Anda di halaman 1dari 39

RINITIS dan

PENATALAKSANAAN

Dr. Andriana, Sp.THT-KL, Msi.Med


2016
ANATOMI & FISIOLOGI
HIDUNG
Hidung luar : tl + tl rawan
Hidung
Hidung dlm : - Nares anterior Post Koana
- Ddg lateral : Konka inf or Meatus
Konka media Meatus
Konka Superior Meatus
Konka Suprema (Rudimenter)
- Septum nasi : -tl
-tl rawan
- Meatus sup or : muara sinus etmoidalis posterior
- Meatus media : - Sinus etmoidalis anterior
- Sinus frontalis
- Sinus maksila
- Meatus inferior : duktus nasolakrimal
INFEKSI HIDUNG

Secara potensian berbahaya.


menyebar ke vena fasialis,
vena oftalmika, sinus kavernosus, tromflebitis
sinus kavernosus

Jangan memencet atau melakukan insisi pada furunkel


Antibiotik dosis tinggi harus selalu diberikan
RINITIS AKUT

Radang akut pada mukosa hidung yang disebabkan oleh infeksi


virus atau bakteri.
Manifestasi dari rinitis simpleks (commo, cold), influensa
Reaksi sekunder akibat iritasi lokal atau trauma.
RINITIS SIMPLEKS
(PILEK, SELESMA, COMMON COLD, CORYZA)
Etiologi
Beberapa jenis virus dan yang paling penting ialah Rhinovirus.
Virus-virus lainnya adalah Myxovirus, virus Coxsackle dan virus
ECHO.

Gejala
Stadium prodromal yang berlangsung beberapa jam :
- Rasa panas, kering dan gatal didalam hidung
- Bersin berulang-ulang,
- Hidung tersumbat dan ingus encer,
- Biasanya disertai dengan demam dan nyeri kepala.
infeksi sekunder oleh bakteri, sehingga sekret menjadi kental dan
sumbatan di hidung bertambah.
Tidak terdapat komplikasi, gejala kemudian akan berkurang dan
penderita akan sembuh sesudah 5 10 hari
Komplikasi : sinusitis, otitis, media, faringtis, bronkitis dan pneumonia.

Terapi
Istirahat diberikan obat-obatan simtomatis, seperti analgetik, antipretik
dan obat dekongestan.
Antibiotik hanya diberikan bila terdapat komplikasi.
RINITIS KRONIS
Rinitis hipertrofi,rinitis sika (sicca) dan rintis spesifik
Rinitis alergi, rinitis vasomotor dan rinitis medikamentosa dimasukkan
juga dalam rinitis kronis.

Rinitis Hipertrofi
Akibat infeksi berulang dalam hidung dan sinus, atau sebagai lanjutan
dari rinitis alergi dan vasomotor.
Gejala
Sumbatan hidung. Sekret biasanya banyak, mukopurulen dan sering
ada keluhan nyeri kepala.
Tanda
Konka inferior yang hipertrofi,
Permukaannya berbenjol-benjol ditutupi oleh mukosa yang juga
hipertrofi. Akibatnya saluran udara sangat sempit.
Terapi
Harus dicari faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya rinitis hipertrofi
dan kemudian memberikan pengobatan yang sesuai.
Kauterisasi konka dengan zat kimia (nitras argenti atau asam triklor
asetat) atau elektrokauter konkotomi

Rinitis Sika
Mukosa yang kering, terutama pada bagian depan septum dan ujung
depan konka inferior.
Orang tua dan pada orang yang bekerja di lingkugan yang berdebu,
panas dan kering.
Penderita anemia, pemium alkohol dan gizi buruk.
Pengobatan tergantung pada penyebabnya.
Pengobatan lokal, berupa obat cuci hidung
Rinitis Spesifik
Rinitis difteri,
Rinitis atrofi,
Rinitis sifilis,
Rinitis tuberkulosis,
Rinitis karena jamur
Rinitis Alergi Musiman

Timbulnya periodik
Berat ringannya segala penyakit bervariasi dari tahun ke tahun, tergantung
pada banyaknya anergen di udara.
Faktor herediter pada penyakit ini sangat berperan.
Rinokonjungtivitis, karena itu gejala klinik yang tampak ialah gejala hidung
dan gejala mata, yaitu mata merah, gatal disertai lakrimasi
hidung gatal disertai dengan bersin yang paroksimal,
sumbatan hidung, rinore yang cair dan banyak.

