Anda di halaman 1dari 53

Presentator :

Yulialdi Bimanto Heryanto Putra


Moderator :
dr. Kartono Sudarman., Sp.T.H.T.K.L.(K).
Selasa, 5 Juli 2022

Departmen Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok – Bedah Kepala-Leher


Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan Universitas Gadjah Mada
RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta
2022
VISI
PROGRAM STUDI Menjadi program studi berstandar
IK THTKL global yang inovatif dan unggul, serta
mengabdi kepada kepentingan bangsa
dan kemanusiaan dengan dukungan
sumber daya manusia yang
professional dan dijiwai nilai-nilai
Pancasila
MISI
PROGRAM STUDI KESEHATAN T.H.T.K.L

1. Meningkatkan kegiatan pendidikan, penelitian


dan pengabdian masyarakat yang
berlandaskan kearifan lokal.

2. Mengembangkan sistem tata kelola Program


Studi Kesehatan T.H.T.K.L yang mandiri dan
berkualitas (Good Governance).

3. Membangun kemitraan dan kerjasama dengan


rumah sakit dan seluruh pihak yang
berkepentingan dalam rangka mendukung
kegiatan pendidikan, penelitian dan pengabdian
masyarakat.
PENDAHULUAN

Obstruksi hidung akibat infeksi atau rinitis alergi ➔ terganggu


indera penciuman ➔ namun sering diabaikan

Manusia dapat bertahan hidup tanpa penciuman ➔


penurunan kualitas hidup ➔ depresi

Indera penciuman ➔ alarm danger ( gas bocor, asap hingga


makanan basi) , penguji cita rasa
PENDAHULUAN
Prevalensi
• 19% → > usia 20 th
• 25% → > usia 53 th
• Penuaan saja ➔ 1 dari 8 orang berusia 53-91 tahun ➔
gangguan penghidu > 5 tahun

Gangguan penghidu (organ penciuman)➔ dirasakan


setelah merasa adanya gangguan pengecap (rasa)

Gangguan penghidu + gangguan pengecap (rasa) ➔


berdampak signifikan pada diet dan nutrisi populasi
lansia
GANGGUAN PENGHIDU
Anosmia

Gangguan
Hyposmia
Penghidu

Phanosmia
Dysosmia
Parosmia
ANATOMI
Bagian dari fungsi
penghidu yang terlibat

Neuroepitel Bulbus Korteks


Olfaktorius Olfaktorius Olfaktorius
ANATOMI

Neuroepitel ➔ mengubah molekul


aroma oleh reseptor menjadi signal
listrik ke saraf (otak).

Sifat aliran udara dari rongga hidung


dan kemampuan untuk mencium ➔
faktor penting.

Epitel penciuman ➔ berada di regio


septum dan berada di bagian bawah
cribiform plat dan memanjang ke
area belakang dari sphenoid

8
MUCOSA OLFACTORY

Mukosa “olfactory” ➔ pseudo-stratified


neuroepithelium.

Supporting cell → bagian apikal epitel dan


mengirimkan sinyal ke basal laminal.

Fila olfactory nerve ➔ membentuk bundle dri


perpanjangan olfactory bulb → menembus
cribiform plate hingga ke lamina basalin →
olfactory reseptor → olfactory cilia.

9
EPITELIUM OLFAKTORIUS

• Jenis : Epithelium
pseudostratified columnar

• Lokasi :
❖Cribriform plate (atas)
❖Bagian superior septum, konka
superior dan konka media

• Terdiri dari paling sedikit 6 tipe sel dengan morfologi dan


biokimia yang berbeda
TIPE I : SEL RESEPTOR BIPOLAR
• Bekerja dari kavum nasi ke otak tanpa intervensi sinap → rute utama invasi
virus dan xenobiotic ke sistem saraf pusat (CNS)

• Jumlah sel reseptor olfaktorius melebihi jumlah sistem sensori lainnya


kecuali penglihatan.
• Manusia : > 6 juta sel
• Ukuran 5 – 7 µm luas sel tubuh
• Lokasi 2/3 bagian bawah neuroepitheliu
• Memiliki silia yang berbeda dengan epitel respirasi
• Lebih panjang
• Tidak memiliki lengan dynein (intrinsic motility)
• Mengandung 7 reseptor transmembran dominan yang
berinteraksi dengan bau
TIPE II : SEL PENYOKONG (Sel
Sustentacular)

Memiliki mikrovili

Membatasi sel reseptor bipolar satu


dengan yang lain

Membantu pengaturan komposisi mucus


→ enzim xenobiotic-metabolizing (seperti:
cytochrome P-450)

Menonaktifkan aroma dan membantu


mencegah kerusakan epitel dari benda
asing
TIPE III : SEL
MIKROVILAR
• Rasio 1:10 sel reseptor bipolar
• Keterlibatan dalam kemoresepsi dan funsinya masih belum diketahui

TIPE IV : SEL YANG MELAPISI


DUKTUS DAN GLANDULA
BOWMAN

TIPE IV : SEL BASAL


• Horizontal (gelap)
• Globose (terang)
15
HUMAN OLFACTORY
MUCOSA

A: Hematoxylin dan eosin dari mukosa B. Pewarnaan immunchistokimia epitel


penciuman manusia(200x). penciuman manusia (400x)

16
17
18
PHYSIOLOGY OLFACTORY

cyclic
Bau dan Reseptor
adenosine
aroma dari Reseptor glomerulus
monophos
lingkungan olfactory
phate

• deteksi • G – Protein • siklus kanal • Transmisi ke


• Identifikasi ion brainsteam
nukleotida sebagai bau
• Kation dan
depolarisasi
pada neuron
ETIOLOGI KEHILANGAN
PENGHIDU
TRAUMA KEPALA

Identifikasi kehilangan penghidu pada trauma kepala ➔ riwayat cedera

Trauma daerah frontal dan daerah olfactori bulb ➔ cedera langsung atau
pukulan dari belakang kepala (coup-countre coup injury)

Terjadinya pergeseran (trauma) pada olfactory neurons → olfactory bulbs.

Pemulihan fungsi penghidu (10%-35%) pada kejadian trauma kepala ➔ 1 tahun


pasca trauma
INFEKSI SALURAN
PERNAPASAN BAGIAN ATAS

Hilangnya penghidu sementara → peradangan dan menyempit pada area


olfactroy cleft.

Jarang ➔ gangguan penghidu permanent → pemulihan infeksi saluran


pernapasan bagian atas.
Kerusakan pada neuroepitel → terkait secara positif dengan keparahan
perubahan patologis di mukosa olfaktorius, seperti yang diperiksa pada studi
biopsi

Wanita lebih beresiko dibanding lelaki dan usia lanjut lebih beresiko

Penggunaan nasal spray zinc → sensasi hidung terbakar, sebagian anosmia


RINOSINUSITIS KRONIS

CRS → penurunan fungsi penghidu atau hilangnya penghidu (anosmia


dan hyposmia)
• Terganggunya aliran aroma (bau) pada celah olfactory
• Polip atau tanpa polip

Penciuman bisa pulih ➔ sinusitis kronis dengan polip pasca


pembedahan dan sistemik steroid.

Radang → mengubah mukosa olfactori ➔ studi biopsi

Kehilangan penciuman permanen terkait CRS ➔ sel apoptosis pada


epitel olfactori
KONGENITAL

Riwayat tidak pernah mengalami bau


Gejala sindrom kallman
➔ anosmia bawaan
Sindrom Kallmann (hypogonadotrophic • “microphallus” dan atau
hypogonadism) cryptochirdism pada pria
• Keterlambatan di perkembangan • Kehilangan pendengaran
seksual ➔ pengakua awal ➔ terapi
• Renal agenesis
hormon segera
• Mri ➔ agenesis olfactory bulb dan
• Keterlibatan bberapa mutasi gen ➔
uji genetik ➔ sensitivitas 30%or rectus gyrus dan kehilangan sulcus
Sindrom Charge ➔ hypoplastic
olfacory
absent olfactory bulbs
KONGENITAL

Perbedaan anosmia kongenital dengan gangguan bau yang


sudah lama

Identifikasi melalui anatomi dari konkha dan olfactory cleft

Hiposmia atau anosmia berat

• Akibat Mengalami refrakter pada steroid oral sistemik dan


operasi pada daerah celah penciuman
PENYEBAB YANG LAIN

Hyposmia atau anosmia ➔ gejala awal pada


neurodegeneratif disorder → alzheimer dan parkinson

Gangguan psikiatri → skizofrenia dapat mengalamai


gangguan penghidu ➔ sulit mengidentifikasi bau

Lingkungan ➔ zat/ senyawa yang bersifat racun

Topical zinc spray hidung ➔ sensasi rasa panas pada


hidung ➔ anosmia pada sebagian kecil
IATROGENIC
Trauma Pembedahan THT, gigi, dan bedah
iatrogenik saraf

Rhinoplasty
Laryngectomy
Transphenoidal pituitary surgery
frontal or temporal lobe
resections
Gastrectomy
Thyroidectomy

Defisit fungsi kemosensori


IATROGENIC

Polypectomy Cald well luc

Ethmoidektomy Rhinoplasti

Gangguan
penghidu ➔
Reseksi Nasal fraktur
hyposmia
kranifasial reduction
32%, anosmia
1%
EVALUASI

Riwayat Sumber, waktu


Evaluasi penyakit dan kondisi ➔
terdahulu prognostik
EVALUASI
Riwayat anosmia
cedera kepala
Kehilangan penciuman akibat trauma bisa terjadi tiba tiba ➔ tidak
diperhatikan dikarenakan gangguan kognitif
Infeksi saluran “cold” atau flu
pernapasan
bagian atas Pilek atau hidung tersumbat ➔ resolusi → gangguan penghidu
membaik

Rinosinusitis Fluktuasi
kronis Adanya gangguan drainage dan sumbatan pada saluran hidung
Gangguan penghidu bertahap sesuai gejala yang muncul

Idiopathic Neurodegenratif ➔ bertahap sesuai penurunan memori dan


degeneratif
Keganasan ➔ massa sinonasal atau massa intrakranial
Riwayat penggunaan obat narkotika
EVALUASI

Pemeriksaan fisik

Rhinoskopi anterior dan posterior

Endoskopi hidung

Pemeriksaan lain
TEST OLFACTORIUS

Menegakkan validitas keluhan pasien

Mengkarakteristik penyebab spesifik masalah

Perubahan monitor yang dapat dipercaya sepanjang waktu (termasuk dari


etiologi iatrogenic)

Mendeteksi malingering
TEST OLFACTORY

Psikofisik

Elektrofisiologi
TEST OLFACTORY -
PSIKOFISIK
Tes psikofisik ➔ lebih umum dan sering digunakan dalam klinis

Tes ambang batas mengukur kemampuan untuk mendeteksi bau


(misalnya sebagai butil alkohol) pada konsentrasi terendah
dibandingkan dengan kosong.

Sniffin stick ➔ pena yang dapat diresapi oleh bau ➔ deteksi


ambang bau, identifikasi dan diskiriminasi ➔ memerlukan waktu
lebih lama

UPSIT → University of Pennsylvania Smell identification Test ➔ Tes


ini terdiri dari 4 buklet berisi 10 bau-bauan pada tiap lembar
bukletnya (40 item)
TEST OLFACTORY -
PSIKOFISIK
Reliabilitas dan Sulit digunakan / Tidak ada data
sensitivitas ↓ tidak praktis normatif

Standar tes penghidu

Smell Identification Test (SIT)

University of Pennsylvania Smell Identification Test (UPSIT)


• Dilakukan sendiri oleh pasien dalam 10-15 menit di ruang tunggu
• Penilaian dapat dilakukan oleh tenaga non medis (< 1 menit)
• Terdiri dari 4 buklet yang berisi 10 buah bau-bauan
• Rangsang bau berupa microencapsulated crystals yang
melakat strip “gosok dan bau” pada bagian bawah buklet
• Di atasnya terdapat 4 pilihan jawaban
• Pasien diminta untuk menjawab
walaupun merasa tidak ada jawaban
yang cocok atau tidak menetahui
(dipaksa untuk menjawab)
TEST OLFAKTORI-
ELEKTROFISIOLOGI

Olfactory Event - Related Potentials (ERPs).


• memberikan rangsangan odoran intranasal dan
dideteksi perubahan pada elektroencephalography
(EEG).

Elektro-Olfaktogram (EOG).
• Pemeriksaan ini dilakukan dengan menempatkan
elektroda pada permukaan epitel penghidu dengan
tuntunan endoskopi.
TEST OLFAKTORI-
ELEKTROFISIOLOGI
Odor Event-Related Potentials (OERPs)

Melihat aktivitas EEG yang terekam pada permukaan kepala dari semua aktivitas
EEG terhadap presentasi bau.
Untuk mendapatkan hasil yang akurat, rangsangan dilakukan secara cepat ( < 20
milliseconds)
TEST OLFAKTORI-
ELEKTROFISIOLOGI
Electro-Olfactogram (EOG)

Pengukuran dilakuan dengan meletakkan elektroda pada permukaan


epitel olfaktorius, guiding endoskopi, dan menggunakan lokal
anestesi
ELEKTRO-OLFAKTOGRAM
(EOG)
PEMERIKSAAN IMAGING

CT-SCAN

MRI
IMAGING – CT SCAN

• Disfungsi olfaktorius karena etiologi idiopatik: CT pada


kavitas nasal, sinus paranasal, dasar tengkorak anterior

• Penambahan kontras → mengidentifikasi lebih


baik lesi vaskular, neoplasma, abses, dan proses
parameningeal atau meningeal
IMAGING MRI

Tanpa adanya etiologi yang jelas

Kecurigaan lesi intrakranial berdasarkan riwayat dan pemeriksaan

Kecurigaan proses neurodegenerative

Anosmia kongenital ➔ olfaktorius bulb dan gyrus rectus


PERTIMBANGAN PADA
PHANTOSMIA/DYSOSMIA

sedangkan ketika
Perubahan
Anosmia dan tidak ada bau
penciuman kualitatif
hyposmia merujuk dilingkungan namun
terkait dengan
pada perubahan muncul persepsi
distorsi yang
kuantitatif pada penciuman (merasa
dirasakan dari aroma
persepsi intensitas bau) → phantosmia
yang dihirup disebut
bau (halusinasi
parosmia
penciuman)
PERTIMBANGAN PADA
PHANTOSMIA/DYSOSMIA

Parosmia Phantosmia
Biasanya memiliki riwayat persepsi
bau busuk hanya berlangsung
Dapat mengalami distorsi secara
beberapa menit di mulai ➔
intermiten atau terus menerus
berkembang selama berbulan-bulan
➔episode harian atau jam
Hampir selalu mengatakan
Juga biasanya memiliki distorsi yang
distorsi itu tidak menyenangkan,
tidak menyenangkan. seperti “karet
dan menggunakan kata-kata
yang terbakar” atau “makanan
seperti "busuk" atau "bahan
busuk.”
kimia."
TERAPI

Gangguan Penghidu Bersifat Kuantitatif (jenis konduksi)


• Konduksi ➔polip nasi, alergi, edema mukosa hidung ➔ oral/ topical steroid,
cuci hidung saline, antihistamin dan pembedahan ➔ efektif

Gangguan Penghidu Bersifat Kuantitatif (Jenis Sensorineural)


• Tidak ada terapi yang efektif
• Kongenital ➔ menetap
• Cedera kepala dan infeksi saluran pernapasan bagian atas ➔ pemberian
prednisolon 40 mg tappered selama 21 hari ➔ efek samping
pertimbangkan
• Zinc, alpha-lipoic acid , teophiline ➔ data kurang mencukupi = belum bisa
konklusi
TERAPI Olfactory
Training

Pasien hyposmia → tidak


untuk anosmia

Paparan harian kuat bau seperti


mawar, kayu manis, lemon, atau
cengkeh telah terbukti memiliki efek
menguntungkan
TERAPI

Gangguan Penghidu Bersifat Kualitatif


• Lebih mengganggu dan perawatanya masih terbatas
• Parosmia dan phatonsmia ➔ butuh waktu lama dalam
hal terapi ➔ 11-12 bulan

Olfactory bulb atau central brain ➔


• obat aktif neurologis seperti gabapentin, pregabalin,
atau anti-depresan
• Tindakan pembedahan ➔ endoskopik removal
epithelian olfactory , olfctory bulb reseksi
TERAPI

Konseling ➔ dibutuhkan pasien hyposmia


• Peran anggota keluarga
• Label makanan terkait kadaluwarsa

Kualitas hidup ➔ diutamakan


• Melatih pasien dengan menghargai fungsi
penghidu yang ada (hyposmia)
• Mengintesifkan bau ➔ memberikan saus, bumbu
yang berlebih ➔ merangsang nervus trigeminal
RESUME

Gangguan penciuman tidak jarang ➔ memiliki dampak


signifikan pada kualitas hidup bagi mereka yang menderita

Neuron reseptor penciuman memiliki keunikan tersendiri koneksi


langsung ke otak → regeneratif kapasitas epitel penciuman
untuk menggantikannya sepanjang kehidupan organisme
Trauma kepala, rinosinusitis kronis, infeksi saluran pernapasan
atas dan degeneratif ➔ etiologi paling umum ditemukan,
namun bbrapa kasus → idiopatik

Anamnesis dan endoskopi hidung yang cermat sangat penting


dalam evaluasi pasien yang mengeluhkan gangguan penciuman
RESUME

Tes penciuman yang divalidasi tersedia untuk digunakan oleh dokter dan
memungkinkan untuk penilaian subjektif tingkat penurunan nilai

Efektivitas dan pilihan untuk terapi terbatas kecuali gangguan penghidu


karena rinosinusitis kronis

Phantosmia dan praosmia terjadi karena kerusakan pada anatomi


olfactory ➔ terkadang sembuh secara spontan

Dokter mengevaluasi pasien dengan gangguan bau perlu membahas


bahaya yang terkait dengan hilangnya bau dan efek diet potensial
seperti penurunan nutrisi dan efek dari peningkatan asupan garam atau
gula
TERIMA KASIH,
MOHON ASUPANNYA

Anda mungkin juga menyukai