Anda di halaman 1dari 50

SIFILIS

Preseptor: Dian Mardianti, dr., Sp.KK-FINSDV


Kelompok LVIII-E dan LVII-A

Anggota:

Dina Madina Nabawi S (4151171555)


Reinata Digjaya (4151171557)
Maria Ulfah (4151181476) Irfanugraha Triputra
I (4151181489) Jovy Yudha Tamba (4151181498)
DEFINISI
Sifilis merupakan suatu IMS yang disebabkan oleh
Treponema pallidum dan dapat pula secara non IMS,
yaitu dari ibu hamil ke anaknya. Nama lain sifilis adalah
Lues veneral, Lues, atau Raja Singa.
EPIDEMIOLOGI
• Insiden sifilis di berbagai negara seluruh dunia pada
tahun 1996 berkisar 0,04 dan 0,52 %. Insidensinya
terendah di Cina, sedangkan yang tertinggi di
Amerika selatan.
• Di Indonesia insidensinya 0,61 %.
ETIOLOGI
Treponema pallidum
Treponema pallidum

• Morfologi:
– Berbentuk spiral teratur
– Panjang: 10-14 um, lebarnya 0,1-0,2 um
– Memiliki membran sitoplasma, peptidoglikan yang tipis,
dan ruang periplasmik.
– Memiliki endoflagel: untuk melakukan gerakan rotasi
sepanjang aksis dan maju seperti gerakan pembuka botol.
– Memiliki mukopolisakarida “slime layer”: hambat antibodi
mengenali antigen.
• Habitat: obligat manusia
Berhubungan seksual dengan penderita Sifilis

T. pallidum masuk melalui mikrolesi pada kulit

T. Pallidum penetrasi melalui mukosa

T. Pallidum melekat pada komponen matriks ekstraseluler

T. Pallidum multiplikasi di tempat inokulasi

Reaksi jaringan

Pembentukan infiltrat (limfosit, sel plasma, T.pallidum, sel radang)

Endarteritis → papula lentikuler

Sifilis Primer Sifilis Laten Dini Sifilis Tersier

Sifilis Sekunder
Klasifikasi (King dan Holmes)
1. Sifilis stadium primer
2. Sifilis stadium sekunder
3. Sifilis stadium laten
- laten dini
- laten lanjut
4. Sifilis stadium tersier
Sifilis Primer
Endarteritis

Hipertrofi endotelium

Endarteritis obliterans

Gangguan vaskularisasi T.pallidum undulasi sisi ke sisi

Pembesaran KGB ↓
Inguinal medialis Erosi

Limfogen Hematogen
(1 minggu) Ulkus bergaung (primer afek)

Sembuh spontan
(2-3 minggu)
GEJALA KLINIS SIFILIS PRIMER
• Ulkus (chancre) pada genitalia eksterna sekitar 14–21
hari setelah kontak.
• Pria: sulkus korona, frenulum, preputium (fenomena
Dory Flop)
• Wanita: vagina dan serviks
• Pria & Wanita: bibir, lidah, tonsil, puting susu, jari dan
anus
GEJALA KLINIS SIFILIS PRIMER
• Masa inkubasi: 9-90 hari
• Ulkus durum yang bersifat soliter, dasar bersih, ,
indurasi (+), indolen (+), menetap 2-6 minggu,
Pembesaran KGB inguinal
• Ulkus menetap 2-6 minggu, lalu sembuh spontan
dalam 4-6 minggu, dapat sembuh spontan.
• Ditemukan T. pallidum pada pemeriksaan lapangan
gelap.
• Tes serologis untuk sifilis (TSS): reaktif (TPHA dan
VDRL)
Ulkus dengan tepi lesi meninggi yang Classic “Hunterian” Chancre dengan tepi
mengalami indurasi dan dasar lesi yang bersih meninggi dan indurasi, disertai dengan dasar
lesi yang hemoragik nekrotik.
Sifilis Sekunder
Ulkus durum

Hematogen Limfogen

Kulit Rambut Limfadenopati


generalisata
(primer
kompleks)
Tubuh dan ekstremitas Daerah lipatan Mouth-
eaten
alopecia

Psoriasis Corona Kondiloma


Roseola
sifilitika sifilitika veneris lata
GEJALA KLINIS SIFILIS SEKUNDER
• Masa inkubasi: 6 minggu-6 bulan
• Sifilis sekunder 80% adalah lanjutan dari sifilis primer
• Ruam pada kulit dan selaput lendir berupa rosiola
sifilitika, psoriasis sifilitika, dan corona veneris.
• Lesi kulit biasanya simetris, berupa makula, papul,
folikulitis, papuloskuamosa, dan pustula. Keluhan
jarang disertai gatal.
• Tes serologi VDRL dan TPHA: reaktif
Karakteristik sifilis sekunder pada tangan (A) dan
kaki (B) Lesi palmo plantar dapat berupa makula
atau papula, batas jelas atau tidak jelas, scaly,
atau hiperkeratotik (syphilitic horn).

Sifilis yang menunjukkan kombinasi


makula eritem dan papula coppery.
Mouth Eaten Alopecia
SIFILIS LATEN
Endarteritis

Laten dini
hematogen
Laten lanjut
asimptomatik

Tes serologi tetap


reaktif
SIFILIS LATEN
• Sifilis laten dibagi menjadi laten dini dan laten lanjut.
• Merupakan stadium sifilis tanpa gejala klinis, akan tetapi
pemeriksaan serologis reaktif (TPHA dan VDRL)
– Laten dini: tinggi namun dibawah sedikit dari primer dan sekunder
– Laten lanjut: lebih rendah dari laten dini
• Perjalanan penyakit sifilis selalu melalui tingkat laten, selama
bertahun-tahun atau seumur hidup
• Sifilis laten dapat berjalan menjadi sifilis tersier, berbentuk
gumma, kelainan susunan syaraf pusat dan kardiovaskuler
• Masa inkubasi tidak diketahui.
• Infeksi yang telah berjalan lebih dari 4 tahun sangat
jarang menular, kecuali pada wanita hamil yang tidak
diberi pengobatan, kemungkinan dapat menularkan
sifilis ke bayi yang dikandungnya.
Sifilis Laten Lanjut
• Lesi sifilis lanjut berupa endarteritis obliterans pada
bagian ujung arteriol dan pembuluh darah kecil yang
menyebabkan peradangan dan nekrosis.

Perbedaan karakteristik sifilis dini dan lanjut adalah sebagai


berikut :
• Pada sifilis dini bersifat infeksius, pada sifilis lanjut tidak,
kecuali kemungkinan pada wanita hamil
• Pada sifilis dini hasil pemeriksaan lapang gelap
ditemukan T.pallidum, pada sifilis lanjut tidak ditemukan.
• Pada sifilis dini infeksi ulang dapat terjadi walau telah diberi
pengobatan yang cukup, sedangkan pada sifilis lanjut sangat
jarang.
• Pada sifilis dini tidak bersifat destruktif, sedangkan pada sifilis
lanjut bersifat destruktif.
• Pada sifilis dini hasil tes serologis selalu reaktif dengan titer
tinggi, setelah diberi pengobatan yang adekuat akan berubah
menjadi non reaktif atau titer rendah, sedangkan pada sifilis
lanjut umumnya reaktif, selalu dengan titer rendah dan sedikit
atau tidak ada perubahan setelah diberi pengobatan. Titer
yang tinggi pada sifilis lanjut dijumpai pada gumma dan
paresis.
• Sifilis lanjut yang tidak diobati menunjukan gejala
dan tanda mulai dari yang tidak jelas sampai dengan
kerusakan hebat pada salah satu organ tubuh.
• Umumnya yang paling sering terjadi sifilis lanjut,
ialah latensi, simptomatik neurosifilis, sifilis benigna
lanjut dan sifilis kardiovaskuler
Sifilis Tersier
Endarteritis obliterans pd ujung arteriol dan PD kecil