Rinoskopi anterior : mukosa hidung pucat, kebiruan (livide) atau hiperemis.


Pemeriksaan pada sekret hidung, akan ditemukan banyak eosinofil.
Rinitis Alergi Sepanjang Tahun
Timbul interiten atau terus menerus, tanpa variasi musim, jadi dapat
ditemukan sepanjang tahun.
Frekuensi terbanyak ialah pada anak dan dewasa muda, kemudian akan
berkurang dengan bertambahnya umur
Penyebab yang paling sering ialah alergen inhalan
Iritasi oleh faktor nonspesifikpun dapat memperberat gejala,seperti asap
rokok, bau yang merangsang, perubahan cuaca,kelembapan yang tinggi dan
sebagainya.
Gejala Klinik
Bersin lebih dari lima kali setiap serangan
Keluar ingus (rinore) yang encer dan banyak,
hidung tersumbat,
hidung dan mata gatal, yang kadang-kadang disertai dengan banyak air
mata keluar (lakrimasi).
Gejala spesifik lain : bayangan gelap didaerah bawah mata yang terjadi
karena stasis vena sekunder akibat obstruksi hidung ( allergic shiner ).

Rinoskopi anterior : mukosa edem, basah, berwarna pucat/livid, banyak


sekret yang encer
RINITIS VASOMOTOR
( Vasomotor catarrh, Vasomotor rinorrhea,
nasal vasomotor instability, non specific rhinitis )
Gangguan fisiologik lapisan mukosa hidung yang disebabkan oleh
bertambahnya aktivitas parasimpatis
Gejala yang mirip dengan rinitis alergi.
Etiologi yang pasti belum diketahui

Dipengaruhi oleh berbagai faktor yang berlangsung temporer, seperti


emosi, posisi tubuh, kelembapan udara, perubahan suhu luar, latihan
jasmani dan sebagainya,
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Keseimbangan Vasomotor
1. Obat-obatan yang menekan dan menghambat kerja saraf simpatis
2. Faktor fisik, seperti iritasi oleh asap rokok, udara dingin, kelembapan
udara yang tinggi dan bau yang merangsang.
3. Faktor endokrin seperti keadaan kehamilan, pubertas, pemakaian pil
anti hamil dan hipotiroidisme.
4. Faktor psikis, sepereti rasa cemas, tegang dan sebagainya.

Gejala Klinik
Hidung tersumbat, bergantian kiri dan kanan, tergantung pada posisi
pasien
Rinore yang mukus atau serus
RINITIS ALERGI
Rinitis alergi biasanya mulai timbul o Tes kulit dan tes RAST hampir selalu
pada masa kanak-kanak positip.
Gejala : o Eosinofil seringkali dijumpai dalam sekret.
o Obstruksi hidung, o CT scan SPN : gambaran edema ringan
sampai sedang tidak disertai adanya
o sering bersin, cairan.
o gatal hidung yang seringkali disertai
dengan adanya "alergic salute". Terapi :
o Rinore biasanya deras. Ingus
belakang hidung sering dijumpai Menghindari pemaparan alergen
yang kadang-kadang disertai Antihistamin dan dekongestan.
anosmia. Kortikosteroid dan natrium kromolin.
Pemeriksaan fisik : Imunoterapi pengobatan lain gagal.
Oedema konka inferior yang khas Pengobatan yang relatif baru
berwama kebiru-biruan. beklometason steroid topikal baru,
sedikit diabsorpsi.
Sekret cair seperti air.
Klasifikasi Rinitis alergi berdasarkan
rekomendasi
WHO Initiative ARIA 2007

18
FAKTOR RISIKO
Genetik & riwayat keluarga atopi
Sensitisasi pd masa kehidupan dini
Paparan alergen tinggi
Perubahan gaya hidup, pe sos.ek ( gaya hidup barat )
Efek jangka panjang polusi udara : ozon, NO, gas buang
kendaraan
Faktor infeksi pd masa neonatus ( keseimbangan Th1 dan
Th2, hygiene hypothesis )
Allergens
PATOFISIOLOGI

Terdiri dari 2 tahap :


Tahap sensitisasi
Reaksi alergi, terdiri dari 2 fase :
Reaksi Alergi Fase Cepat (RAFC) sejak kontak alergen
sampai 1 jam setelahnya
Reaksi Alergi Fase Lambat (RAFL) yang berlangsung 2-
4 jam dengan puncak 6-8 jam setelah pemaparan dan
berlangsung 24-48 jam
MECHANISMS OF Allergic RHINITIS
Immediate rhinitis symptoms
Histamine
leukotrienes
Itch, sneezing
Mast cell Prostaglandin's
Watery discharge
bradykinin,PAF
Nasal congestion

IgE
allergen

B cell
IL4
Chronic ongoing rhinitis

Nasal blockade
Th2 cell eosinophils Loss of smell
IL 3, 5, GMCSF Nasal hyperreactivity
HISTAMIN
Merangsang :
1. reseptor H1 pd saraf vidianus & serabut halus C
tak bermielin bersin & gatal
2. Sel goblet , kelenjar, peningkatan
permeabilitaskapiler kapiler hipersekresi ( rinore )
3. vasodilatasi hidung tersumbat ( RAFC )

Rinore : ACh, PGD2, LTC4, Subs.P, VIP

Hidung tersumbat (RAFL ) : histamin, PGD2, LTC4,


LTD4, bradikinin, Ach, Subs.P, Calcitonin
Gene Related Factor
HISTAMINE EFFECTS
HISTAMINE
DEGRADATION
( histamine methyl transferase)

H1-R
Nociceptive Nerves Vascular wall

CNS Endothelium
(Vascular Permeability)
Itch.
Systemic Reflexes
Sneeze Vasodilatation
Allergic Salute

Parasympathic Reflexes Glandular


Exocytosis Serous/Mucous Secretion
D. Diagnosis :

1. Anamnesis :
- Trias Alergi : sumbatan, rhinorrhea, gatal, bersin.
- Fx yang mempengaruhi
- Tx yang telah dijalani dan bagaimana efeknya.
- Riwayat keluarga 2. Pemeriksaan fisik :

- Hidung luar : - deformitas, bentuk tulang dan kartilago


-Warna kemerahan akibat iritasi
- Hidung dalam : - mukosa oedem, pucat kebiruan
-Sekret : jernih, encer
- Pemeriksaan jalan udara : massa tumor, polip.
- mata : peningkatan lakrimasi
- telinga : oklusi tuba
Gejala Klinis
Rinoskopi anterior

Allergic salute

Allergic crease

Allergic Shiner
3. Skin Test / test alergi
-Skin prick test / prick puncture test
- Intradermal test

4. Pemeriksaan Ig E
- Ig E total dalam darah : lebih dari 100 150 ku/l
- Ig E spesifik
a. Radioallergosorbent test (RAST) sangat akurat
b. Leukocyte histamine release test

5. Pemeriksaan sitologi sekret hidung


Rhinitis alergi : gambaran eosinofilia

6. Pemeriksaan penunjang lain


-nasoendoskopi, sinuskopi, x foto hidung
-Immunoassay : pemeriksaan pelepasan mediator selama reaksi alergi dengan mengukur
mediator / enzym yang dilepaskan dalam darah, sekret hidung dan urin.
Diagram of DIAGNOSTIC PROCEDURES
patients with AR symptoms
( history of illness + physical exam.)

skin prick test

(+) (-)

eosinophil on
AR with AR without nasal cytology
complications / complication
concomitant dis
(+) (-)

allergic NARES non allergic


Rhinitis? rhinitis
Diagnosa Banding
1. Rhinitis Infeksi : oleh karena virus, common cold. 7 14 hari dan disertai
demam. qx seperti R.A

2 . Perennial Non Allergic Rhinitis.


- 25 % tes alerginya negatif
- Beberapa orang juga menderita asma dan sinusitis kronik

3. Non Alergic Rhinitis with Eosinophilia Syndrome (NARES)


-Jenis khusus dari rhinitis non alergi
- Gejala sama dengan Rhinitis Alergic
- Hapusan hidung eosinofil sama dengan Rhinitis Alergic
- Tes alergi negatif
- Penyebab belum diketahui
4. Rhinitis vasomotor = Rhinitis Idiopatik

Berbagai faktor pencetus non spesifik menyebabkan timbulnya qx hidung tersumbat / berair.
mungkin disebabkan oleh respon individu terhadap perubahan kondisi lingkungan (kelembaban /
suhu0
Iritan hirupan seperti bau yang keras, asap rokok, polusi udara, parfum,
makanan pedas atau insektisida
Anamnese yang lengkap untuk membedakan dengan Rhinitis Alergic

5. Rhinitis karena pekerjaan

-OK respon terhadap setiap bahan yang terdapat dilingkungan pekerjaan


- partikel dari binatang di lab (peternakan, gandum, debu kayu dan bahan-bahan kimia lain).

6. Rhinitis karena Obat

-Aspirin, NSAID, reserpin, metyldupa, betabloker, ACE Inhibitor, antagonis adrenoreseptor alfa,
chlorpromazin, kontrasepsi oral, cocain.
- Rhinitis medikamentosa digunakan untuk efek rebound remakaian vasokonstriktor yang lama.
Komplikasi
polip hidung : 3 x lebih sering Rhinitis dan asma, menyebabkan rekurensi
polip nasal setelah diambil.

otitis media: terutama pada anak obstruksi tuba


sinusitis paranasal :
Proses inflamasi dan oedem mukosa nasal obstruksi ostium sinus
paranasal Gangguan drainase cairan sinus

Asma :
RA dan asma sering terjadi bersamaan
Individu yang menderita alergi lebih mudah terkena asma
RA memperberat gejala asma

32
Ada 4 teori RA--Asma:
1.Inflamasi dan iritasi ringan hidung menyebabkan reaksi reflex dalam paru, mungkin
melalui jalar saraf

2.Udara yang relatif dingin dan kering dapat merangsang gejala asma saat penderita
RA bernafas melalui mulut karena hidung tersumbat.

3.Drainase sekret dari hidung yang disebabkan RA mengiritasi jalan nafas di paru.

4.Sel-sel mediator pencetus inflamasi beredar dalam PD dan menyebabkan inflamasi


dalam paru.

5. Infeksi saluran pernafasan atas


- Inflamasi di tumpangi bakteri dengan infeksi sekunder
ARIA Guidelines: Classification of Allergic
Rhinitis
Intermittent Persistent
<4 days per week 4 days per week
Or <4 weeks And >4 weeks

Mild Moderate-Severe
Normal sleep and 1 or more items
No impairment of daily Abnormal sleep
activities, sport, leisure Impairment of daily
Normal work and activities, sport, leisure
school Abnormal work and
No troublesome school
symptoms Troublesome symptoms
A R and other diseases

OME

U R T infection
Allergic
Rhinitis Nasal
polyp
Bronkhial
Sinusitis
asthma
ALLERGEN AVOIDANCE
Terapi ideal : hindari kontak dengan alergen dan
eliminasi edukasi
Pencegahan primer mencegah tahap sensitisasi
Pencegahan sekunder mencegah gejala timbul,
dgn cara menghindari alergen dan terapi
medikamentosa (Studi ETAC )
Pencegahan tersier mencegah komplikasi atau
berlanjutnya penyakit
TERAPI MEDIKAMENTOSA
Obat teratur, tdk saat dibutuhkan, mengontrol
inflamasi ( MPI/Minimal Persistant
Inflammation ), me(-) komplikasi
Pemberian : individual berdsrkan klasifikasi
rinitis alergi (intermiten, persisten, ringan,
sdg/berat )
Daftar Pustaka
Fisher, F. and C. B. Norma, 9 th Eds. (2014). Fundamentals of Diagnostic
Mycology. USA : p 285-97
Jawetz, M., 7 th Ed. (2014). Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta, EGC : p 279-
99
Koneman, E., SDAllen, et al., 15 th Ed. (2013). Mycology. In Color Atlas and
Textbook of Diagnostic Microbiology, . Philadelphia, Lippincot : p 35-187
Murray, P. and E. Baron, 5 thEd. (2015). Manual of Clinical Microbiology.
USA, Mosby : p 534-67
Roberts G : (eds) : Bailey and Scotts Diagnostic Microbiology, t. e., 10 thEd.
(2012). Laboratory methods in basic mycology. In Baron EJ, Lance RP,
Finegold SM St.Louis, CV Mosby : p 57-135
Sawada, Y., M. Nakamura, et al. (2012). "Defective epidermal innate
immunity and resultant superficial dermatophytosis in adult " Clin. Cancer
Res 18(14): 3772-3779.
TERIMA KASIH

DAN

SELAMAT BELAJAR

Anda mungkin juga menyukai