Anda di halaman 1dari 36

SKENARIO

Seorang perempuan berusia 50 tahun datang ke RSGM mengeluh


adanya bercak putih pada langit-langit, terasa perih, sejak sekitar 1
minggu yang lalu. Pemeriksaan intra oral: plak putih pada palatum,
dapat diseka dengan tekanan ringan dan meninggalkan daerah eritema.
Pasien mengaku menderita Diabetes sejak 5 tahun yang lalu.
Pemeriksaan gula darah puasa 2 minggu yang lalu 220 mg/dL.
Overview Case
SKENARIO KETERANGAN
Seorang perempuan berusia 50 tahun Insidensi
datang ke RSGM mengeluh adanya bercak putih pada DD:
langit-langit, terasa perih Candidiasis oral
Leukoplakia
sejak sekitar 1 minggu yang lalu. Perjalanan penyakit akut
Pemeriksaan intra oral: Tanda dan gejala Candidiasis oral
Plak putih pada palatum, dapat diseka dengan Menyingkirkan DD Lukoplakia
tekanan ringan dan meninggalkan daerah eritema.
Pasien mengaku menderita Diabetes sejak 5 tahun (Faktor risiko) Faktor presipitasi: Menurunnya sistem
yang lalu. imun tubuh
Pemeriksaan gula darah puasa 2 minggu yang lalu 220 Gula darah puasa tinggi (N: < 126 mg/dl)
mg/dL.
DK: Candidiasis Oral
ILMU KEDOKTERAN DASAR
• Regio ORIS terdiri atas:
• Cavum oris
• Dentis (gigi)
• Gingivae (gusi)
• Glossus/ lingua(lidah)
• Palatum
• Tonsila palatina
PALATUM
• ANATOMI

• Membentuk atap mulut


• Terdiri atas:
• Palatum durum, sisi anterior
• Palatum molle, sisi posterior
Palatum Durum

Dibentuk oleh proc. Palatina os


maxillaris dan pars horizontalis os
palatinus.
Terdapat 3 foramen :
Foramen incicivus; palatina
mayor; palatina minor.
Terdapat kelejar “ glandula palatinus”
Palatum Molle
• 1/3 posterior palatum
• Uvula bagian palatum molle yang
menonjol ke arah posteroinferior
• Terdiri atas otot-otot:
• M. palatopharingeus
• M. palatoglossus
• M. uvulae
• M. levator velli palatini
• M. tensor velli palatini
Vaskularisasi Palatum

• Suplai arterial palatum termasuk arteria palatina major cabang arteri


maxillaris, arteria palatina ascendens cabang arteria facialis, dan
ramus palatinus arteria pharyngea ascendens.
• pembuluh vena dari palatum secara umum mengikuti arterianya dan
akhirnya bermuara ke dalam plexus pterygoideus di dalam fossa
infratemporalis atau ke dalam jejaring venae yang berkaitan dengan
tonsilla palatina, yang mengalir ke dalam plexus venosus pharyngeus
atau langsung menuju vena facialis.
Inervasi Aliran Limfe
• Inervasi: • Pembuluh-pembuluh lymphatici
• N. nasopalatinus dari palatum mengalir ke dalam
• N. platinus mayor nodi lymphatici cervicales
• N. palatinus minor
HISTOLOGI

PALATUM DURUM ET PALATUM MOLLE


• Membrana mucosa
• Epitel:
• Epitel gepeng berlapis tanpa keratinisasi
• Lamina propria:
• Jaringan pengikat yang mengandung kelenjar

• Kelenjar:
• Glandula palatina :
• Seromucosa
Palatum durum
 Bagian depan
 Lempeng tulang
 Lamina propria menyatu dengan periosteum
Palatum molle
 Bagian belakang:
Tepi bebas OTOT

 Otot seran lintang


 Uvula:
Di tengah

UVULA
LIDAH
= Indra pengecap
LIDAH:
• Apex lingua
• Dorsum lingua 2/3 anterior:
• Sulcus terminalis
• Foramen caecum
• Papilla lingualis  organum
gustatorium:
• Papilla valata (1)
• Papilla foliata (2) Taste bud
• Papilla fungiformis (3)
• Papilla filiformis (4) Mekanoreceptor
(touch)
• Radix lingua1/3 posterior:
• Tonsila lingualis
• Tidak terdapat pipilla lingualis
Inervasi lidah
OTOT LIDAH:

• Ekstrinsik:
• M. genioglossus
• M. hyoglossus
• M. styloglossus
• M. palatoglossus
Intrinsik:
M. longitudinalis superior
M. longitudinalis inferior
M. transversus
M. verticalis
Vaskularisasi Lidah
Aliran Limfe
Penyaluran limfe melalui lingua terjadi
melalui 4 jalur:
• Limfe dari bagian 1/3 posterior lingua
disalurkan ke cervicalis profundal
superior dikedua sisi
• Limfe dari bagian medial 2/3 anterior
lingua disalurkan langsung ke
cervicalis profundal inferior
• Limfe dari bagian lateral 2/3 anterior
lingua disalurakan ke submandibularis
• Limfe dari ujung lingua disalurkan ke
submentalis
HISTOLOGI
 Papilla filiformis
 TONJOLAN SEBAGAI BENANG, PANJANG 2 - 3 mm
 Memenuhi sebagian besar permukaan depan
 Ujung-ujung tonjolan epitel berkeratin
 Papilla fungiformis
 Warna merah: banyak anyaman pembuluh darah
 Berada di antara pap. Filiformis
 Jumlah kurang daripada pap. Filiformis
 Tonjolan berbentuk jamur, mengecil di bawah, permukan
licin
 Lam. Propria membentuk tonjolan sekunder
 Papilla foliata
 Lipatan-lipatan pada tepi samping lidah
 Pada manusia: rudimenter TONSILLA LINGUALIS

 Banyak pada hewan mengerat


MIKROBIOLOGI

Candida albicans
Klasifikasi dari Candida albicans adalah
sebagai berikut :
• Kingdom : Fungi
• Phylum : Ascomycota
• Subphylum : Saccharomycotina
• Class : Saccharomycetes
• Ordo : Saccharomycetales
• Family : Saccharomycetaceae
• Genus : Candida
• Spesies : Candida albicans
• Candida albicans merupakan flora normal pada beberapa area tubuh manusia
serta memiliki sifat opportunis sehingga apabila kondisi mendukung akan dapat
berubah menjadi patogen. Merupakan jamur dimorfik karena kemampuannya
untuk tumbuh dalam 2 bentuk yang berbeda yaitu sebagai sel tunas yang akan
berkembang menjadi blastospora dan menghasilkan kecambah yang akan
membentuk hifa semu. Candida albicans dapat tumbuh pada variasi pH yang luas,
tetapi pertumbuhannya akan lebih baik pada pH antara 4,5 – 6,5. Jamur Candida
albicans dapat tumbuh dalam perbenihan pada suhu 280 C – 370 C.
• Candida albicans memperbanyak diri dengan membentuk tunas yang akan terus
memanjang membentuk hifa semu. Hifa semu terbentuk dengan banyak
kelompok blastospora berbentuk bulat atau lonjong di sekitar septum.
• Spesies Candida albicans memiliki 2 jenis morfologi, yaitu bentuk seperti khamir
dan bentuk hifa. Jamur ini memiliki kemampuan untuk menempel pada sel inang
dan melakukan kolonisasi.
Patogenesis dan Patofisiologi

Candida albicans yang merupakan flora normal dirongga mulut,


traktus gastrointestinal dan vagina dapat bertahan hidup karena
beberapa factor, diantaranya kemampua untuk menempel pada sel
mukosa dan berkompetisi lainnya. Factor-faktor yang mengganggu
keseimbangan tersebut akan meningkatkan pertumbuhan jamur atau
meningkatkan kemampuan invasi bakteri, misalnya penggunan
antibiotic yg mengeliminasi flora komensal lain di rongga mulut dab
usus, sehingga mengakibatkan invasi candida. Depresi limfosit sel T
atau neutrophil menyebabkan organisme tumbuh dan menyerang
inhibisi mekanisme control normal. Pengecualian terhadap kandidiasis
vagina, dimana kebanyakan wanita dengan infeksi yang umum ini tidak
mempunyai factor predisposisi yang dapat dideteksi.
Komplikasi

