SYPHILIS
Pembimbing :
Letkol (CKM) dr. Susilowati, Sp.KK
Disusun Oleh :
Andi Reza Fatahillah
30101306871
SYPHILIS
Sifilis adalah infeksi bakteri kronis yang disebabkan oleh Treponema
pallidum yang endemik di negara-negara berpenghasilan rendah.
Tanpa pengobatan penyakit ini dapat berkembang selama
bertahun-tahun melalui serangkaian tahap klinis dan mengakibatkan
komplikasi neurologis atau kardiovaskular ireversibel. Meskipun sifilis
adalah penyakit kuno dan prinsip-prinsip penanganan yang
direkomendasikan telah dibentuk selama beberapa dekade, diagnosis
dan manajemen sering menantang karena beragam manifestasi dan
kesulitan dalam interpretasi tes serologi digunakan untuk diagnosis
dan mengevaluasi respon terhadap terapi.
Di Amerika Utara dan Eropa Barat, kejadian sifilis telah meningkat
secara dramatis dalam dekade terakhir antara laki-laki yang
berhubungan seks dengan laki-laki, terutama yang dengan infeksi
HIV secara bersamaan. Hanya satu obat, penisilin, direkomendasikan
untuk pengobatan dan respon terhadap terapi sifilis dinilai
berdasarkan perubahan selama ber bulan bulan dalam
titer tes serologi. Pengobatan untuk pasien yang tidak dapat
menerima penisilin dan penanganan pasien yang tidak merespon
pengobatan secara serologis adalah masalah klinis yang umum.
EPIDEMIOLOGI
• Seluruh dunia lebih dari 5 juta kasus baru sifilis didiagnosis setiap
tahun,
• program skrining antenatal telah mengurangi sifilis ibu dan bayi le
bih dari sepertiga, dan sifilis kongenital telah dieliminasi dalam set
idaknya satu bangsa (Kuba).
• Di negara penghasilan tinggi, sifilis ditularkan sebagian besar dala
m jaringan seksual dan sosial (>15-20% dari orang di USA didiagn
osis dengan sifilis).
• Sejak lama setelah pengakuan epidemi HIV, secara epidemiologis,
sifilis sangat erat kaitannhya dengan infeksi HIV.
• Sekitar 40 % dr diagnosis dg sifilis dini terinfeksi HIV
PATOGENESIS
Sifilis disebabkan oleh treponema pallidum, bakteri yang tumbuh per
lahan . t pallidum, subs pallidum erat terkait (>99% DNA homologi)
ke sphirochaetes patogen lainnya termasuk T pallidum subs partenue
, agen penyebab frambusia dan treponema caratium organisme yg
menyebabkan pinta. Tingginya tingkat homologi DNA antara
sub spesies telah memungkinkan menggunakan uji serologis sifilis
untuk diagnosis penyakit treponema non syphilitics seperti
frambusia. dimana didaerah kedua infeksi di temukan ini dapat meny
ebabkan pasien yg infeksi memiliki uji serologi yang reaktif.
Dengan pengecualian sifilis kongenital, sifilis menyebar terutama
melalui kontak lesi langsung, meskipun sebagian kecil dari infeksi ya
ng menyebar melalui perpindahan darah (misalnya, selama transfusi
darah langsung atau berbagi jarum selama penggunaan narkoba sun
tikan). Karena pertumbuhan organisme yang lambat, infeksi ini
memiliki masa inkubasi yang panjang, mengambil sekitar 3 minggu
dari waktu inokulasi untuk penampilan awal lesi (primer) di lokasi
inokulasi. Tidak seperti untuk infeksi menular seksual lainnya, ini
masa inkubasi yang panjang antara akuisisi penyakit dan pengemban
gan lesi menular menyediakan kesempatan untuk mengganggu sipili
s transmisi. Tanpa intervensi, organisme kemudian menyebarkan seca
ra luas melalui aliran darah dan SSP mana mungkin kemudian meng
hasilkan berbagai manifestasi klinis infeksi.
PRESENTASI KLINIS
Sifilis Primer
• Tukak dpt terjadi dimana saja didaerah geni
talia eksterna, 2-3 minggu stelah kontak
• Lesi awal biasanya berupa papul erosi
ulkus durum, teraba keras terdapat indurasi
, soliter, lesi usceratif clean based
• Bagian yang mengelilingi lesi meninggi dan
keras.
• Pada ♂ tempat yang sering dikenai :
• sulkus koronarius, penis distal pada ♀ di lab
ia minor dan mayor, rektum. Di ekstragenit
al: lidah, tonsil, anus, mulut, jari- jari , leher
• Pada ♂ selalu disertai pembesaran kelenjar
limfe inguinal medial unilateral/bilateral
Sifilis Sekunder (SII)
2. Pada sifilis dini hasil pemeriksaan lapangan gelap ditemukan T. pallidum, pada sifilis lanjut tidak dit
emukan.
3. Pada sifilis dini infeksi ulang dapat terjadi walau telah diberi pengobatan yang cukup, sedangkan pad
a sifilis lanjut sangat jarang.
4. Pada sifilis dini tidak bersifat destruktif, sedangkan pda sifilis lanjut destruktif
5. Pada sifilis dini hasil tes serologis selalu reaktif dengan titer tinggi, setelah diberi pengobatan yang a
dekuat akan berubah menjadi non reaktif atau titer rendah, sedangkan pada sifilis lanjut umumnya re
aktif, selalu dengan titer rendah dan sedikit atau hampir tidak ada perubahan setelah diberi pengobata
n. Titer yang tinggi pada sifilis lanjut dijumpai pada gumma dan paresis.
Sifilis tersier (S III)
• Pada semua jenis neurosifilis terjadi perubahan berupa endarteritis obliterans pada ujung pembuluh
darah disertai degenerasi parenkimatosa yg mungkin sudah atau belum menunjukkan gejala pada
saat pemeriksaan.
- Neurosifilis asimtomatik
- Guma.
Sifilis Kardiovaskuler
• Sifilis kardiovaskular bermanifestasi pada S III, dengan
masa laten 15-30 tahun
• Terdapat insufisiensi aorta atau aneurisma aorta torakal
es, berbentuk kantong pada aorta torakal.
• Bila ada insufisiensi aorta tanpa kelainan katup pada se
seorang yang setengah umur disertai pemeriksaan serol
ogis darah reaktif, pada tahap pertama harus diduga sifi
lis kardiovaskuler, sampai dapat dibuktikan lebih lanjut.
Pemeriksaan serologis umumnya reaktif.
Sifilis Kongenital
• Pada bayi terjadi, jika ibunya terk
ena sifilis, terutama sifilis dini seb
ab banyak T. pallidum beredar dal
am darah. treponema masuk secar
a hematogen ke janin melalui plas
enta yang sudah dapat terjadi pada
saat masa kehamilan 10 minggu.
• Terbagi sifilis kong. Dini, lanjut d
an stigmata
Kongenital dini
- 1 bulan sesudah :
• Kriteria sembuh, jika lesi telah menghilang, kelenjar getah bening tidak teraba lagi dan
V.D.R.L negatif.