Anda di halaman 1dari 39

REFERAT KASUS

SIFILIS
Pembimbing:
dr. Agnes Sri Widayati, Sp. KK

Penyusun:
Diva Zabrina Santoso (H3A021047)
DEFINISI
Penyakit infeksi menular seksual (IMS) yang disebabkan oleh Treponema
pallidum, sangat kronik dan bersifat sistemik. Penyakit ini dapat menyerang
seluruh organ tubuh, dapat menyerupai banyak penyakit, mempunyai masa laten,
dan dapat ditularkan dari ibu ke janin.
EPIDEMIOLOGI
Angka kejadian infeksi baru (insiden) diperkirakan 112 juta per tahun di seluruh
dunia, terutama di Afrika, Amerika Selatan, China, dan Asia Tenggara. Di Asia
Tenggara diperkirakan terjadi 4 juta infeksi baru per tahun. Di Indonesia
penderita yang terbanyak ialah sifilis stadium laten, disusul sifilis stadium I
yang jarang, dan yang langka ialah sifilis stadium II.
ETIOLOGI
Treponema pallidum merupakan ordo Spirochaetales, familia Spirochaetaceae
dan genus Treponema. Treponema pallidum berbentuk spiral, pipih, memanjang
seperti kumparan, bakteri gram negatif dengan panjang 6 - 15 µm, lebar 0,15
µm dengan diameter antara 0,09 - 0,18 µm.
KLASIFIKASI
o Sifilis Akuisita
o Sifilis Kongenital
SIFILIS AKUISITA

Secara klinis :
o Stadium I o Stadium II o Stadium III

Secara epidemiologik :

Stadium dini menular : Stadium lanjut tidak menular :


• Stadium I • Stadium Laten Lanjut
• Stadium II • Stadium III
• Stadium Rekuren
• Stadium Laten Dini
SIFILIS KONGENITAL

o Dini (sebelum 2 o Lanjut (setelah 2 o Stigmata


tahun) tahun)
PATOGENESIS
Tahap masuknya Treponema pallidum :
Stadium dini
• T. Pallidum masuk melalui mikrolesi atau selaput lendir – multiplikasi – timbul
infiltrat (limfosit dan sel plasma) papula.
• Reaksi radang tidak hanya terbatas pada tempat masuknya kuman tetapi juga di daerah
perivaskular.
• T. Pallidum terletak di antara endotelium kapiler dan sekitar jaringan perivaskular –
enarteritis pembuluh darah kecil – perubahan hipertrofik endotelium – obliterasi
lumen.
PATOGENESIS
Stadium I (S I) :
• Pendarahan – erosi (afek primer S I) – S I.
Stadium II (S II) :
• Kuman mencapai kelenjar getah bening regional secara limfogen dan membiak –
hematogen menyebar ke semua jaringan tubuh. Multiplikasi ini diikuti oleh reaksi
jaringan – S II.
PATOGENESIS
Stadium laten :
• Tidak disertai gejala, meskipun masih terdapat infeksi yang aktif ditandai dengan T.S.S
positif.
• Kadang-kadang bila imunitas gagal mengendalikan infeksi, timbul lesi seperti S I atau
S II (stadium rekuren).
• Stadium ini terjadi ≤ 2 tahun dan antibodi tetap ada dalam serum penderita (T.S.S
positif).
PATOGENESIS
Stadium lanjut :
• Terjadi perubahan keseimbangan antara treponema dan jaringan – S III berbentuk
guma – T. pallidum tidak ditemukan, tetapi reaksinya bersifat destruktif dan
berlangsung bertahun-tahun.
• T. pallidum dapat mencapai sistem kardiovaskular dan sistem saraf.
GEJALA KLINIS
• Stadium I (sifilis primer)
Masa tunas biasanya 2 – 4 minggu. Lesi awal berupa papul – erosi – ulkus durum. Ulkus
tersebut biasanya bulat, solitar, dasarnya adalah jaringan granulasi berwarna merah dan
bersih, di atasnya tampak serum, dindingnya tidak bergaung, indolen (tidak nyeri) dan
teraba indurasi. Pembesaran kelenjar getah bening regional.
GEJALA KLINIS
• Stadium II (sifilis sekunder)
Biasanya timbul setelah 6 – 8 minggu kemudian. Bersifat sistemik didahului gejala
prodomal seperti anoreksia, berat badan turun, malaise, nyeri kepala, demam subfebris dan
artralgia.
Kelainan kulit :
• Makula merah terang (roseola sifilitika) distribusi di seluruh tubuh tanpa rasa gatal.
• Papul dengan berbagai bentuk : papuloskuamosa, papul dengan susunan arsinar,
sirsinar, polisiklik, kondiloma lata, dll.
• Pustul (jarang terdapat).
GEJALA KLINIS
GEJALA KLINIS
GEJALA KLINIS
Kelainan mukosa :
• Angila sifilitika (makula eritematous difus dan berbatas tegas, nyeri telan, suara
parau).
• Mucous patch (papul eritematosa, permukaan datar).
GEJALA KLINIS
Kelainan kelenjar :
• Berupa pembesaran kelenjar dengan sifat S I dan mengenai seluruh kelenjar getah
bening.
GEJALA KLINIS
• Stadium laten dini
Tidak ada gejala klinis tetapi infeksi masih ada dan aktif. Tes serologik darah positif,
sedangkan tes likuor serebrospinalis negatif.
• Stadium rekuren
Relaps dapat terjadi secara klinis berupa kelainan kulit mirip S II, atau serologik yang
telah negatif menjadi positif. Hal ini terjadi pada sifilis yang tidak diobati atau tidak
mendapat pengobatan yang cukup.
GEJALA KLINIS
• Stadium laten lanjut
Biasanya tidak menular, diagnosis ditegakkan dengan pemeriksaan tes serologik.
• Stadium III (sifilis tersier)
Kelainan timbul 3 – 10 tahun sesudah S I. Kelainan yang khas adalah guma (infiltrat
sirkumsip, kronis, biasanya melunak dan destruktif). Dapat menyerang mukosa, tulang
dan organ dalam.
GEJALA KLINIS
• Sifilis kardiovaskular
Bermanifestasi pada S III dengan masa laten 15 – 30 tahun. Terjadi penebalan aorta yang
menyebabkan aneurisma. Diagnosis aneurisma aorta ditegakkan dengan X-ray, tes
serologik positif pada 80% kasus.
• Neurosifilis
Sebagan besar kasus tidak memberi gejala, setelah bertahun-tahun baru memberi gejala.
GEJALA KLINIS
Sifilis kongenital
• Pada bayi terjadi jika ibunya terkena sifilis, terutama sifilis stadium dini karena banyak
T. pallidum yang beredar dalam darah. Treponema masuk secara hematogen ke janin
melalui plasenta, yang sudah dapat terjadi pada saat masa kehamilan 10 minggu.
• Sifilis kongenital terbagi menjadi sifilis kongenital dini, sifilis kongenital lanjut dan
stigmata.
GEJALA KLINIS
Dini Lanjut Stigmata

• Bula bergerombol, • Umumnya terjadi antara • Lesi dini : saddle nose,


simetris pada telapak umur 7 – 15 tahun gigi hutchinson, ragades
tangan dan kaki • Guma yang khas di mulut • Lesi lanjut : kornea keruh,
(pemfigus sifilitika) dan hidung atrofi opticus, trias
• Ragades hutchinson (keratitis
• Kuku terlepas akibat interstisialis, gigi
papul di bawahnya hutchinson, kelumpuhan
(onikia sifilitika) N. VIII)
• Plaque muqueuses
pada mukoperiosteum –
rinitis – syphilitic snuffles
• Hepatomegali,
splenomegali
PEMERIKSAAN PENUNJANG
• Tes serologik untuk sifilis seperti VDRL, dan TPHA
• Pemeriksaan dengan mikroskop lapangan gelap untuk mencari Treponema pallidum
• Pemeriksaan cairan serebrospinal untuk mencari neurosifilis
• Pemeriksaan dengan x-ray untuk mencari sifilis kardiovaskular

Px Penunjang Sifilis primer Sifilis sekunder Sifilis laten

RPR / VDRL Dapat reaktif atau Reaktif, titer tinggi Reaktif


non reaktif
TPHA Reaktif Reaktif Reaktif
DIAGNOSIS BANDING
Sifilis stadium I :
• Herpes simpleks
Penyakit residif (kambuh setelah sembuh) dapat disertai rasa gatal atau nyeri, lesi berupa
vesikel eritematosa. Jika pecah tampak erosi.
• Balanitis
Kelainan berupa erosi superfisial pada glans penis disertai eritema, tanpa indurasi. Faktor
predisposisi : DM dan tidak disirkumsisi.
• Limfogranuloma venereum (L.G.V)
Afek primer dapat berupa papul, vesikel, pustul, ulkus dan biasa cepat hilang. Yang khas
adalah limfadenitis regional disertai demam, malaise dan artralgia. Penyebabnya adalah
Chlamydia trachomatis.
DIAGNOSIS BANDING
Sifilis stadium II :
• Drug eruption
Kelainan kulit dapat berupa eritema sehingga mirip roseala pada S II dan disertai gatal.
• Pitiriasis rosea
Kelainan kulit berupa bercak eritematosa di pinggir dengan skuama halus, berbentuk
lonjong, lentikular. Tidak disertai dengan limfadenitis generalisata.
• Psoriasis
Kelainan kulit berupa eritema dan skuama berlapis-lapis. Tidak disertai dengan
limfadenitis generalisata.
TATALAKSANA
• Early Syphilis (sifilis stadium dini), sifilis primer, sifilis sekunder :

1. Benzatin Penicillin G 2,4 juta unit IM single dose (pemberian dengan 2x injeksi
ditempat berbeda)
2. Aq. Penicillin Procaine G 1,2 juta unit IM sekali sehari selama 10 hari
3. Doxycycline 2 x I00 mg/hari oral selama 14 hari (alternative terapi pada alergi
penisilin tidak hamil)
4. Tetracycline 4 x 500 mg/hari oral selama 14 hari (alternative terapi pada alergi
penisilin tidak hamil)
5. Erythromycin 4 x 500 mg/hari oral selama 14 hari (alternative terapi pada alergi
penisilin hamil)
TATALAKSANA
• Late Syphilis (sifilis tersier)
1. Benzathine Penicillin G 2,4 juta unit IM satu minggu sekali selama 3 minggu
2. Doxycycline 2 x I00 mg/hari oral selama 4 minggu
3. TetracycIine 4 x 500 mg/hari oral selama 4 minggu
TATALAKSANA
• Latent Syphilis
1. Early latent syphilis: Benzathine Penicillin G 2,4 juta unit IM single dose
2. Late latent syphilis: Benzathine Penicillin G 2,4 juta unit IM satu minggu sekali
selama 3 minggu di hari ke 1, 8, 15
3. Bila alergi terhadap penicillin dapat diberikan:
o Doxycycline 2 x 100 mg/hari oral selama 4 minggu (tidak hamil)
o Tetracycline 4 x 500 mg/hari oral selama 4 minggu
o Erythromycin 4 x 500 mg/hari oral selama 4 minggu (hamil)
PROGNOSIS
• Prognosis sifilis baik sejak ditemukan penisilin. Jika sifilis tidak diobati, ¼ kasus akan
kambuh, 5% akan menjadi sifilis stadium tersier, 10% akan menjadi sifilis
kardiovaskular, neurosifilis pada pria 9% dan wanita 5%, dan 23% meninggal. Pada
sifilis stadium dini yang diobati, angka penyembuhan mencapai 95%.
BALANITIS
• Balanitis adalah peradangan pada glans penis.
• Etiologi dapat disebabkan oleh jamur candida albicans.
• Termasuk dalam klasifikasi kandidosis kutis dan selaput lendir genital.
• Faktor predisposisi adalah kontak seksual dengan pasangan yang menderita
vulvovaginitis, diabetes mellitus dan kondisi nonsirkumsisi.
• Lesi berupa erosi, pustula dengan dindingnya yang tipis, terdapat pada glans penis dan
sulkus koronarius glandis.
• Pemeriksaan penunjang : Tes KOH

Budding yeast forms and sausage like


pseudohypal forms.
Pemeriksaan Kualitatif
Pemeriksaan VDRL (+) konfirmasi dengan TPHA/TP-PA :
• Jika hasil TPHA non reaktif, dianggap positif palsu
• Jika hasil TPHA reaktif, dilanjutkan pemeriksaa kuantitatif untuk menentukan titer.
Pemeriksaan Kuantitatif

Pemeriksaan Penunjang VDRL

Titer < 1:4 (1:2 atau 1:4) Titer > 1:8

Sifilis laten lanjut Sifilis aktif atau sifilis laten


dini
TP-PA
• Pemeriksaan konfirmasi pengganti pemeriksaan TPHA.
• Prosedur pemeriksaan : aglutinasi pasif berdasarkan aglutinasi partikel gel yang
disensitisasi dengan antigen T. pallidum oleh antibodi serum pasien.
• Jika terdapat antibodi – anyaman aglutinasi partikel gel halus di dalam micro titer tray
well.
• Jika tidak terdapat antibodi – tonjolan padat tidak beraglutinasi.
EVALUASI
1 bulan sesudah pengobatan selesai, T.S.S. diulangi :
• Titer turun : tidak diberikan pengobatan lagi
• Titer naik : pengobatan ulang
• Titer menetap: tunggu 1 bulan lagi
• 1 bulan sesudah titer menetap :
a. Titer turun : tidak diberikan pengobatan
b. Titer naik : pengobatan ulang
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai