Anda di halaman 1dari 15

GANGGUAN PENGHIDU

BAGIAN IP THT-KL FK-UKI


Dr. Bambang Suprayogi,
Sp.THT-KL
ANATOMI DAN FISIOLOGI
Indra penghidu mrp fungsi n. Olfaktorius
berhubungan pengecap oleh n. Trigeminus.
Stimulus berupa zat kimiawi.
Reseptor terletak di bagian hidung 1/3 atas.
Serabut syaraf berjalan pada lubang-lubang
di lamina kribosa os etmoid menuju bulbus
olfaktorius (didasar fossa cranii anterior).
ANATOMI DAN FISIOLOGI
Indra Penghidu merupakan kemoreseptor.
Odoran (HIDROFILIK) larut dalam mukus yang
melapisi silia berikatan dengan reseptor
pada silia sel olfaktoria aktivasi protein G
enzim adenil siklase dan cAMP membuka
kanal Na+ influks natrium depolarisasi sel
olfaktorius potensial aksi saraf olfaktorius
ditransmisikan ke korteks serebri.
Bulbus olafaktoriustraktus olfaktoriusarea
olfaktorius primer (kortek serebri pada lobus
temporalis bagian inferior dan medial)area
olfaktorius medial dan area olfaktorius lateral.
a. Area olfaktorius medial.
Area ini terdiri atas sekumpulan nukleus yang
terletak pada anterior dari hipotalamus. Nukleus
pada area ini merupakan nukleus septal yang
kemudian berproyeksi ke hipotalamus dan sistem
limbik. Area ini berperan dalam ekspresi respons
primitif terhadap penghidu, seperti salivasi.
b. Area olfaktorius lateral.
Area ini terdiri atas korteks prepiriformis, korteks
piriformis, dan nukleus amygdala bagian korteks.
Dari area ini, sinyal diteruskan ke sistem limbik
dan hipokampus. Proyeksi tersebut berperan
dalam pembelajaran terhadap respon dari odoran
tertentu, seperti respon mual atau muntah
terhadap odoran yang tidak disukai.
KELAINAN PENGHIDU
Gangguan bersifat konduktif atau sensorineural.
Konduktif :
1. Inflamasi, seperti pada rinitis, alergi,
rinosinusitis
2. memblokade ruang nasal, seperti polip
hidung, papiloma, dan keganasan
3. Kelainan kongenital seperti: kista dermoid,
ensefalokel
4. Riwayat laringektomi atau trakeoktomi;
hilangnya atau penurunan aliran udara
yang menuju hidung dan melewati
membran olfaktorius.
KELAINAN PENGHIDU
Sensorineural
1. Inflamasi saraf olfaktorius; infeksi virus,
sarkoidosis, granulomatosis Wegener, dan
multiple sclerosis
2. Kelainan kongenital tidak terbentuknya jaras saraf
3. Gangguan endokrin
4. Trauma kepala
5. Obat-obatan berpengaruh pada saraf olfaktori,
seperti alkohol, nikotin, dan garam Zinc
6. Usia tua, penurunan jumlah sel mitral pada
bulbus olfaktorius
7. Penyakit degeneratif : penyakit Parkinson,
penyakit Alzheimer, dan lain-lain.
MACAM-MACAM KELAINAN PENGHIDU

HIPOSMIA : DAYA PENHIDU BERKURANG


ANOSMIA : DAYA PENGHIDU MENGHILANG
PAROSMIA : SENSASI PENGHIDU BERUBAH
KAKOSMIA : HALUSINASI PENGHIDU
ETIOLOGI
HIPOSMIA
Obstruksi hidung (rinitis alergi, rinitis vasomotor, rinitis
atropi, hipertropi konka, deviasi septum, polip, tumor)
Kelainan sistemis: diabetes, gagal ginjal, gagal fungsi
hati, pemakaian obat-obatan (antihistamin,
dekongestan, antibiotik, antimetabolit, anti-radang,
dan anti-tiroid)
ETIOLOGI
ANOSMIA
Trauma pada frontal dan oksipital
Infeksi virus pada n. Olfaktorius.
Tumor (osteoma, meningioma)
Proses degenerasi (orang tua)
ETIOLOGI
PAROSMIA
Karenan trauma

KAKOSMIA
Penderita epilepsi lobus temporalis, epilepsi
unsinatus.
Kelainan psikologis (rendah diri), kelainan
psikiatrik (depresi, psikosis).
PEMERIKSAAN
Anamnesis
Lama keluhan, hilang timbul/ terus menerus,
bilateral/unilateral.
Parosmia dan kakosmia: jelaskan baunya
bagaimana ? Adakah penyakit, trauma, dan
obat2an (macam obat, lama minum).
Adakah kelainan sensoris lain (pengecapan &
penglihatan).
Pemeriksaan Fisik
Rinoskopi anterior dan rinoskopi posterior : melihat
kelainan anatomi timbul sumbatan, kelainan
mukosa hidung, tanda2 infeksi, adanya tumor,
PEMERIKSAAN
Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Sederhana.
Pasien coba menghidu alkohol, kopi, minyak wangi &
skatol (faeses=tinja). Amoniak merangsang n.
Trigeminus & n. Olfaktorius.
Cara melakukan: menutup mata dan lubang hidung
yang tidak di tes. Letakkan bahan tes di depan mid
sternum, kira-kira 20-30 cm dari lubang hidung yang
diperiksa. Gerakkan perlahan bahan tes dari bawah
ke atas menuju lubang hidung. Tanyakan sensasi bau
apa yang dihidu. Catat hasil dan interpretasi.
2. Pemeriksaan foto sinus para nasal
3. Pemeriksaan laboratorium: gula darah, reduksi
urin dll.

Anda mungkin juga menyukai