Sifilis benigna Sifilis
Neurosifilis kardiovaskuler
lanjut
Sifilis Sifilis parenkim
meningovaskular

Dementia paralitik

meningitis meningomielitis
SIFILIS KARDIOVASKULER
• Bermanifestasi pada S III (masa laten 15-30 tahun)
• Umumnya mengenai usia 40-50 tahun.
• Insidens pada pria lebih banyak tiga kali daripada wanita.
• Pada dinding aorta  infiltrasi perivaskuler (terdiri atas sel
limfosit dan sel plasma).
• Endarteritis akan menyebabkan iskemia. Lapisan intima dan
media juga dirusak  pelebaran aorta  aneurisma.
Sifilis Kardiovaskuler
Endarteritis obliterans

Aortitis Lapisan intima dan


media aorta rusak

Katup rusak Iskemia a.


koronaria Pelebaran aorta

Darah kembali Infark miokard Aneurisma aorta


mengalir pada
ventrikel kiri

LVH
SIFILIS BENIGNA LANJUT
• Jarang menyebabkan kematian kecuali bila
menyerang jaringan otak.
• Lesi yang penting pada sifilis benigna lanjut ialah
gumma.
• Gumma mungkin terjadi akibat reaksi
hipersensitivitas infeksi Treponema.
• Lokasi paling sering ialah kulit, tulang, hati,
meskipun hampir semua organ dapat diserang.
• Lesi pada kulit biasanya tunggal atau multipel,
membentuk lingkaran atau setengah lingkaran,
destruktif dan bersifat kronis.
• Terjadi penyembuhan di bagian sentral dan meluas
ke perifer.
• Lesi tulang  periostitis disertai kerusakan tulang.
• Gejala khas  edema dan nyeri. Lokasi terutama
pada tulang kepala, tibia dan klavikula.
• Pemeriksaan serologis  reaktif dengan titer tinggi.
Neurosifilis

Sifilis benigna Sifilis Sifilis parenkim


lanjut meningovaskular
Dementia paralitik

meningitis meningomielitis

Inflamasi vaskuler dan perivaskuler

Infiltrasi perivaskuler

fibrosis

Lumen mengecil Gangguan vaskular


NEUROSIFILIS
• Akibat pengobatan sifilis dengan penisilin jarang
ditemukan neurosifilis.
• Lebih sering terjadi pada orang berkulit putih
daripada orang kulit berwarna, juga lebih sering
terjadi pada pria daripada wanita.
• Infeksi terjadi pada stadium dini. Sebagian besar kasus
tidak memberi gejala, setelah bertahun-tahun baru
memberi gejala.
• Pada sejumlah 20-37% kasus terdapat kelainan pada
likuor serebrospinalis, sebagian kecil di antaranya
dengan kelainan meningeal.
SIFILIS MENINGOVASKULER
• Terjadi inflamasi vaskuler dan perivaskuler.
• Pembuluh darah di otak dan medula spinalis 
endarteritis proliferatif dan infiltrasi perivaskuler
berupa limfosit, sel plasma dan fibroblas.
• Pembentukan jaringan fibrotik  fibrosis
perdarahannya berkurang akibat mengecilnya
lumen.
• Selain itu  trombosis akibat nekrosis jaringan
karena terbentuknya guma kecil multipel.
SIFILIS MENINGOVASKULER (2)
• Bentuk ini terjadi beberapa bulan hingga 5 tahun sejak S I.
• Gejalanya  bergantung pada letak lesi.
• Gejala yang sering terdapat ialah: nyeri kepala, konvulsi fokal,
atau umum, papil nervus optikus sembab, gangguan mental,
gejala-gejala meningitis basalis dengan kelumpuhan saraf-
saraf otak, atrofi nervus optikus, gangguan hipotalamus,
gangguan piramidal, gangguan miksi dan defekasi, stupor
atau koma.
• Bentuk yang sering dijumpai ialah endaerteritis sifilitika
dengan hemiparesis karena penyumbatan arteri otak.
SIFILIS PARENKIM
• Termasuk golongan ini ialah tabes dorsalis dan demensia
paralitika.
• Tabes dorsalis
– Timbulnya antara 8-12 tahun setelah infeksi pertama.
– Kira-kira seperempat kasus neurosifilis berupa tabes dorsalis.
– Kerusakan terutama pada radiks posterior dan funikulus
dorsalis daerah torako-lumbalis. Selain nervus optikus, nervus
trigeminus dan nervus oktavus.
– Gejala klinis  gangguan sensibilitas berupa ataksia,
arefleksia, gangguan visus, gangguan rasa nyeri pada kulit dan
jaringan dalam. Gejala lain ialah retensi dan inkontinensia
urine. Gejala tersebut terjadi berangsur-angsur terutama
akibat demielinisasi dan degenerasi funikulus dorsalis.
SIFILIS PARENKIM
• Demensia paralitika
– biasanya timbul 8-10 tahun sejak infeksi primer, umumnya pada
umur antara 30 sampai 50 tahun. Sejumlah 10-15% dari seluruh
kasus neurosifilis berupa demensia paralitika.
– Prosesnya  meningoensefalitis yang terutama mengenai otak,
ganglia basal, dan daerah sekitar ventrikel ketiga  lambat laun 
atrofi pada korteks dan substansi alba  korteks menipis 
hidrosefalus.
– Gejala klinis utama  demensia yang terjadi berangsur-angsur dan
progresif  mula-mula terjadi kemunduran intelektual, kemudian
kehilangan dekorum, bersikap apatis, euforia, waham megaloman
dan dapat terjadi depresif atau maniakal.
– Gejala lain di antaranya ialah disartria, kejang-kejang umum atau
fokal, muka topeng, dan tremor terutama otot-otot muka. Lambat
laun terjadi kelemahan, ataksia, gejala-gejala piramidal,
inkontinensia urine dan akhirnya meninggal.
GUMA
• Umumnya terdapat pada meninges, rupanya terjadi
akibat perluasan dari tulang tengkorak.
• Jika membesar akan menyerang dan menekan
parenkim otak.
• Guma dapat solitar atau multipel pada verteks atau
dasar otak.
• Keluhannya nyeri kepala, mual, muntah, dan dapat
terjadi konvulsi dan gangguan visus.
• Gejalanya berupa udem papil akibat peninggian
tekanan intrakranial, paralisis nervus kranial atau
hemiplegia.
DIAGNOSIS BANDING
Diagnosis banding sifilis stadium I :
• Herpes simpleks
• Ulkus piogenik
• Skabies
• Balanitis
• Limfogranuloma venereum (L.G.V)
• Ulkus mixtum
Stadium II :
Pada kulit:
– Erupsi alergi obat
– Morbili
– Pitiriasis rosea
– Psoriasis
• Pada rambut:
– Dermatitis seboroik
– Mouth-eaten alopecia
Stadium Tersier:
– Sporotrikosis dan aktinomikosis
– Tuberkulosis kutis gumosa
Sifilis Kongenital

