Anda di halaman 1dari 13

Anatomi hidung

DEFINISI

Hidung merupakan saluran


udara yang pertama, mempunyai
dua lubang yang dipisahkan oleh
sekat hidung. Bagian luar dinding
hidung terdiri dari kulit, lapisan
tengah terdiri dari otot-otot dan Kerangka luar hidung (Ballenger, 1994)
tulang rawan, lapisan dalam
terdiri dari selaput lendir yang Keterangan :
berlipat-lipat yang dinamakan 1. Kartilago lateralis superior
2. Septum
konka hidung (konka nasalis)
3. Kartilago lateralis inferior
(Syaifuddin, 1995). 4. Kartilago alar minor
5. Processus frontalis tulang maksila
6. Tulang hidung
PARASOMIA

Parosmia adalah disfungsi/perubahan persepsi bau


bilamana tercium bau yang tidak sesuai misalnya minyak
kayu putih tercium sebagai bau bawang goreng.
etiologi

Gangguan pembauan dapat disebabkan


oleh proses-proses patologis di
sepanjang jalur olfaktorius. Kelainan ini
dianggap serupa dengan gangguan
pendengaran yaitu berupa defek
konduktif atau sensorineural. Pada
defek konduktif (transport) terjadi
gangguan transmisi stimulus bau menuju
s
neuroepitel olfaktorius. Pada defek
sensorineural prosesnya melibatkan
struktur saraf yang lebih sentral.
Secara keseluruhan, penyebab defisit
pembauan yang utama adalah penyakit
pada rongga hidung dan/atau sinus,
sebelum terjadinya infeksi saluran nafas
atas karena virus; dan trauma kepala.
Patofisiologi...

Indra pembau nervus I selalu berhubungan dengan indra


perasa N V sehingga organ ini selalu berkaitan , hilangnya
fungsi pembau ini diikuti oleh hilangnya fungsi pengecap
sehingga akan berbahaya bagi penderita, karena tidak bisa
mendeteksi zat beracun, sehingga mudah masuk ke tubuh
berakibat resiko injuri. Gangguan penghidu dipengaruhi oleh
neuroepitel olfaktorius yang terletak pada rongga
hidungbagian atas dekat cribiform plate, septum nasi
superior dinding nasal supralateral, Neuroepitel
mengandung chemoreseptor yang menghasilkan sel reseptor
pembau apabila neuro epitel terganggu menurunkan sel
chemoreseptor berakibat fungsi pembau menurun.
Manifestasi klinis :

 Anorexia/kehilangan nafsu
makan
 tidak dapat membau dengan
pasti/ penciuman tidak sesuai.
Pemeriksaan Dignostik

1. Kelainan tulang paling bagus dilihat


melalui CT scan,
2. MRI bermanfaat untuk mengevaluasi
bulbus olfaktorius, ventrikel, dan
jaringan-jaringan lunak lainnya di otak. CT
koronal paling baik untuk memeriksa
anatomi dan penyakit pada lempeng s
kribiformis, fossa kranii anterior, dan
sinus.
3. Rontgen Cranial.
4. Laborat (biopsi neuroepitelium
olfaktorius)
5. Sinuskopi.
Pemeriksaan Sensorik

Pemeriksaan sensorik fungsi penciuman dibutuhkan untuk :

(1) memastikan keluhan pasien,

(2) mengevaluasi kemanjuran terapi, dan

(3) menentukan derajat gangguan permanen.


Terapi

a) Kurang Penciuman Hantaran


Terapi bagi pasien-pasien dengan kurang penciuman hantaran akibat
rinitis alergi, rinitis dan sinusitis bakterial, polip, neoplasma, dan kelainan-
kelainan struktural pada rongga hidung dapat dilakukan secara rasional
dan dengan kemungkinan perbaikan yang tinggi. Terapi berikut ini
seringkali efektif dalam memulihkan sensasi terhadap bau:
pengelolaan alergi
terapi antibiotic
terapi glukokortikoid sistemik dan topikal dan
operasi untuk polip nasal, deviasi septum nasal, dan sinusitis
hiperplastik kronik.
b). Kurang Penciuman Sensorineural
Tidak ada terapi dengan kemanjuran yang telah terbukti bagi kurang
penciuman sensorineural. Untungnya, penyembuhan spontan sering terjadi.
Sebagian dokter menganjurkan terapi seng dan vitamin. Defisiensi seng yang
mencolok tak diragukan lagi dapat menyebabkan kehilangan dan gangguan
sensasi bau, namun bukan merupakan masalah klinis kecuali di daerah-daerah
geografik yang sangat kekurangan.
Terapi vitamin sebagian besar dalam bentuk vitamin A. Degenerasi
epitel akibat defisiensi vitamin A dapat menyebabkan anosmia, namun
defisiensi vitamin A bukanlah masalah klinis yang sering ditemukan di negara-
negara barat. Pajanan pada rokok dan bahan-bahan kimia beracun di udara
yang lain dapat menyebabkan metaplasia epitel penciuman. Penyembuhan
spontan dapat terjadi bila faktor pencetusnya dihilangkan; karenanya,
konseling pasien sangat membantu pada kasus-kasus gangguan pembauan.
c) Kurang Penciuman Akibat Penuaan (Presbiosmia)

Seperti dijelaskan sebelumnya, lebih dari separuh orang yang berusia


di atas 60 tahun menderita disfungsi penciuman. Belum ada terapi yang efektif
untuk presbiosmia namun sangat penting untuk membicarakan masalah ini
dengan pasien-pasien usia lanjut; dapat menenangkan bagi pasien ketika
seorang dokter mengenali dan membicarakan bahwa gangguan penciuman
memang umum terjadi. Selain itu, manfaat langsung dapat diperoleh dengan
mengidentifikasi masalah tersebut sejak dini; insidensi kecelakaan akibat gas
alam sangat tinggi pada usia lanjut, kemungkinan sebagian karena penurunan
kemampuan membau secara bertahap.
Merkaptan, bau busuk pada gas alam, adalah perangsang olfaktorius,
bukan trigeminal. Banyak pasien yang lebih tua dengan disfungsi penciuman
mengalami penurunan sensasi rasa dan lebih suka memakan makanan-makanan
yang lebih kaya rasa. Metode yang paling umum adalah meningkatkan jumlah
garam dalam diitnya. Konseling dengan seksama dapat membantu pasien-
pasien ini mengembangkan strategi-strategi yang sehat untuk mengatasi
gangguan kemampuan membaunya

Anda mungkin juga menyukai