Anggota:
• Morfologi:
– Berbentuk spiral teratur
– Panjang: 10-14 um, lebarnya 0,1-0,2 um
– Memiliki membran sitoplasma, peptidoglikan yang tipis,
dan ruang periplasmik.
– Memiliki endoflagel: untuk melakukan gerakan rotasi
sepanjang aksis dan maju seperti gerakan pembuka botol.
– Memiliki mukopolisakarida “slime layer”: hambat antibodi
mengenali antigen.
• Habitat: obligat manusia
Berhubungan seksual dengan penderita Sifilis
↓
T. pallidum masuk melalui mikrolesi pada kulit
↓
T. Pallidum penetrasi melalui mukosa
↓
T. Pallidum melekat pada komponen matriks ekstraseluler
↓
T. Pallidum multiplikasi di tempat inokulasi
↓
Reaksi jaringan
↓
Pembentukan infiltrat (limfosit, sel plasma, T.pallidum, sel radang)
↓
Endarteritis → papula lentikuler
Sifilis Sekunder
Klasifikasi (King dan Holmes)
1. Sifilis stadium primer
2. Sifilis stadium sekunder
3. Sifilis stadium laten
- laten dini
- laten lanjut
4. Sifilis stadium tersier
Sifilis Primer
Endarteritis
↓
Hipertrofi endotelium
↓
Endarteritis obliterans
Pembesaran KGB ↓
Inguinal medialis Erosi
↓
Limfogen Hematogen
(1 minggu) Ulkus bergaung (primer afek)
Sembuh spontan
(2-3 minggu)
GEJALA KLINIS SIFILIS PRIMER
• Ulkus (chancre) pada genitalia eksterna sekitar 14–21
hari setelah kontak.
• Pria: sulkus korona, frenulum, preputium (fenomena
Dory Flop)
• Wanita: vagina dan serviks
• Pria & Wanita: bibir, lidah, tonsil, puting susu, jari dan
anus
GEJALA KLINIS SIFILIS PRIMER
• Masa inkubasi: 9-90 hari
• Ulkus durum yang bersifat soliter, dasar bersih, ,
indurasi (+), indolen (+), menetap 2-6 minggu,
Pembesaran KGB inguinal
• Ulkus menetap 2-6 minggu, lalu sembuh spontan
dalam 4-6 minggu, dapat sembuh spontan.
• Ditemukan T. pallidum pada pemeriksaan lapangan
gelap.
• Tes serologis untuk sifilis (TSS): reaktif (TPHA dan
VDRL)
Ulkus dengan tepi lesi meninggi yang Classic “Hunterian” Chancre dengan tepi
mengalami indurasi dan dasar lesi yang bersih meninggi dan indurasi, disertai dengan dasar
lesi yang hemoragik nekrotik.
Sifilis Sekunder
Ulkus durum
↓
Hematogen Limfogen
Laten dini
hematogen
Laten lanjut
asimptomatik
Dementia paralitik
meningitis meningomielitis
SIFILIS KARDIOVASKULER
• Bermanifestasi pada S III (masa laten 15-30 tahun)
• Umumnya mengenai usia 40-50 tahun.
• Insidens pada pria lebih banyak tiga kali daripada wanita.
• Pada dinding aorta infiltrasi perivaskuler (terdiri atas sel
limfosit dan sel plasma).
• Endarteritis akan menyebabkan iskemia. Lapisan intima dan
media juga dirusak pelebaran aorta aneurisma.
Sifilis Kardiovaskuler
Endarteritis obliterans
LVH
SIFILIS BENIGNA LANJUT
• Jarang menyebabkan kematian kecuali bila
menyerang jaringan otak.
• Lesi yang penting pada sifilis benigna lanjut ialah
gumma.
• Gumma mungkin terjadi akibat reaksi
hipersensitivitas infeksi Treponema.
• Lokasi paling sering ialah kulit, tulang, hati,
meskipun hampir semua organ dapat diserang.
• Lesi pada kulit biasanya tunggal atau multipel,
membentuk lingkaran atau setengah lingkaran,
destruktif dan bersifat kronis.
• Terjadi penyembuhan di bagian sentral dan meluas
ke perifer.
• Lesi tulang periostitis disertai kerusakan tulang.
• Gejala khas edema dan nyeri. Lokasi terutama
pada tulang kepala, tibia dan klavikula.
• Pemeriksaan serologis reaktif dengan titer tinggi.
Neurosifilis
meningitis meningomielitis
Infiltrasi perivaskuler
fibrosis
mukokutan
Destruksi mata Vaskulitis
tulang rawan sifilis
rhinitis Lesi makulopapular
Keratitis
Tulang panjang, Perforasi
interstisial
snuffles metafisis, septum hidung
diafisis
Saddle nose
periostitis
PEMERIKSAAN PENUNJANG
PEMERIKSAAN LANGSUNG
1.Pemeriksaan lapangan gelap dengan bahan
pemeriksaan dari bagian dalam lesi, untuk
menemukan T. pallidum
Hasil: T. pallidum berbentuk ramping, gerakan
lambat, dan angulasi.
2. Mikroskopis fluoresensi
Tidak rutin dilakukan
PEMERIKSAAN DARK FIELD
2. PEMERIKSAAN TIDAK LANGSUNG
a. Tes yang menentukan antibodi nonspesifik (non-
treponema)
• Tes fiksasi komplemen: Tes Wasserman
• Tes flokulasi: Tes Kahn, Tes VDRL (Venereal Diseases
Research Laboratory), Tes RPR (Rapid Plasma Reagin)
b. Antibodi terhadap kelompok antigen yaitu tes RPCF
(Reiter Protein Complement Fixation)
• Tes RPCF sering digunakan untuk tes screening
karena biayanya murah.
c. Yang menetukan antibody spesifik yaitu :
• Tes imobilisasi : TPI (Treponemal pallidum
Imobilization Test)
• Tes hemoglutisasi: TPHA (Treponemal palidum
Haemoglutination Assay)
Antigen Treponema pallidum
Ada 3 macam antigen
• Protein yang tidak tahan panas
• Polisakarida yang tahan panas
• Antigen lipoid yang serupa dengan yang ada di
kardiolipin
Pemeriksaan Non Treponema
• Digunakan untuk:
– Mendeteksi antibodi terhadap bahan-bahan lipid
sel T.pallidum
– mendeteksi infeksi/reinfeksi yang bersifat aktif
– Memantau keberhasilan terapi
• Tidak spesifik namun sensitif
Pemeriksaan Spesifik Treponema
• Mendeteksi antibodi yang spesifik treponema
• Menunjukkan hasil positif/reaktif seumur
hidup walaupun terapi sifilis berhasil
• Menunjukkan bahwa seseorang pernah
terinfeksi treponema
Alur Tes Serologis
Interpretasi Hasil Serologis
PENATALAKSANAAN
Sifilis Obat yang dianjurkan Obat pilihan lain Alergi penisilin Pemantauan serologik
Sifilis primer Benzatin – benzilpenisilin Penisilin – Prokain injeksi Doksisiklin 2x100 mg/hari, Pada bulan I, III, VI,
2,4 juta IU, dosis tunggal, IM 600.000 U/hari selama per oral, selama 30 hari dan XII dan setiap 6
injeksi intramuskular 10 hari ATAU bulan pada tahun
Eritromisin 4x500 mg/hari kedua.
selama 30 hari
ATAU
Tetrasiklin 4x500 mg/hari
selama 30 hari
Sifilis Sekunder Benzatin – benzilpenisilin Penisilin – Prokain injeksi Doksisiklin 2x100 mg/hari,
2,4 juta IU, dosis tunggal, IM 600.000 U/hari selama per oral, selama 30 hari
injeksi intramuskular 10 hari ATAU
Eritromisin 4x500 mg/hari
selama 30 harI
ATAU
Tetrasiklin 4x500 mg/hari
selama 30 hari