Anda di halaman 1dari 51

BOOK READING

PHARYNGITIS

Presentator : dr. Aras Amila Husna


Moderator : dr. Hesti Dyan Palupi, Sp.T.H.T.K.L(K)

Departemen Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok – Bedah


Kepala Dan Leher
Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan
Universitas Gadjah Mada/ RSUP DR. Sardjito
Yogyakarta
2022
2

Visi Program Studi Kesehatan


T.H.T.K.L
Menjadi program studi berstandar global yang inovatif
dan unggul, serta mengabdi kepada kepentingan
bangsa dan kemanusiaan dengan dukungan sumber
daya manusia yang profesional dan dijiwai nilai-nilai
Pancasila
3

Misi Program Studi Kesehatan


T.H.T.K.L
1. Meningkatkan kegiatan pendidikan, penelitian dan
pengabdian masyarakat berlandaskan kearifan
lokal.
2. Mengembangkan sistem tata kelola Program Studi
IK THT-KL yang mandiri dan berkualitas (Good
Governance).
3. Membangun kemitraan dan kerjasama dengan
rumah sakit dan seluruh pihak yang berkepentingan
dalam rangka mendukung kegiatan pendidikan,
penelitian dan pengabdian masyarakat.
FARINGITS

• Faringitis → inflamasi dari mukosa faring, jaringan limfoid, otot – otot dan
jaringan lemak dan fasia disekitarnya
• Gejala Faringitis → sakit tenggorok, odinofagia atau disfagia, kadang diikuti
dengan demam, serak, hidung tersumbat, batuk, nafas berbau dan malaise →
tergantung etiologi
• Viral infection adalah penyebab tersering dari faringitis baik pada anak
maupun orang dewasa. Infeksi bakteri lebih banyak pada anak dari pada orang
dewasa.
ANATOMI
Terbagi menjadi 3 bagian:
• Nasofaring (Epifaring)
• Orofaring
• Laringofaring (Hipofaring)

Bailey, 2014
ANATOMI

Mukosa Fascia Fascia


Otot
• Pseudostratified Faringobasilar Buccofaringeal
ciliated columnar • Eksterna →
epithelium • Melapisi otot Sirkular • Meliputi faring
bagian dalam • Interna → bagian eksterna
• Stratified squamous
epithelium Longitudinal

Bailey, 2014
M. KONSTRIKTOR FARING SUPERIOR

ANATOMI
SIRKULAR (LUAR) M. KONSTRIKTOR FARING MEDIUS

M. KONSTRIKTOR FARING INFERIOR


OTOT
M. PALATOFARINGEUS

LONGITUDINAL
(DALAM) M. SALPHINGOPHARYNGEUS

M. STILOFARINGEUS
Bailey, 2014
ANATOMI
ANATOMI
VASKULARISASI FARING
Cabang arteri karotis eksterna →
1. arteri faringealis ascenden
2. cabang dorsal dari arteri lingualis
3. cabang tonsilar dari arteri fasialis
4. cabang palatina dari arteri maksilaris

Bailey, 2014
ANATOMI
VASKULARISASI FARING
Aliran vena →
1. Superior : pleksus pterigoid
(bersama pleksus vertebra)
2. Inferior : vena jugularis interna

Bailey, 2014
ANATOMI
PERSARAFAN

• seluruh otot dinding faring


→ oleh n. vagus (X) melalui
pleksus faringeal, kecuali m.
stilofaringeus oleh n.
glosofaringeus (IX)

• sensoris faring :
- nasofaring → cabang faringeal
dari n. maksilaris (n.V2)
- orofaring → n. glossofaringeus
(n.IX) lewat pleksus faringealis
- laringofaring → n. vagus (n.X)

Bailey, 2014
SISTEM LIMFATIK
• Aliran limfatik dari nasofaring akan diteruskan ke kelenjar limfe retrofaring, kemudian
lateral faring dan ke kelenjar limfe jugularis profunda.
• Aliran limfatik orofaring akan menuju ke kelenjar limfe retrofaring, jugularis, dan kelenjar
limfe servikal superior superfisial.
• Aliran limfatik hipofaring menuju ke kelenjar limfe retrofaring, faring lateral,
ser vikal profunda, dan jugularis

Bailey, 2014
PENYEBAB INFEKSI FARINGITIS PADA ANAK
• BAKTERIAL
• Faringitis Streptococcal
• Corynebacterium Diphtheriae
• VIRAL
• Coxsackie Virus
• Inflammatory
• PFAPA (Pharyngitis dan cervical adenitis)
• Kawasaki Disease
• Posttransplant lymphoproliferaive Disorder
• Caustic Ingestion
• Oral Mucocutaneous Disease : Epidermolysis Bullosa/Pemphigoid/Pemphigus/Steven
– Johnson Syndrome
Infeksi Streptococcus
• Bakteri yang paling sering menyababkan
faringitis terutama pada anak-anak adalah
streptococcus -hemolitikus group A
(Streptococcus pyogenes)
• Streptococcus group C dan G telah dihubungkan
foodborne dan waterborne faringitis
Infeksi Streptococcus

Streptococcus
• Masa inkubasinya 1 -4 hari
-hemolitikus
• Terjadi pada anak 5 – 15 tahun dengan puncak
group A
kejadian pada usia sekolah awal
(GABHS)
• 20 – 30 %dari kasus faringitis pada anak 5 – 15%
kasus pada dewasa. Jarang pada usia <2
tahun
• Pilek dan batuk tidak selalu menyertai
• Limfadenopati servikal :60%pasien
• Klinis :nyeri tenggorok, sulit menelan, demam,
malaise nyeri kepala, gejala abdominal seperti
mual nyeri perut
Infeksi Streptococcus
• Pemeriksaan Fisik :
• Pembesaran kelenjar limfa leher
• Mukosa orofaring hiperemis (beef red uvula, soft palate petechie)
• Inflamasi pada tonsil → eritema dan whitish cremy exudate
• Pada anak → disertai konka yang kemerahan dan minimal rhinorea
• Papila lidah yang membesar dengan eritema (Strawberry tongue) mungkin
ada, dengan pucat yang mengelilingi.
• Kadang ruam pada kulit → seperti scarlet fever,
• Golden Standard → tes labolatorium → Swab faring dengan kultur biakan
agar darah (sensitivitas 90 – 95%→>24 jam
• Tradisional Rapid Strep (Rapid Antigen Detection Test, RADT) --> senisitivitas
80 – 90%→ 5 – 10 menit
• Rapid test terbaru → Optical immunoassay and chemiluminescent DNA
probes (sensitivitas 90-99%)→ mahal dan jarang
Terapi

• Penicillin atau amoxicillin → efektive untuk GABHS


• Cefalosporin generasi I, azithromycin atau clindamycin → jika pasien alergi
penicillin
• Kortikosteroid → tidak terbukti berefek pada faringitis akut streptokokus.
• Pasien menular pada saat akut dan 1 minggu awal, jika tidak di terapi.
• Pada anak dengan faringitis streptokokus dan tonsillitis berulang →
tonsilektomi
• 10% pasien faringitis GABHS dapat karir, dengan hasil rapit test (+) tanpa
adanya gejala akut → tidak perlu di terapi.
Komplikasi infeksi
streptococcus
• Demam rematik (3% dari GABHS yang tidak dapat Ab, 0,3 %
mendapat Ab)
• Penyakit jantung rematik
• Poststreptococ cus glomerulonephritis akut
• Peritonsilar, retropfaringeal dan parafaringeal abses
• Suburatif limfadenopati
• Mastoiditis
• Bakterimea
• Sepsis
Demam Rematik
• Berdasarkan 2 kriteria mayor (1 mayor dan 2
minor)
Corynebacterium Diphtheria