• Endoftalmitis, yaitu peradangan parah pada jaringan bagian dalam mata,


peradangan biasanya disebabkan oleh infeksi bakteri atau jamur.
• Endocarditis, yaitu infeksi pada bagian dalam jantung manusia (endocardium)
• Meningitis, yaitu penyakit yang disebabkan oleh peradangan pada selaput
pelindung yang menutupi otak dan tulang belakang.
• Arthritis septik, yaitu infeksi di dalam sendi dan menyebabkan bengkak dan nyeri
• Sepsis, yaitu komplikasi yang jarang terjadi tapi dapat sangat berbahaya apabila
sudah terjadi karena bisa merusak berbagai sistem organ
• Gagal napas sampai kematian, hal ini dapat terjadi apabila plak sudah menebal
sehingga pengeluaran CO2 terhambat lalu menyebabkan kerusakan organ tubuh.
Penatalaksanaan

Manajemen terapi yang dilakukan pada kandidiasis oral adalah


dengan pengobatan secara topikal. Setelah dilakukan pengobatan
topikal maka dilanjutkan pengobatan selama dua minggu setelah
terjadinya resolusi pada lesi. Ketika terapi topikal mengalami kegagalan
maka dilanjutkannya terapi sistemik karena gagalnya respon obat
adalah merupakan pertanda adanya penyakit sistemik yang mendasari.
Follow up setelah 3 sampai 7 hari pengobatan untuk mengecek efek
dari obat-obatan.
Adapun tujuan utama dari pengobatan adalah:
A. Untuk mengidentifikasi dan mengeliminasi faktor-faktor yang
berkontribusi.
B. Untuk mencegah penyebaran sistemik.
C. Untuk mengurangi kekurangnyamanan yang terjadi.
D. Untuk mengurangi perkembangbiakan kandida.
Pengobatan pada kandidiasis terdiri atas lini pertama dan pengobatan
lini kedua.
Pengobatan kandidiasis oral lini pertama
a. Nistatin
Nistatin merupakan obat lini pertama pada kandidiasis oral yang terdapat dalam
bentuk topikal. Obat nistatin tersedia dalam inokulasi bentuk krim dan suspensi oral. Tidak
terdapat interaksi obat dan efek samping yang signifikan pada penggunaan obat nistatis
sebagai anti kandidiasis.
b. Ampoterisin B
Obat ini dikenal dengan Lozenge (fungilin 10 mg) dan suspensi oral 100 mg/ml
dimana diberikan tiga sampai empat kali dalam sehari. Ampoterisin B menginhibisi adhesi
dari jamur kandida pada sel epitel. Efek samping pada obat ini adalah efek toksisitas pada
ginjal.
c. Klotrimazol
Obat ini mengurangi pertumbuhan jamur dengan menginhibisi ergosterol.
Klotrimazol dikontraindikasikan pada infeksi sistemik. Obat ini tersedia dalam bentuk krim
dan tablet 10 mg. Efek utama pada obat ini adalah rasa sensasi tidak nyaman pada mulut,
peningkatan level enzim hati, mual dan muntah.
Adapun pengobatan kandidiasis lini kedua
a. Ketokonazol
Ketokonazol memblok sintesis ergosterol pada membran sel fungal dan diserap
dari gastrointestinal dan dimetabolisme di hepar. Dosis yang dianjurkan adalah 200-400 mg
tablet yang diberikan sakali atau dua kali dalam sehari selama dua minggu. Efek samping
adalah mual, muntah, kerusakan hepar dan juga interaksinya dengan antikoagulan.
b. Flukonazol
Obat ini menginhibisi sitokrom p450 fungal. Obat ini digunakan pada kandidiasis
orofaringeal dengan dosis 50-100mg kapsul sekali dalam sehari dalam dua sampai tiga
minggu. Efek samping utama pada pengobatan dengan menggunakan flukonazol adalah
mual, muntah dan nyeri kepala.
c. Itrakonazol
Itrakonazol merupakan salah satu antifungal spektrum luas dan dikontraindikasikan
pada kehamilan dan penyakit hati. Dosis obat adalah 100 mg dalam bentuk kapsul sehari
sekali selama dua minggu. Efek samping utama adalah mual, neuropati dan alergi.
Pencegahan

