Anda di halaman 1dari 38

RINORE

BAGIAN IP.THT–KL
FK-UKI
Definisi
Rhinorrhea / rhinorrhoea / rinore atau pilek suatu
kondisi dimana rongga hidung terisi banyak lender.
Anatomi rongga hidung
 Dibagi dua oleh septum nasi.
 Bagian depan: vestibulum nasi, dihub dg rongga hidung
oleh nostril.
 Rigio hidung: vestibulum, regio pernafasan, regio
olfaktori.
 Vestibulum: epitel skuamosa
 Regio pernafasan: epitel pseudokomplek bersilia bersel
goblet.
 Mukosa hidung ditutupi :palut lendir (mukous banket).
Regio
Olfaktori
Konka Superior
Regio
Konka Media
Pernafasan
Konka Inferior
Vestibulum
Nasi

Nostril
Fisiologis
 Palut lender (mucous blanket) lembaran tipis,
lengket dan liat disekresikan sel-sel goblet,
kelenjar seromukosa dan kelenjar air mata.
 Mucus : 95% air, 2% mucin, 1% protein (albumin,
immunoglobulin, lisozim, dan laktoferin) serta
1% lipid.
 Fungsinya: (1).pelindung mukosa cara fisik dan
enzimatik, (2).menyangga air, (3). aktifitas
permukaan berpotensial listrik,(4). penghantar
panas yang eficien,(5). adhesi dan transport
material dan dibuang ke nasofaring.
Patofisiologi
 Lendir diproduksi lebih cepat shg lebih banyak atau
cairan bertambah karena berasal dari tempat lain (cairan
otak, kelenjar lakrimalis) .
 Konsistensi dpt mencurigai kelaian: encer : rinitis alergi,
kental :rinitis vasomotor, kental kehijauan: infeksi,
seromukous kemerahan dan berbau dapat krn keganasan
atau benda asing.
 Keadaan bertambahnya sekresi : alergi, infeksi, suhu
dingin, iritasi bahan kimia, makanan, benda asing, obat,
neoplasma, hormon, trauma kepala, keadaan psikologis
dan kelainan kongenital (tardive ciliary primer).
Penyakit dengan gejala rinore

RINITIS
A. Rinitis Akut (virus, bakteri)
 infeksi akut gejala: rinore, bersin-bersin, hidung buntu ,
demam, kelemahan umum, dan sakit kepala.
 Rinore krn mencegah infeksi menyebar ke paru-paru,
saluran pernapasan lain spt infeksi virus (commond
cold/influenza) dan infeksi karena bakteri.
 Infeksi virus penyebab rinore hampir 200 jenis virus
berbeda dengan tipe RNA atau DNA.
 2 stadium: stadium pertama (3-5 hari) sekret hidung
mula-mula encer dan banyak kmdn mukoid dan lengket.
 Stadium invasi rinore purulen, demam, sakit tenggorok
(krn infeksi bakteri) (dua minggu).
 Komplikasi: pneumonia, laryngitis, otitis media akut atau
sinusitis akut.
B. Rinitis Kronis
1. Rinitis Alergi (RA).
 Penyakit inflamasi mukosa hidung krn alergi.
 Gejala: rinore encer, gatal hidung, bersin2 yg sering,
hidung buntu.
 Sekresi: krn sekresi kelenjar, peningkatan
permiabilitas kapiler.
 Krn mediator kimia (histamin).
 Pembagian: persisten dan intermiten(menggantikan
RA musiman/seasonal dan RA sepanjang
tahun/perenial).
 Derajat keparahan: ringan dan sedang- berat.
Pembagian:
 Intermiten : Kurang dari 4 hari dalam 1 minggu. Atau
lama sakit kurang dari 4 minggu.
 Persisten : Lebih dari 4 hari dalam 1 minggu, dan atau
sakit lebih dari 4 minggu
 Ringan : tidak ada gangguan; tidur, aktivitas sehari-hari,
malas, atau berolah raga, pekerjaan dan sekolah, dan
dirasakan tdk mengganggu.
 Sedang-berat : ada satu atau lebih seperti Ganguan
tidur, Gangguan aktivitas sehari-hari spt berolah raga,
pekerjaan dan sekolah, dirasakan sangat mengganggu
Gejala klinis:
• bersin berulang frekuen > 5 kali
• rinore yang encer dan banyak.
• hidung tersumbat,
• hidung dan mata gatal kadang disertai dengan lakrimasi.
• Pemeriksaan fisik : allergic shiner (gambaran gelap
dibawah mata), gosok-gosok hidung (allergic salute),
allergic crease garis melintang diatas dosumnasi.
allergic Crease allergic shiner

Allergic salute
Diagnosis
 Anamnesis : gejala hidung gatal, bersin-bersin, rinore,
dan hidung buntu.
 Riwayat alergi dalam keluarga seperti asma, alergi
makanan, obat.
 rinoskopi anterior mukosa edema, basah, berwarna
pucat atau livid , sekret encer banyak.
 allergic shiner, allergic salute dan allergic crease.
 Pemeriksaan penunjang Skin Prick Test (SPT) , eosinofil
hidung positif.
RINOSKOPI ANTERIOR

RINOSKOPI POSTERIOR
Allergy skin prick testing

Skin prick test :


positive result

wheal > 3mm diameter


2. Rinitis Vasomotor
 Termasuk golongan rinitis non-allergic.
 Gangguan vasomotor krn bertambahnya aktifitas
parasimpatis .
 Etiologi belum diketahui.
 Vasomotor catarrh, vasomotor rinorhea, nasal
vasomotor instability atau non spesific allergic rhinitis.
 Saraf otonom berasal dari nervus vidianus : serat saraf
simpatis dan parasimpatis.
 Saraf parasimpatis :dilatasi pembuluh darah konka ,
permiabilitas pembuluh kapiler dan sekresi kelenjar
 Simpatis sebaliknya.
 Keseimbangan vasomotor dipengaruhi faktor ; emosi,
posisi tubuh, kelembaban udara, perubahan suhu luar,
latihan jasmani .
 Obat-obatan menekan kerja saraf simpatis: ergotamin,
klorpromazin, anti-hipertensi, dan obat vasokonstriktor
topikal (Rinitis Medikamentosa).
 Faktor fisik: iritasi asap rokok, udara dingin, kelembaban
udara yang tinggi, bau yang merangsang seperti
makanan pedas dan panas (Rinitis Gustatori).
 Faktor endokrin: kehamilan, purbertas, kontrasepsi oral,
dan hipotiroid.
 Psikis : rasa cemas dan tegang.
Gejala klinik:
 hidung tersumbat bergantian kiri dan kanan, tergantung
posisi pasien .
 rinore mukus atau serus , jarang disertai bersin dan tidak
disertai rasa gatal pada mata.
 Gejala memburuk pagi hari waktu bangun tidur oleh
karena adanya perubahan suhu yang ekstrim, udara
lembab, serta asap rokok.
 Berdasarkan gejala yang menonjol kelainan ini di bagi
menjadi 2 golongan yaitu tipe obstrusi (blockers) dan
golongan rinore (sneezers).
Diagnosis:
 Anamnesis dicari faktor-faktor mempengaruhi
keseimbangan vasomotor, dan disinkirkan rinitis alergi.
 Rinoskopi anterior tampak gambaran klasik berupa udem
mukosa hidung, konka berwarna merah gelap atau
merah tua (karakteristik), tapi dapat pula pucat .
 Permukaan konka licin atau berbenjol (tidak rata).
 Sekret mukoid biasanya sedikit. Pada golongan rinore
dijumpai sekret yang encer dan banyak.
 Untuk membedakan antara rinitis alergi dengan rinitis
non alergi dapat dilakukan pemeriksaan Skin Prick test
(SPT).
DIAGRAM of DIAGNOSTIC PROCEDURES (1)

patients with AR symptoms


( History of illness + Physical exam.)

Skin Prick Test

(+) (-)

Eosinophil on
Nasal Cytology
AR
(+) (-)

