Anda di halaman 1dari 14

OLEH :

KELOMPOK IV
A. Anatomi Penciuman

Sistem pembauan manusia di mulai


dari reseptor olfaktorius yang terdiri dari
mukosa, olfaktorius, fila olfaktori, bulbus
olfaktorius, traktus olfaktorius, korteks
(paleokorteks) unkus lobus temporalis, dan
area subkalosal.
Epitel olfaktorius terdiri dari 3 tipe sel yaitu:
Sel olfaktorius
Sel penunjang/sel sustentakular
Sel basal
Sel olfaktorius adalah neuron-neuron bipolar
yang nantinya akan membentuk saraf olfaktorius.
Sel penunjang sebagai penunjang fisik dan
metabolik dari sel olfaktorius. Sel basal
merupakan sel puncak (stem cell) yang dapat
berdiferensiasi sebagai sel olfaktorius atau sel
penunjang.
Bulbus olfaktorius merupakan benjolan otak
(telensanfalon) Prosessus perifer neuron bipolar
akan bergabung menjadi suatu fasikulus tak
bermielinyang disebut fila olfaktoria. Bulbus
olfaktorius merupakan tonjolan otak
(telesenfalon) yang terdiri dari lima lapisan yaitu :
 Lapisan glomerular
 Lapisan pleksiform eksternal
 Lapisan sel mitral
 Lapisan pleksiform internal
 Lapisan sel granuler
Sel-sel reseptor untuk sensasi penghidu adalah sel
olfaktorius yang pada dasarnyamerupakan sel saraf
bipolar yang berasal dari sistem saraf itu sendiri. Bagian
sel olfaktorius yangmember respons terhadap
rangsangan kimia olfaktorius adalah silia olfaktorius.
Substansi yang berbau yang tercium saat kontak dengan
permukaan membrane olfaktorius mula-mula
menyebar secara difus ke dalam mucus yang menutupi
silia. Selanjutnya, akan berikatan dengan proteinreseptor
di membrane setiap silium.
Cacosmia persepsi yang abnormal
dari bau yang tidak menyenangkan
(dengan atau tanpa substrat yang
sebenarnya menjadi berbau).
Kakosmia adalah fenomena berbau
bau yang tidak benar-benar hadir. Bau
yang paling umum adalah bau yang tidak
menyenangkan seperti daging busuk,
muntah, urin, kotoran, asap, atau orang
lain.
ETIOLOGI

 Kakosmia dapat disebabkan oleh sel syaraf abnormal yang


menimbulkan sinyal abnormal yang menuju otak sehingga
terjadi persepsi adanya odoran,atau adnya gangguan sel
inhibisi olfaktorius.
 Kakosmia sering terjadi karena hasil dari kerusakan pada
jaringan saraf dalam sistem penciuman. Kerusakan dapat
disebabkan oleh tumor otak, trauma, dan mungkin
terkena racun atau obat-obatan.
Pasien mengaku dapat mencium bau
dimana orang lain tidak mampu menciumnya
disebut dengan phantosmia. Jika pasien
mengaku sering mengalami halusinasi dan
memberikan gangguan kepribadian, maka
gejala yang dialami diasumsikan sebagai
suatu delusi. Gabungan antara halusinasi
olfaktorius dan delusi merupakan suatu
gangguan psikiatrik.
1. Anamnesis
Dari anamnesis, didapatkan beberapa keluhan
penciuman yang tidak menyenangkan atau yang
memuakan seperti bacin, pesing dsb, maka
digunakan istilah lain yaitu kakosmia, bila tercium
suatu modalitasolfaktorik tanpa adanya
perangsangan. Selain itu, harus diketahui gejala
lain yangmendasari misalnya kejang, gangguan
memori, tanda-tanda peningkatan
intracranial(mual, muntah, sakit kepala), adanya
demam, rhiore, ketajaman penglihatan.
2. Pemeriksaan Fisis
Pemeriksaan fisis untuk menilai letak kelaianan
pada gangguan penciuman dapatdilakukan
evaluasi nasal berupa rhinoskopi anterior dan
endoscopy. Dengan cara ini,maka dapat dievaluasi
neuroepitel olfaktorius dan mengetahui jika terjadi
hambatan udara pada neuroepitel. Pada
pemeriksaan nasal, mukosa nasal dievaluasi warna,
struktur,edema, imflamasi, eksudat, ulserasi,
metaplasia epitel, erosi, ataupun atrofi.
Jikadidapatkan rhinore purulen pada cavitas nasi,
mungkin terjadi suatu rhinitis.
 Pemeriksaan laboratorium
 CT Scan
 MRI
 Neurophisiology test
NAMA-NAMA KELOMPOK IV:

 ANAK AGUNG AYU SRI DANI


 FEBRIANTI LAIYA
 MELISTIAWATI GANI
 YULINDA NANI
 NI WAYAN OKTAVIANI
 YOLANDA PANAI
 GIVANDO KIROJAN
 TRIA A. YUSUF

Anda mungkin juga menyukai