Pencegahan oral candidiasis dapat dilakukan dengan beberapa tindakan


yaitu sebagai berikut:
A. Memelihara kesehatan mulut dengan menyikat gigi dua kali sehari,
berkumur dengan antiseptic mouthwash (seperti Listerine atau
Vardesol), berkumur dengan 3% larutan hidrogen peroksida setelah
menyikat gigi.
B. Mengonsumsi makanan yang baik dengan mengurangi atau menghindari
gula karena merupakan makanan bagi Candida, mengurangi dan
menghindari alkohol karena alkohol mengubah gula dan mempercepat
pertumbuhan Candida, mengonsumsi banyak bawang putih karena
merupakan anti jamur alami, mengonsumsi susu atau yoghurt yang
mengandung bakteri Acidophilus karena membantu menjaga
keseimbangan tubuh dan melawan mikroorganisme pengganggu seperti
Candida.
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan langsung
Kerokan kulit atau usapan mukokutan diperiksa dengan larutan KOH 10 % atau dengan pewarnaan
gram, terlihat sel ragi, blastospora, atau hifa semu
Pemeriksaan biakan
Bahan yang akan diperiksa ditanam dalam agar dekstrosa glukosa Sabouraud, dapat pula agar ini
dibubuhi antibiotik (kloramfenikol ) untuk mencegah pertumbuhan bakteri. Perbenihan disimpan
dalam suhu kamar atau lemari suhu 370C, koloni tumbuh setelah 24-48 jam, berupa yeast like
colony. Identifikasi Candida albicans dilakukan dengan membiakkan tumbuhan tersebut pada corn
meal agar.
Beberapa penunjang lain :
Laboratorium : ditemukan adanya jamur candida albicans pada swab mukosa
Pemeriksaan endoskopi : hanya diindikasikan jika tidak terdapat perbaikan dengan pemberian
flukonazol.
Dilakukan pengolesan lesi dengan toluidin biru 1% topikal dengan swab atau kumur.
Diagnosa pasti dengan biopsy
Faktor Resiko
• Faktor Patogen :
- Jamur kandida mampu melakukan metabolisme glukosa dalam kondisi aerobik maupun anaerobik.
Selain itu jamur kandida mempunyai faktor-faktor yang mempengaruhi adhesi terhadap dinding sel
epitel seperti mannose, reseptor C3d, mannoprotein dan Saccharin. Sifat hidrofobik dari jamur dan juga
kemampuan adhesi dengan fibronektin host juga berperan penting terhadap inisial dari infeksi ini.
• Faktor Host :
- Fungsi kelenjar saliva yang terganggu dapat menjadi predisposisi dari kandidiasis oral. Sekresi saliva
menyebabkan lemahnya dan mengbersihkan berbagai organisme dari mukosa. Pada saliva terdapat
berbagai protein-protein antimikrobial seperti laktoferin, sialoperoksidase, lisosim, dan antibodi
antikandida yang spesifik.
• Faktor Sistemik :
-Penggunaan obat-obatan seperti antibiotik spektrum luas dapat mempengaruhi flora lokal oral
sehingga menciptakan lingkungan yang sesuai untuk jamur kandida berproliferasi. Beberapa faktor lain
yang menjadi predisposisi dari infeki kandidiasis oral adalah merokok, diabetes, serta infeksi HIV
Epidemiologi
• 30-40% kandida albikan pada rongga mulut orang dewasa sehat, 45%
pada neonatus, 45-65% pada anak-anak sehat, 50-65% pada pasien
yang memakai gigi palsu lepasan, 65-88% pada orang yang
mengkonsumsi obat-obatan jangka panjang, 90% pada pasien
leukimia akut yang menjalani kemoterapi, dan 95% pada pasien
HIV/AIDS.
• Dapat menyerang semua umur baik perempuan maupun laki-laki.
Prognosis
Pada kasus kandidiasis prognosis baik ketika faktor- faktor predisposisi
yang berhubungan dengan infeksi, meningkat pada pasien primer.

• Quo ad vitam : dubia ad bonam


• Quo ad Functionam : dubia ad bonam
BHP
• Medical indication
Beneficience : menerepkan golden rule principle.
(Dokter mendiagnosis candiasis oral berdasarkan dari tanda dan gejala khas dai
candiasis).
• Quality of life
Non malificience : mencegah kompikasi.
(Dokter mengobati secara tepat untuk penyakit candiasis berdasarkan etiologi
agar menghindari komplikasi).
• Patient preference
Autonomy : melakukan informed concent
(Dokter melakukan informed consent mengenai penyakit candiasis oral kepada
pasien).
• Contextual feature
Justice : Mendistribusikan keuntungan dan kerugian dilihat dari kondisi pasien.

Anda mungkin juga menyukai