Allergic NARES Non allergic


Rhinitis ? rhinitis
Pembagian Rinitis Non Allergi
Diketahui penyebabnya Tidak diketahui penyebabnya
1. Infeksi: Virus, bakteri 1. Rinitis Vasomotor
2. Kelainan metabolisme: 2. Non-Alergik Rinitis
kehamilan, hipotiroid Eosinofilik Sindrom (NARES)
3. Penyakit granulomatosis: 3. Rinitis Atropik (ozaena).
Sarcoidosis, Wagener
4. Vasculitis/autoimun: lupus,
syogren
5. Drug Induce: antihipertensi,
reserpin, metildopa,
betabloker, guanitidin
3. Rinitis Hipertropi.
 Timbul akibat infeksi berulang , atau lanjutan
rinitis alergi atau rinitis vasomotor.
 Gejala klinis: sumbatan pada hidung, rinore
mukopurulen dan banyak dan sakit kepala.
 Pemeriksaan fisis: konka yang hipertropi
terutama konka inferior. Konka berbenjol-benjol
ditutupi mukosa yang hipertropi. Saluran udara
sempit. Sekret mukopurulen.
4. Rinitis difteri
 disebabkan oleh Corinebactrium diphteriae. Dapat
primer pada hidung atau sekunder dari tenggorok. Dapat
akut atau kronik.
 Gejala klinis: akut; demam, toksemia, limadenitis
mungkin juga ada paralisis.
 Pada rinoskopi anterior: ingus bercampur darah,
pseudomembran putih yang mudah berdarah, krusta
coklat
 Diagnosis pasti pemeriksaan kuman sekret hidung
5. Rinitis Atropi (ozaena)
 infeksi kronik , atropi progresif mukosa , tulang
konka.
 sekret kental mengering terbentuk krusta berbau
busuk.
 infeksi kuman spesies Klebsiella (Klebsiella
ozaena )
 Gejala: Nafas berbau, ingus kental, krusta hijau,
gangguan penciuman, hidung tersumbat dan
sakit kepala.
 Pada pemeriksaan klinis: rongga hidung sangat
lapang, konka inferior dan media hipotropi atau
atropi, sekret purulen dan krusta berwarna hijau.
 Pemeriksaan penunjang: transiluminasi, foto
rongen sinus para nasalis, kultur & uji resistensi
kuman, darah tepi, Fe serum, dan histopatologis
6. Rinitis Sifilis
 Penyebab Treponema pallidum.
 Gejala primer,skunder serupa rinitis akut, hanya
terlihat bercak pada mukosa.
 Tertier ditemukan gumma atau ulkus pada septum
timbul perporasi septum.
 Pemeriksaan fisis: sekret mukopurulen, krusta
berbau, sudah terjadi perporasi septum dan hidung
pelana (saddle nose).
 Diagnosis pasti pemeriksaan mikrobiologi dan biopsi.
7. Rinitis tuberkulosis
 Berbentuk noduler atau ulkus, mengenai tulang
rawan septum, dapat perporasi.
 Pemeriksaan klinis: sekret mukopurulen dan
krusta, keluhan hidung tersumbat.
 Diagnosis pasti ditemukannya basil tahan asam
(BTA) pada sekret hidung.
8. Rinitis karena jamur.
 infeksi jamur seperti Aspergilosis, Blastomikosis,
dan kandidiasis.
 mengenai tulang rawan septum, menimbulkan
perporasi septum atau hidung pelana (saddle
nose).
 Pada pemeriksaan klinis: sekret mukopurulen
berbau , pseudomembran, terlihat ulkus atau
perporasi pada septum nasi.
RINOSINUSITIS
 Peradangan mukosa sinus paranasal.
 Terdiri dari sinusitis maksila, sinusitis etmoid,
sinusitis frontal, dan sinusitis sfenoid.
 Mengenai beberapa sinus disebut multisinusitis.
 Mengenai semua sinus disebut pansinusitis.
 Tersering sinusitis maksila dan sinusitis etmoid.
 Jarang sinusitis frontal dan sinusitis spenoId.
Gambar Sinus Paranasal
Gambar Patofisiologi Sinusitis.
Faktor Predisposisi :
 Rinitis alergi.
 Rinitis kronis yang lain.
 Septum deviasi.
 Konka media hipertropi,
 Polip.
 Tumor pada hidung.
 Benda asing.
Klasifikasi Rinosinusitis
 Rinosinusitis akut bila gejalanya berlangsung
beberapa hari hingga 4 minggu.
 Rinosinusitis sub-akut bila gejalanya berlangsung
4 minggu hingga 3 bulan.
 Rinosinusitis kronik berlangsung > 3 bulan.
Gejala klinik:
 Ingus kental kadang berbau
 Teras lendir mengalir di tenggorok (post nasal
drip)
 Hidung tersumbat
 Rasa nyeri didaerah sinus yang terkena kadang
dirasakan di tempat lain karena nyeri alih
(referred pain).
 Sinusitis Maksila nyeri dibawah kelopak mata,
alveolus dan gigi. nyeri alih dirasakan pada
didahi dan didepan telinga.
 Sinusitis etmoid nyeri pada kantus media ,
pangkal hidung, belakang rongga mata, nyeri alih
dirasakan pada pelipis (parietal).
 Sinusitis prontal nyeri daerah dahi atau dirasakan
pada seluruh kepala.
 Sinusitis spenoid nyeridaerah verteks, oksipital,
belakang bola mata, dan daerah mastoid.
Pemeriksaan klinis sinusitis akut
 sinus maksila: pembengkakan pada muka, pipi
dan bawah orbita.
 Sinus frontal: pembengkakan di dahi, dan
kelopak mata atas.
 sinus etmoid jarang mengalami pembengkakan
kecuali ada komplikasi.
 Rinoskopi anterior mukosa hiperemis , edema,
sekret mukopurulen pada meatus medius
(maksila, etmoid dan frontal) atau di meatus
superior (etmoid posterior, spenoid),
 Rinoskopi posterior : post nasal drip.
 Gejala klinik sinusitis sub-akut dan kronik sama
akan tetapi tidak seberat sinusitis akut
Diagnosis :
 Anamnesis yang cermat.
 Pemeriksaan rinoskopi anterior dan posterior .
 Transiluminasi untuk sinus maksila dan frontal,
 Radiologis (X-foto sinus para nasal, CT-scan sinus
para nasal).
 Nasoendoskopi.
KESIMPULAN
Rinore
 Suatu gejala dan juga suatu tanda.
 Disebabkan kelainan lokal ataupun sistemik.
 Dapat menjadi keluhan utama ataupun keluhan
tambahan .
 Gambaran rinore dapat menjadi ciri dari suatu
penyakit
 Diagnosis ditegakan berdasarkan anamnesis
yang cermat, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang.

Anda mungkin juga menyukai