Sifilis Kongenital Dini Sifilis Kongenital Lanjut

mukokutan
Destruksi mata Vaskulitis
tulang rawan sifilis
rhinitis Lesi makulopapular
Keratitis
Tulang panjang, Perforasi
interstisial
snuffles metafisis, septum hidung
diafisis
Saddle nose
periostitis
PEMERIKSAAN PENUNJANG
PEMERIKSAAN LANGSUNG
1.Pemeriksaan lapangan gelap dengan bahan
pemeriksaan dari bagian dalam lesi, untuk
menemukan T. pallidum
Hasil: T. pallidum berbentuk ramping, gerakan
lambat, dan angulasi.
2. Mikroskopis fluoresensi
Tidak rutin dilakukan
PEMERIKSAAN DARK FIELD
2. PEMERIKSAAN TIDAK LANGSUNG
a. Tes yang menentukan antibodi nonspesifik (non-
treponema)
• Tes fiksasi komplemen: Tes Wasserman
• Tes flokulasi: Tes Kahn, Tes VDRL (Venereal Diseases
Research Laboratory), Tes RPR (Rapid Plasma Reagin)
b. Antibodi terhadap kelompok antigen yaitu tes RPCF
(Reiter Protein Complement Fixation)
• Tes RPCF sering digunakan untuk tes screening
karena biayanya murah.
c. Yang menetukan antibody spesifik yaitu :
• Tes imobilisasi : TPI (Treponemal pallidum
Imobilization Test)
• Tes hemoglutisasi: TPHA (Treponemal palidum
Haemoglutination Assay)
Antigen Treponema pallidum
Ada 3 macam antigen
• Protein yang tidak tahan panas
• Polisakarida yang tahan panas
• Antigen lipoid yang serupa dengan yang ada di
kardiolipin
Pemeriksaan Non Treponema
• Digunakan untuk:
– Mendeteksi antibodi terhadap bahan-bahan lipid
sel T.pallidum
– mendeteksi infeksi/reinfeksi yang bersifat aktif
– Memantau keberhasilan terapi
• Tidak spesifik namun sensitif
Pemeriksaan Spesifik Treponema
• Mendeteksi antibodi yang spesifik treponema
• Menunjukkan hasil positif/reaktif seumur
hidup walaupun terapi sifilis berhasil
• Menunjukkan bahwa seseorang pernah
terinfeksi treponema
Alur Tes Serologis
Interpretasi Hasil Serologis
PENATALAKSANAAN
Sifilis Obat yang dianjurkan Obat pilihan lain Alergi penisilin Pemantauan serologik

Sifilis primer Benzatin – benzilpenisilin Penisilin – Prokain injeksi Doksisiklin 2x100 mg/hari, Pada bulan I, III, VI,
2,4 juta IU, dosis tunggal, IM 600.000 U/hari selama per oral, selama 30 hari dan XII dan setiap 6
injeksi intramuskular 10 hari ATAU bulan pada tahun
Eritromisin 4x500 mg/hari kedua.
selama 30 hari
ATAU
Tetrasiklin 4x500 mg/hari
selama 30 hari

Sifilis Sekunder Benzatin – benzilpenisilin Penisilin – Prokain injeksi Doksisiklin 2x100 mg/hari,  
2,4 juta IU, dosis tunggal, IM 600.000 U/hari selama per oral, selama 30 hari
injeksi intramuskular 10 hari ATAU
Eritromisin 4x500 mg/hari
selama 30 harI
ATAU
Tetrasiklin 4x500 mg/hari
selama 30 hari

Sifilis laten Benzatin-benzilpenisilin 2,4      


juta IU, injeksi
intramuskular 1x seminggu
selama 3 minggu
Sifilis S III Benzatin-benzilpenisilin 2,4      
juta IU, injeksi
intramuskular 1x seminggu
selama 4 minggu
TINDAK LANJUT PENGOBATAN

• Evaluasi TSS (VDRL) dilakukan sebagai berikut:


1 bulan setelah pengobatan selesai, TSS diulangi:
a. titer ↓: tidak diberikan pengobatan lagi
b. titer ↑: pengobatan ulang
c. titer menetap tunggu satu bulan lagi
1 bulan setelah c:
-titer ↓: tidak diberikan pengobatan lagi
-titer ↑ atau tetap: pengobatan ulang.
KRITERIA SEMBUH
• Lesi telah menghilang
• kelenjar getah bening tidak teraba lagi
• RPR/VDRL negatif.
PROGNOSIS
• Penyembuhan berarti sembuh klinis seumur
hidup, tidak menular ke orang lain.
• Jika sifilis tidak diobati maka hampir
seperempatnya akan kambuh, 5% akan
mendapatkan S III, 10% mengalami sifilis
kardiovaskular, neurosifilis pada pria 9% dan
pada wanita 5%, dan 23% meninggal. Pada sifilis
yang diobati, angka penyembuhan mencapai
95%. Kelainan kulit akan sembuh dalam 7-14
hari.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai