1.1 Definisi
Syphilis merupakan infeksi yang disebabkan oleh bakteri bernama Treponema pallidum
yang bersifat akut dan kronis ditandai dengan lesi primer diikuti dengan erupsi sekunder pada
kulit dan selaput lendir kemudian masuk ke dalam periode laten diikuti dengan lesi pada
kulit, lesi pada tulang, saluran pencernaan, sistem saraf pusat dan sistem kardiovaskuler.
Syphilis ini juga dapat menular. Umumnya, infeksi ini menyebar melalui hubungan seksual
dengan orang yang terinfeksi. Selain melalui hubungan intim, bakteri penyebab syphilis juga
bisa menyebar melalui cairan tubuh penderitanya, misalnya melalui darah.
Menurut Centre of Disease Conrol (CDC) pada tahun 2010 mendefinisikan sifilis sebagai
penyakit sistemik yang disebabkan oleh Treponema pallidum. Berdasarkan temuan klinis,
penyakit dibagi ke dalam serangkaian kumpulan staging yang digunakan untuk membantu
dalam panduan pengobatan dan tindak lanjut. Sebagai hasil dari pelacakan kontak dan
pengobatan dini, kurang dari 150 kasus setahun sifilis primer atau sekunder terlihat di Inggris
dan wales pada tahun 1980an. Namun, sejak pertengahan tahun 1990an, prevalensinya terus
meningkat. Ini adalah tren di seluruh dunia dan penyakit ini, misalnya, menyebar luas di
eropa timur.
Lesi oral pada setiap tahap sifilis secara klinis sangat berbeda satu sama lain. Lesi mulut
baru-baru ini dilaporkan terjadi di Inggris namun beberapa diantaranya mungkin tidak
dikenali
Cawson’s essentials of oral pathology and oral medicine. Edisi kedelapan. Halaman 212
1.2 Etiologi
o Penyakit Syphylis ini dapat disebabkan oleh infeksi bakteri Treponema pallidum
o Sexual contact
o Lesi syphilis bisa berkembang pada external genitalia, the vagina, the anus, the
rectum, and the oral cavity
o Penularan sifilis juga bisa terjadi dari seorang wanita hamil
kepada bayi yang dikandungnya. Kondisi ini dikenal sebagai sifilis
kongenital. Dimana kematian bayi di dalam kandungan dapat
terjadi karena infeksi ini syphilis ini
Burket’s 12th ed, 543
1.3 Gambaran Klinis
1. Primary Syphilis
o Ditandai dengan chancre yang berkembang di inokulasi, chancre biasanya terjadi
3 – 90 hari seteleah paparan awal. A solitary firm, bulat, lesi granulomatosa
berkembang di tempat inokulasi dengan organisme menular.
o lesi dimulai sebagai papula kecil dan membesar membentuk erosi atau uleserasi
yang biasanya ditutupi oleh yellowish hemmorrhagic crust dan teems with T.
pallidum. Tanpa adanya rasa sakit
o Ditemukan pada alat kelamin 85% , rongga mulut 4% (lidah dan bibir), jari,
putting susu dan anus 10 % dan sisanya 1 % ditemukan di lokasi ekstragenital
lainnya
o Lesi oral terlihat paling sering pada bibir, mukosa bukal lidah, langit-langit,
gingiva, amandel.
o Bibir atas lebih sering terkena pada pria, sedangkan wnita dominan bibir bawah
2. Secondary Syphilis
o Pada Buku Neville dikatakan bahwa ditemukan secara klinis 4-10 minggu setelah
infeksi awal. Sedangkan pada buku Little and Falaces ditemukan pada 6 sampe 8
minggu.
o Lesi sifillis ini dapat terjadi sebelum lesi primer teratasi sepenuhnya
o Gejala sistemik yang sering muncul ialah limfadenopati tanpa rasa sakit, sakit
tenggorokan, tidak enak badan, sakit kepala, penurunan berat badan, demam
dan nyeri musculoskeletal.
o Manifestasi oral sifilis sekunder meliputi faringitis, lesi papular, erosi eritomatosa
atau putih keabu-abuan (musous patche), erosi linier tidak teratur, dan
pembesaran kelenjar parotis jarang terjadi
3. Latent Syphylis
o Gejala klinis tidak tampak, tetapi hasil pemeriksaan serologi untuk syphilis positif.
o Pada beberapa pasien yang tidak diobati, perkembangan sifilis tersier terjadi.
Neville BW., et al. Oral and Maxillofacial Pathology 4th Edition. WB Saunders Company.
Philadelphia. 2015 : 170-1
Little, Fallace, Miller, Rhodus. Dental Management in Medically Compromised Patient, 8thed,
Mosby, St Louis, 2013 : 203-5
4. Tertiary Syphilis
o Setelah tahap kedua, pasien memasuki periode di mana pasien bebas dari lesi
dan gejala, dikenal sebagai sifilis laten. Periode latensi ini bisa berlangsung dari 1
sampai 30 tahun; maka tahap ini akan berkembang sebagai tahap tertiary
syphilis dan berkembang kira-kira 30% individu yang terkena dampak.
o Dimana dapat berdampak pada :
Sistem Vaskular : Sistem vaskular bisa berpengaruh secara signifikan
melalui efek arteritis ,aneurisme aorta menaik, ventrikel kiri hipertrofi,
regurgitasi aorta, dan kegagalan jantung kongestif.
SPP menyebabkan tabes dorsalis, kelumpuhan, psikosis, demensia,
paresis, dan kematian.
MATA Iritis, Choroidoretinitis, and Argyll Robertson
Intraoral Saat palatum terlibat, ulserasi sering terjadi perforasi
sampai ke rongga hidung . Lidah tampak lesi yang diffus dengan
gummata dan tampak besar, lobus, dan bentuk tidak teratur .
Bentuk lobus ini disebut interstisial glossitis dan dianggap sebagai hasil
dari kontraktur otot lingual setelah penyembuhan dari gumma . Kondisi
Atrofi diffuse dan kehilangan papilla pada dorsum lidah disebut luetic
glossitis.
5. Congenital Syphillis
o Pada tahun 1858, Sir Jonathan Hutchinson menemukan perubahan pada sifilis
kongenital dan menentukan tiga diagnostik pathognomonic, yang dikenal
sebagai Hutchinson triad :
Hutchinson teeth
Ocular interstitial keratitis
Eighth nerve deafness
o Bayi yang terinfeksi sifilis dapat menunjukkan tanda dalam 2 sampai 3 minggu
kelahiran . Dapat ditemukan gangguan pertumbuhan, demam, ikterus, anemia,
hepatosplenomegali, rhinitis, rhagades (fisura kulit radial circumoral), dan
desquamative maculopapular, ulseratif, atau vesiculobullouserupsi kulit . Bayi
yang tidak diobati dan bertahan sering berkembang sifilis tersier apat mengalami
kerusakan pada tulang, gigi, mata, telinga, dan otak .
Neville. 170-3
(a) menunjukkan hiperplasia epitel papiler dan infiltrasi plasmacytic berat di jaringan ikat.
(b) menunjukkan eksocytosis intens dari neutrofil ke dalam epitel
(c) reaksi imunoperoksidase untuk Treponema pallidum yang menunjukkan banyak
spirochetes di epitel. (Gambaran histopatologi ini menggambarkan Secondary Syphilis)
Neville 173-174
1.5 Prosedur Diagnosis
o Collection of Information
Tahapan awal dapat mengumpulkan informasi diagnosis yang ada
Mencakup, ungkapan langsung dari pasien, pemeriksaan klinis, dan data informasi
tambahan, seperti tes laboratori
Mencakup, patient history, physical examination, adjunctive procedures,
kemudian, didapatkan dugaan/opini sementara.
o Evaluation of Information
Dokter gigi mencari hubungan antara ketiga data tersebut, kemudian dibandingkan
berdasarkan dari pengetahuan dokter gigi
Perbandingan ini dapat mendukung dugaan awal dokter gigi
Namun, perbandingan ini juga dapat menemukan ketidakakuratan sehingga
dugaan awal dari awal dari dokter gigi bisa saja salah
o Diagnosis decision
Dokter gigi merumuskan opini-opini yang didapatkan dari evaluasi sebelumnya
Setiap opini atau diagnosis: penjelasan untuk unsur status pasien yang paling
sesuai dengan informasi yang ada
informasi diagnostik dan evaluasinya diarahkan untuk mencapai opini atau
diagnosis definitif/tetap kondisi pasien, yang menjadi dasar keputusan perawatan
gigi.
Pendekatan diagnostik untuk masalah tertentu tergantung pada apakah itu
melibatkan penyakit sistemik, kondisi gigi, atau kelainan nondental dari mulut dan
struktur yang berdekatan.
o Reassessment
Tahap terakhir dari metode diagnosis yaitu reassessment , dimana dapat
dilakukkan penanganan yang tepat untuk dilakukan evaluasi ulang gejala pasien
dan pemeriksaan ulang daerah yang terkena pada beberapa jangka waktu setelah
perawatan dan dapat lanjut ke tahap pengujian hipotesis diagnosis klinis
Dari sini, dokter gigi dapat memprediksi respons kelainan setelah perawatan
dilakukan.
Jika diagnosa sudah benar, pengobatannya tepat, dan perawatannya dilakukan
dengan kompeten, maka respons kondisinya bisa diprediksi.
o Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang pada sifilis berupa pemeriksaan mikroskopis dan uji
serologis. Pemberian antibiotik untuk pengobatan berdasarkan stadium sifilis.
Antibiotik yang digunakan adalah antibiotik golongan penisilin, namun pada pasien
dengan alergi penisilin dapat menggunakan antibiotik golongan lain sebagai
alternative
Klausner JD, Hook EW. Cuurent Diagnosis & Treatment Sexually Transmitted Disease. New York: Mc
Graw Hill Companies, 2007
Department of Health and Human services Centers for Disease Control and prevention. Sexually
Transmitted Disease Treatment Guidelines, 2010
1.6 Diagnosis Dan Diagnosis Banding
Diagnosis untuk syphilis secara klinis dan mikroskopis dikatakan sebagai imitator,karena
menyerupai banyak kondisi kondisi lain.
o Dimana diagnosis definitive syphilis ini dapat dilihat berdasarkan tes laboratorium
dari gambaran klinisnya.
o Secara klinis, dan juga mikroskopis, sifilis dikatakan sebagai peniru atau mimicker
hebat karena kemiripannya dengan banyak kondisi lain yang tidak terkait. Ketika
muncul di dalam mulut, chancre mungkin bingung, dan harus dibedakan dari
karsinoma sel quamous, lesi traumatis kronis.
o Diagnosis banding sifilis sekunder mencakup banyak kondisi menular dan tidak
menular yang ditandai dengan letusan mukokutan. Palatal gummas, meski jarang
terlihat, tetapi memiliki tampilan klinis yang mirip dengan lesi destruktif limfoma NK /
T-sel
Glick Michael. Burket’s Oral Medicine. USA: People’s Medical Publishing House. 2015.p 544
1.8 Prognosis
o Jika pasien sudah diberikan pengobatan berupa antibiotik penisilin, harus diingat bahwa
T. Pallidum dapat lolos dari efek mematikan dari kerja antibiotik ketika organisme tsb
berada di dalam kelenjar getah bening. Oleh karena itu, terapi antibiotik mungkin tidak
selalu menghasilkan penyembuhan total pada pasien.
o Pasien imunosupresi, misalnya pasien AIDS terkadang tidak berhasil dengan diberikan
antibiotik standar, dan banyak penelitian menyebutkan bahwa bisa diberikan terapi
antibiotik tsb dengan dosis tunggal yang sesuai.
Neville. Oral and Maxillofacial Pathology 4th Ed. Pg : 170.