• USA Tahun 2003 → sudah tidak ada


• endemic di negara berkembang dan penyebaran vaksin yang rendah
• Penyebab kematian terjadi dari kardio dan neurotoksisiti dari exotoxin atau
asfiksia dari membranous faringitis
• C. Diphtheria adalah bakteri batang berfilamen gram positive yang
penularannya melalui hidung, mata dan sekret oral atau dari lesi kulit.
• Gejala :
• Nyeri tenggorok
• Malaise
• Pemeriksaan Fisik :
• Pseudomembran keabuan melekat pada tonsil dan faring (meluas ke
orofaring dan laring), → kematian krn asfisksia terutama pada anak2
• Reaktif limfadenopati (Bull-Neck)
• Diagnosis → gejala klinis dan konfirmasi dengan kultur pseudomembran pada
media Loeffler atau Tellurite
• Terapi :
• Ab → Penicillin atau eritromicin
• Antitoksin difteria
• Pencegahan → imunisasi difteri pada anak dan booster dilakukan setiap 10
tahun pada dewasa
Viral
• Penyebab paling sering dari Faringitis akut → self limiting disease
• Terjadi pada anak usia pre-school → 5 – 7 episode dalam 1 tahun
• Di USA Insiden meningkat pada musim gugur, dingin, awal musim panas
• Gejala Klinis (berlangsung 1 minggu) :
• Nyeri tenggorok dan gatal (3 hari setelah transmisi)
• Rhinore
• Demam
• Batuk
• Diare
• Conjungtivitis
• Suara serak
• Terapi : Cuci hidung, dekongestan, antipiretik, antitusif (jika diperlukan)
COXSACKIE VIRUS

• Virus Coxsackie ada dalam keluarga enterovirus, → tipe virus Grup A atau
Grup B, yang masing-masing memiliki beberapa strain.
• Terjadi → anak-anak usia 3 hingga 10 tahun
• Penyebaran → kontak langsung dengan air liur yang terinfeksi, cairan, atau
feses, tangan yang tidak dicuci pada anak-anak
• Biasa timbul pada musim panas
• Gejala → tiba-tiba :
• demam, mialgia, sakit kepala dan muntah.
• sakit tenggorokan dan odynophagia(parah)
• lesi vesikular kecil → palatum mole dan pilar tonsil anterior,
mukosa mulut dan gingiva.
• lesi khas : puncta eritematosa → vesikel kecil 2 hingga 4 mm
dengan ulserasi sentral dan basis eritematosa (satu minggu,
walau gejala lain sdh hilang)
• Virus Coxsackie A → penyebab penyakit tangan-kaki dan mulut (HFM) → lesi
vesiculopapular pada telapak tangan dan telapak kaki
• Pengobatan herpangina dan HFM bersifat simtomatik → sembuh
dalam 1 minggu
Periodic Fever, Aphthous Stomatitis, Pharingitis and
Cervival Adenitis (PFAPA)
• Penyebab pasti → belum diketahui
• Biasa timbul pada anak < 5th
• bukti terbaru menunjukkan respons imun autoimun atau hiperaktif sel Tl terhadap sitokin IL-1
• Merupakan diagnosis ekslusi dan penyebab faringitis lainnya termasuk GABHS
• kecenderungan untuk resolusi spontan dan kemungkinan kemanjuran pengobatan profilaksis, indikasi untuk
tonsilektomi masih dalam penyelidikan → penilaian klinis kasus per kasus
Gejala Terapi

• Demam tinggi (>39oC) periodic → terjadi regular • Steroid


setiap 2 – 8 minggu(rata-rata 30 hari) dan bertahan • Cimetidin
selama 2 – 7 hari (rata-rata 4 hari) • Colchicine → mencegah episode
• Gejala cardinal : sakit kepala, ruam, arthralgia dan • Tonsilektomi menurunkan periode episode gejala,
mungkin gejala Gastrointestinal. memperpanjang interval antar episode, beberapa
kasus reolusi komplit
Kawasaki Disease

Kawasaki Disease Gejala Terapi

• Gejala awal sering disalah • demam tinggi, • IVIG


artikan → faringitis • Aspirin
• adenopati. mucositis (lidah strawberry),
• KD → dikenal dengan acute • cheilitis (kering, bibir pecah-pecah),
mucocutaneus lymph node
• konjungtivitis,
syndrome → sistemik
vaskulitis • ruam eritematosa, dan eritema serta
deskuamasi pada telapak tangan dan
• Tidak diketahui
telapak kaki
• Beberapa kasus serupa dengan abses
retrofaring atau abses leher dalam
Menelan Benda kaustik (Caustic ingestion)

Bergantung pada jenis agen kimia → nekrosis atau inflamasi Faring & GI track

Gejala :
- Ulcerasi
- Luka bakar kimia
_ luka eksudatif
- Cedera inhalasi (paparan asap & api → jelaga
- Asap rokok dan tembakau → peradangan nyeri mukosa faring akut; edema
supraglotis pada pasien ini dapat menyebabkan gangguan jalan nafas
Post Transplat Lymphoproliferative Disorder
(PLTD)
• Karakteristik → abnormal proliferai limfosit (sel B), pada pasien imunosupresan, dengan
spectrum hyperplasia limfoid hingga non-Hodgin.
• Faktor Risiko :
• Epstein – Barr Virus
• Pasien dengan imunosupresan,
• Laki-laki > perempuan
• RAS Kaukasia
• Gejala : nyeri tenggorok, muffled voice, sleep disorder breathing
• Diagnosis : Biopsi → tonsilektomi, adenoidektomi atau lingual tonsilektomi
• Penatalaksanaan :
• Terapi imunosupresan
• Antovirus
• Rituximab (anti CD20) jika titer EBV tinggi
Penyakit Oral Mucocutaneus : Epidermolisis
Bulosa/Pemhigoid/pemphigus/ Steven Jonshon Syndrome

Epidermolisis Bulosa
Pemfigoid Pemfigus Steeven Johnson
(EB)
• EB : gangguan • Gangguan autoimun • Gangguan autoimun • banyak penyebab,
autoimun pada kulit & pada membrane basal dengan beberapa reaksi obat yang
selaput lendir → blister dan ulcerasi subtype (pemphigus paling umum
• Rapuhnya jaringan pada mukosa kulit vulgaris) • Gejala : lesi luas →
epitel → blister, erosi • Siklus veikular dan lepuh atau ulserasi
dan ulces yang sulit bula di selaput lendir mukosa (bibir, bukal,
sembuh lidah, faring dan
palatum) . Bila
mengelupas → nyeri
hebat dan disfagia.
• Diagnosis : biopsi lesi
oral atau orofaringeal
PENYEBAB FARINGITIS PADA DEWASA

• VIRAL • FUNGAL
• Epstein – Barr Virus • Candidal Infections
• Cytomegalovirus • Inflammatory
• Human Immunodeficiency Virus • Reflux Pharyngitis
• Herpes Simplex Virus • Postnasal Drip
• Human Papillomavirus • Granulomatous Disease
• BAKTERI
• Streptococcal Pharyngitis
• Neisseria Gonorrhea
• Arcanobacterium Haemolyticum
• Syphilis
Epstein-Barr Virus

• Termasuk famili Herpesviridae


• Secara selektif menginfeksi populasi limfosit B
• Nasopharyngeal undifferentiated carsinoma dan
Africa n Burkitt lymphoma sangat dihubungkan
dengan EBV, tetapi hanya ada bukti tidak langsung
yang menduga EBV sebagai agen penyebab
• Sebaliknya, EBV telah menunjukkan sec ara
meyakinkan menjadi penyebab Infectious
mononucleosis (IM), infeksi sistemik yang secara primer
terjadi pada remaja dan dewasa muda
• EBV diperkirakan menyebabkan 80%-90% kasus
mononukleosis
EBV yang berhubungan dengan
infeksi mononukleosis (IM)
• Dapat menyerupai faringotonsilitis akut, dengan pasien merasa nyeri
tenggorok, demam, dan malaise
• Limfadenopati, splenomegali (50%), dan hepatomegali (10-15%)
• Transmisi via oral dan secret respirasi → tonsilar dan faring
• Massa inkubasi 30 – 50 hari
• Periode prodromal → demam, menggigil, malaise dan anorexia diikuti 10 – 14
hari → klasik trias (nyeri tenggorok, demam, dan limfadenopati)
• Pemeriksaan fisik : hot potato voice, pembesaran tonsil yang simetris atau
pembesaran seluruh komponen cincin waldlayer disertai eksudat keputihan,
petekie pada palatum (25-60% pasien)
• Limfadenopati paling sering pada limfonodi servikal posterior, tapi limfonodi yang
lain dapat ditemukan
Diagnosis mononukleosis infeksiosa
• Berdasarkan manifestasi klinik
• Temuan laboratorium yang sesuai

Temuan laboratorium
• Mononuklear limfositosis dengan >10%abnormal
Limfosit
• Ditemukannya heterofil antibodi (monospot test)
postitiv → IM yang disebabkan oleh infeksi EBV
• Limfosit atipikal yang menonjol >10% dari hitung
leukosit total
• Diagnosis dapat diperkuat dengan adanya antibodi
serum heterofil ke baik eritrosit kuda atau biri-biri
(biasanya mono-spot test positif)
EBV yang berhubungan dengan
infeksi mononukleosis

• Terapi
• Simptomatik (Istirahat, hidrasi, antipiretik, dan analgesik)
• Respiratori support : oksigen, posisi duduk, terkadang dibutuhkan CPAPA atau
intubasi (jarang)
• Single dose dexamethasone selama kondisi akut
• Penyembuhan terjadi 2 – 3 minggu, gejala letargi dan malaise > 1 bulan
• Komplikasi :
• Infeksi bakteri sekunder (berikan ab, hindari amoxicillin → memproduksi pruritus
dan makulopapular rash pada keadaan akut)
• Ruptur limpa
• Anemia hemolitik
• Trombositopenia
• Penigkatan enzim hati
Cytomegalovirus

• Family Herpesviridae
• banyak terkena pada pasien dewasa yang kontak dengan anak <
2th (petugas daycare, guru)
• Sejak isolasinya, CMV telah diidentifikasi sebagai penyebab
infeksi kongenital dan didapat
• Kebanyakan infeksi yang disebabkan oleh CMV asimptomatik,
kecuali pada pasien immunocompromised
• Gejala & Tanda: IM - like illness, nyeri tenggorok, fatigue,
malaise, jarang terjadi limfadenopati, peningkatan enzim hati
(92%)
• Diagnosis :Monoclonal antibody CMV, Heterofil antibody test
(monospot test) negativ
• Terapi :Simtomatik
Human Immunodeficiency Virus

• Menyerupai IM (pada fase awal)

• Gejala :Nyeri tenggorok, nyeri kepala, demam, malaise, myalgia, arthralgia, muntah

• Tanda :adanya ulkus pada mukosa orofaring, esophagus servikal dan genitalia,
limfadenopati servikal, aksial atau oksipital, makulopapular skin rash pada wajah dan
badan

• Inkubasi :beberapa hari – 6 bulan


• Diagnosis :ELISA test, dengan western blot.
• Terapi : Simptomatik dan terapi untuk Infeksi HIV, serta terapi untuk penyakit konkomitan
lain (candidiasis oral, reaktivasi CMV, HPV)
Herpes Simplex Virus

• Double Stranded DNA virus → HSV 1 dan HSV 2 → berperan dalam


faringitis pada remaja dan dewasa (HSV 1 lebih umu pada orofaring)
• Pada bayi dan anak → HSV primer → ginggivostomatitis, jarang pada
faring
• Transmisi kontak seksual → ludah oral yang terinfeksi atau sekresi genital
• Tanda Gejala : demam, eritema faring, eksudat pada tonsil disertai
limfadenopati servikal. Ulcerasi herpetic yang sangat nyeri pada bibir dan
mulut, dinding posterior faring dan pillar tonsil. Ulkus khas → dangkal dan
ditutupi eksudat keabuan, lesi vesikuler yang mudah berdarah ditutupi oleh
eksudat berbintik2 hitam
Herpes Simplek Virus

• HSV primer dapat sembuh setelah 7 – 10 hari → netralisasi antibody


• Reaktivasi infeksi HSV laten → lesi lesi vesikuler herpes labialis dan biasanya
tidak melibatkan faring
• Diagnosis HSV primer → kultur virus (12 – 48 jam)
• Pemeriksaan Sitologi → giant cell, berinti banyak pada apusan Tzanck
• Terapi :
• Simtomatik
• Antivirus (asiklovir, valasiklovir dan famciclovir → mengurangi durasi
penyakit dan pelepasan virus
• Pasien dengan immunocompromised → segera memulai antivirus untuk
mencegah penyebaran sistemik
Human Papiloma Virus
• Infeksi HPV pada orofaring dan mulut → pertumbuhan papilomatosa permukaan
mukosa → Asimptomatik
• HPV tipe 6 & 11 → tipe tersering di faring dan saluran nafas atas
• Penularan → Kontak seksual genital, pada anak transmisi dalam Rahim atau
selama persalinan, seksual abuse (pada anak yg tidak memiliki riwayat transmisi
dalam kandungan)
• Gejala : tampah pertumbuhan papilloma pada faring atau orofaring, ukuran
berbatas tegas
• Terapi :
• pengangkatan papilloma di poli klinik → tidak membasmi virus
• Infeksi dapat menyebar luas sepanjang mukosa pada pasien immunocopromised
termasuk HIV
Streptococcus Pharingytis

• Pada dewasa lebih jarang dibandingkan anak2


• Gejala → sama dengan GABHS pada anak (nyeri tenggorok, demam,
menggigil, malaise, nyeri kepala dan mual
• Jarang ditemukannya limfadenopati cervikal
• Diagnosis :
• Susp GABHS → RADT (rapid Strep test)
• Terapi :
• Penicillin V atau Amoxicillin
Gonorrhea
• Pyogenic gram-negative Diplococcus
Neisseria • Transmisi :oralseks
gonorrhoeae • Jarang terjadi hanya pada faring saja.
• 50%- 84%asimtomatik
• Gejala : nyeri tenggorok, disfagia, odinofagia, gatal
pada tenggorok
• Pemeriksaan fisik :Eritema faring, eksudat kuning
keputihan dari kripta tonsil, Limfadenopati (9%-10%),
ulkus pada orofaring
• Diagnosis :
• Swab faring → pewarnaan gram
• Kultur pada agar coklat (golden standard)
• Terapi :semua kasus harus diobati → kejadian koinfeksi
yg tinggi
• C eftriaxone, single dose IM (gonorrhea)
• Azitromycin, single dose (chlamydia)
Arcanobacterium Haemolyticum

• Jarang → 0,5 – 2,5 % pasien


• Gejala menyerupai Streptokokus faringitis akut
• Gejala : nyeri tenggorok dan tanda radang, 20 – 25 % pasien dengan rash
scarlatiniformis pada badan dan ekstrimitas (tidak pada wajah, telapak tangan
dan kaki)
• A. Hemoliticum → bukan flora normal dan dapat menjadi invasive setelah
faringitis dan tonsillitis akut
• Komplikasi : abses peritonsilar abses, abses leher dalam lain, endocarditis,
meningitis atau sepsis
• Terapi : Eritromisin (golden standard)
Sifilis
• Family Spirochete Treponema pallidum
• Stadium klinis : primer, sekunder, tersier, dan kongenital,
yang semuanya dapat menyerang kepala dan leher
Treponema • Transmisi : oral seks
pallidum • Gejala :
• Stadium Primer : ulkus yang tidak nyeri di tonsil,
adanya limfadenopati
• Stadium Sekunder :2-12 minggu setelah fase primer,
limfadenopati, lesi kulit (makulopapular, non pruritus
rash), mukosa yang meninggi dan pseudomembran
abu-abu perak dikelilingi eritema, situs yg terkena →
palatum mole, pilar tonsil, mukosa dan lidah →
gejala semakin jelas pada HIV
• Stadium Tersier → lesi gumma dapat terjadi dimana
saja ( oral cavity, faring (Chapter 17)
INFEKSI FUNGAL (CANDIDA)
• Biasanya terjadi pada pasien imunokompromise dan bersifat kronis (HIV, pasien
transplan dengan terapi antirejection, pesien dengan penggunaan sistemik steroid
jangka panjang, antibiotic broadspektrum, terapi radiasi dan DM
• Gejala :
• Disfagia
• Rasa terbakar
• Pseudomembran (putih, cheezy mucosal plaque)pada kavum oral, orofaring,
laring dan esophagus servikal
• Diagnosis : biakan KOH dan evaluasi mikroskopik dari eksudat → pseudohifa
• Terapi :
• Gejala terlokalisir → Nistatin atau Fluconazole topical
• Infeksi rekuren → sistemik antifungal (fluconazole mungkin dapat membantu
pada kasus jamur yang invasif, namun tidak direkomendasikan untuk profilaksis
→ antimicrobial resisten)
Inflammatory
Refluk Faring Post Nasal Drip
• GERD dan LPR, hernia hiatal dan H. Pylori • Peradangan hidung → penigkatan produksi
(+) gastritis → menunjukkan gejala radang mukosa dan drainase faring
faring dan laring • Penyebab umum → Rhinitis alergi
• Gejala : Nyeri tenggorok kronik, rasa • PND → penyebab umum Globus faringeus
terbakar, rasa pahit di mulut, batuk kering, dan batuk kronis
suara serak, dan globus sensation
(mengganjal), gangguan tidur krn terbatuk • Hidung tersumbat → chronic mouth
dimalam hari serta mulut berbau breathing → berkurangnya humidifikasi →
iritasi dan keringnya mukosa faring
• Diagnosis : double pH Probe (faringeal posterior → nyeri tenggorok
proksimal dan distal esophageal sensor)
• Terapi → Rhinitis : nasal saline, nasal
• Terapi : Modifikasi gaya hidup dan PPI → steroid
mengurangi gejala pasien (dapat
mengkonfirmasi diagnosis)
Inflammatory
Penyakit Granulomatosa Faringitis Radiasi
• Adanya Granuloma mengandung makrofag, • Radiasi pada daerah kepala dan leher →
giant cell, fibriblas dan sel infllamatori lainnya gejala akut dan kronis pada faring
• Gejala : sangat luas • Secara akut → edema faring eritema dan
• TB → Nyeri tenggorok, hidung tersumbat, eksudat fibrinous yang merata (kerusakan
demam, limfadenopati, tonsilits, disertai keluhan sel), mukositis yang parah (konkomitan
pada paru (hemoptysis, batuk), keringat malam. kemoradioterapi) → penyembuhan 3 – 4
• Crohn’s disease → inflammatory bowe disease, minggu
trias histologi (non caseating granuloma, fisura, • Kronik → atrofi kelenjar submukosa pada
radang transmural dengan agregasi limfoid. orofaring, penurunan prosuksi kelenjar
Infeksi Ileum dan colon. Gejala orofaring : ludah, nyeri tenggorok, disfagia.
gingivitis, apthous ulcers, bibir bengkak, coble
stone pada bukal dan mukosa faring • Terapi :
• Reaksi Korpal → granuloma sebai respons • Oral hygine
material eksogen pada faring. Geja;a seperti • Analgetik topical atau sistemik
proses infeksi, namun tidak berespons terhadap • Antibiotik dan antifungal (stomatitis
antibiotik
cocktail)
Highligth
• Faringitis merupakan gangguan yang umum pada kepala dan leher
• Gejala : nyeri tenggorok, disfagia, odinofagia dan perubahan suara
• Infeksi virus penyebab paling sering pada anak dan dewasa
• Anak → lebih sering infeksi bakteri terutama GABHS dari pada dewasa
• Anak – anak dengan kecurigaan GABHS → Strep test (RADT atau kultur) jika positive →
Penicillin atau Amoxicillin
• Pada dewasa dengan RADT negative tidak perlu kultur atau terapi GABHS
• EBV yang menyebabkan mononukleusis merupakan penyebab tersering faringitis pada
remaja dan dewasa muda
• Penyakit menular seksual (N. gonorrhea, HSV, Syphilis, dan HPV) → dapat menyebabkan
faringitis
• Faringitis candida → umum pada pasien immunocompromised
• Penyakit LPR dan PND dapat menyebabkan faringitis iritatif.
TERIMA KASIH
MOHON ASUPAN

Anda mungkin juga menyukai