah
Dosis menengah ICS,
dosis rendah ICS+LTRA# OCS, tapi perhatikan efek
tambah tiotropium, atau
samping
tambah LTRA#

PELEGA UTAMA PELEGA UTAMA


PELEGA UTAMA

Dosis rendah ICS/LABA Dosis rendah ICS/FLABA Dosis rendah ICS/LABA


saat gejala‡ saat gejala‡ saat gejala‡

Pilihan pelega lainnya Pilihan pelega lainnya Pilihan pelega lainnya


Short-acting β2-agonist Short-acting β2-agonist Short-acting β2-agonist
(SABA) saat gejala (SABA) saat gejala (SABA) saat gejala
KESIMPULAN

1. Asma adalah penyakit inflamasi kronik di


saluaran napas
2. Sering terdapat ketidak sesuaian antara pasien
vs Dokter dalam memahami asma terkontrol
3. Pengobatan dengan SABA saja dapat
memperburuk keadaan penyakit dan
menimbulkan kematian.
4. Penggunaan ICS + pelega (LABA) dapat
mengendalikan inflamasi dan memperbaiki
kontrol asma.
Kami Mengajak para
Sejawat dan Tenaga
Kesehatan Lain yang
tertarik dalam
pelayanan Kesehatan
Haji untuk mengikuti
SIMPOSIUM NASIONAL
Kedokteran Haji di
Makassar

Anda mungkin juga menyukai