PENATALAKSANAAN
Gejala
Stadium prodromal yang berlangsung beberapa jam :
- Rasa panas, kering dan gatal didalam hidung
- Bersin berulang-ulang,
- Hidung tersumbat dan ingus encer,
- Biasanya disertai dengan demam dan nyeri kepala.
infeksi sekunder oleh bakteri, sehingga sekret menjadi kental dan
sumbatan di hidung bertambah.
Tidak terdapat komplikasi, gejala kemudian akan berkurang dan
penderita akan sembuh sesudah 5 10 hari
Komplikasi : sinusitis, otitis, media, faringtis, bronkitis dan pneumonia.
Terapi
Istirahat diberikan obat-obatan simtomatis, seperti analgetik, antipretik
dan obat dekongestan.
Antibiotik hanya diberikan bila terdapat komplikasi.
RINITIS KRONIS
Rinitis hipertrofi,rinitis sika (sicca) dan rintis spesifik
Rinitis alergi, rinitis vasomotor dan rinitis medikamentosa dimasukkan
juga dalam rinitis kronis.
Rinitis Hipertrofi
Akibat infeksi berulang dalam hidung dan sinus, atau sebagai lanjutan
dari rinitis alergi dan vasomotor.
Gejala
Sumbatan hidung. Sekret biasanya banyak, mukopurulen dan sering
ada keluhan nyeri kepala.
Tanda
Konka inferior yang hipertrofi,
Permukaannya berbenjol-benjol ditutupi oleh mukosa yang juga
hipertrofi. Akibatnya saluran udara sangat sempit.
Terapi
Harus dicari faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya rinitis hipertrofi
dan kemudian memberikan pengobatan yang sesuai.
Kauterisasi konka dengan zat kimia (nitras argenti atau asam triklor
asetat) atau elektrokauter konkotomi
Rinitis Sika
Mukosa yang kering, terutama pada bagian depan septum dan ujung
depan konka inferior.
Orang tua dan pada orang yang bekerja di lingkugan yang berdebu,
panas dan kering.
Penderita anemia, pemium alkohol dan gizi buruk.
Pengobatan tergantung pada penyebabnya.
Pengobatan lokal, berupa obat cuci hidung
Rinitis Spesifik
Rinitis difteri,
Rinitis atrofi,
Rinitis sifilis,
Rinitis tuberkulosis,
Rinitis karena jamur
Rinitis Alergi Musiman
Timbulnya periodik
Berat ringannya segala penyakit bervariasi dari tahun ke tahun, tergantung
pada banyaknya anergen di udara.
Faktor herediter pada penyakit ini sangat berperan.
Rinokonjungtivitis, karena itu gejala klinik yang tampak ialah gejala hidung
dan gejala mata, yaitu mata merah, gatal disertai lakrimasi
hidung gatal disertai dengan bersin yang paroksimal,
sumbatan hidung, rinore yang cair dan banyak.
Gejala Klinik
Hidung tersumbat, bergantian kiri dan kanan, tergantung pada posisi
pasien
Rinore yang mukus atau serus
RINITIS ALERGI
Rinitis alergi biasanya mulai timbul o Tes kulit dan tes RAST hampir selalu
pada masa kanak-kanak positip.
Gejala : o Eosinofil seringkali dijumpai dalam sekret.
o Obstruksi hidung, o CT scan SPN : gambaran edema ringan
sampai sedang tidak disertai adanya
o sering bersin, cairan.
o gatal hidung yang seringkali disertai
dengan adanya "alergic salute". Terapi :
o Rinore biasanya deras. Ingus
belakang hidung sering dijumpai Menghindari pemaparan alergen
yang kadang-kadang disertai Antihistamin dan dekongestan.
anosmia. Kortikosteroid dan natrium kromolin.
Pemeriksaan fisik : Imunoterapi pengobatan lain gagal.
Oedema konka inferior yang khas Pengobatan yang relatif baru
berwama kebiru-biruan. beklometason steroid topikal baru,
sedikit diabsorpsi.
Sekret cair seperti air.
Klasifikasi Rinitis alergi berdasarkan
rekomendasi
WHO Initiative ARIA 2007
18
FAKTOR RISIKO
Genetik & riwayat keluarga atopi
Sensitisasi pd masa kehidupan dini
Paparan alergen tinggi
Perubahan gaya hidup, pe sos.ek ( gaya hidup barat )
Efek jangka panjang polusi udara : ozon, NO, gas buang
kendaraan
Faktor infeksi pd masa neonatus ( keseimbangan Th1 dan
Th2, hygiene hypothesis )
Allergens
PATOFISIOLOGI
IgE
allergen
B cell
IL4
Chronic ongoing rhinitis
Nasal blockade
Th2 cell eosinophils Loss of smell
IL 3, 5, GMCSF Nasal hyperreactivity
HISTAMIN
Merangsang :
1. reseptor H1 pd saraf vidianus & serabut halus C
tak bermielin bersin & gatal
2. Sel goblet , kelenjar, peningkatan
permeabilitaskapiler kapiler hipersekresi ( rinore )
3. vasodilatasi hidung tersumbat ( RAFC )
H1-R
Nociceptive Nerves Vascular wall
CNS Endothelium
(Vascular Permeability)
Itch.
Systemic Reflexes
Sneeze Vasodilatation
Allergic Salute
1. Anamnesis :
- Trias Alergi : sumbatan, rhinorrhea, gatal, bersin.
- Fx yang mempengaruhi
- Tx yang telah dijalani dan bagaimana efeknya.
- Riwayat keluarga 2. Pemeriksaan fisik :
Allergic salute
Allergic crease
Allergic Shiner
3. Skin Test / test alergi
-Skin prick test / prick puncture test
- Intradermal test
4. Pemeriksaan Ig E
- Ig E total dalam darah : lebih dari 100 150 ku/l
- Ig E spesifik
a. Radioallergosorbent test (RAST) sangat akurat
b. Leukocyte histamine release test
(+) (-)
eosinophil on
AR with AR without nasal cytology
complications / complication
concomitant dis
(+) (-)
Berbagai faktor pencetus non spesifik menyebabkan timbulnya qx hidung tersumbat / berair.
mungkin disebabkan oleh respon individu terhadap perubahan kondisi lingkungan (kelembaban /
suhu0
Iritan hirupan seperti bau yang keras, asap rokok, polusi udara, parfum,
makanan pedas atau insektisida
Anamnese yang lengkap untuk membedakan dengan Rhinitis Alergic
-Aspirin, NSAID, reserpin, metyldupa, betabloker, ACE Inhibitor, antagonis adrenoreseptor alfa,
chlorpromazin, kontrasepsi oral, cocain.
- Rhinitis medikamentosa digunakan untuk efek rebound remakaian vasokonstriktor yang lama.
Komplikasi
polip hidung : 3 x lebih sering Rhinitis dan asma, menyebabkan rekurensi
polip nasal setelah diambil.
Asma :
RA dan asma sering terjadi bersamaan
Individu yang menderita alergi lebih mudah terkena asma
RA memperberat gejala asma
32
Ada 4 teori RA--Asma:
1.Inflamasi dan iritasi ringan hidung menyebabkan reaksi reflex dalam paru, mungkin
melalui jalar saraf
2.Udara yang relatif dingin dan kering dapat merangsang gejala asma saat penderita
RA bernafas melalui mulut karena hidung tersumbat.
3.Drainase sekret dari hidung yang disebabkan RA mengiritasi jalan nafas di paru.
Mild Moderate-Severe
Normal sleep and 1 or more items
No impairment of daily Abnormal sleep
activities, sport, leisure Impairment of daily
Normal work and activities, sport, leisure
school Abnormal work and
No troublesome school
symptoms Troublesome symptoms
A R and other diseases
OME
U R T infection
Allergic
Rhinitis Nasal
polyp
Bronkhial
Sinusitis
asthma
ALLERGEN AVOIDANCE
Terapi ideal : hindari kontak dengan alergen dan
eliminasi edukasi
Pencegahan primer mencegah tahap sensitisasi
Pencegahan sekunder mencegah gejala timbul,
dgn cara menghindari alergen dan terapi
medikamentosa (Studi ETAC )
Pencegahan tersier mencegah komplikasi atau
berlanjutnya penyakit
TERAPI MEDIKAMENTOSA
Obat teratur, tdk saat dibutuhkan, mengontrol
inflamasi ( MPI/Minimal Persistant
Inflammation ), me(-) komplikasi
Pemberian : individual berdsrkan klasifikasi
rinitis alergi (intermiten, persisten, ringan,
sdg/berat )
Daftar Pustaka
Fisher, F. and C. B. Norma, 9 th Eds. (2014). Fundamentals of Diagnostic
Mycology. USA : p 285-97
Jawetz, M., 7 th Ed. (2014). Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta, EGC : p 279-
99
Koneman, E., SDAllen, et al., 15 th Ed. (2013). Mycology. In Color Atlas and
Textbook of Diagnostic Microbiology, . Philadelphia, Lippincot : p 35-187
Murray, P. and E. Baron, 5 thEd. (2015). Manual of Clinical Microbiology.
USA, Mosby : p 534-67
Roberts G : (eds) : Bailey and Scotts Diagnostic Microbiology, t. e., 10 thEd.
(2012). Laboratory methods in basic mycology. In Baron EJ, Lance RP,
Finegold SM St.Louis, CV Mosby : p 57-135
Sawada, Y., M. Nakamura, et al. (2012). "Defective epidermal innate
immunity and resultant superficial dermatophytosis in adult " Clin. Cancer
Res 18(14): 3772-3779.
TERIMA KASIH
DAN
SELAMAT BELAJAR