Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah melimpahkan rahmat dan anugerah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah dari tutorial Mengapa tiba-tiba demam dan sariawan ?. Pada
kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada drg. Irnamanda DH, M.Si
yang membimbing kami dalam tutorial dan penyusunan makalah ini. Makalah ini
disajikan dengan bahasa yang singkat dan mudah dimengerti. Makalah ini diawali
dengan bab 1 yaitu pendahuluan yang berisi skenario dan analisis masalah Mengapa
tiba-tiba demam dan sariawan ?, bab 2 yaitu menjawab sasaran belajar yang
ada pada tutorial pertama, dan bab 3 merupakan bagian penutup yang berupa
kesimpulan dan saran. Makalah ini juga dilengkapi dengan daftar pustaka yang
menjelaskan sumber dan referensi bahan dalam penyusunan makalah ini. Kami sangat
menyadari tentunya makalah ini belum sempurna. Kami mengharap kritik dan saran
yang bersifat membangun, semoga pada penulisan selanjutnya akan lebih baik. Akhir
kata, kami berharap makalah tutorial kami ini dapat memberi manfaat bagi kita semua.
Amin.
Tim Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................
DAFTAR ISI..................................................................................................
BAB I
BAB II
BAB III
PENDAHULUAN
1.1
Skenario...........................................................................
1.2
Identifikasi Masalah.........................................................
1.3
Klarifikasi Masalah..........................................................
1.4
Problem Tree....................................................................
1.5
Sasaran Belajar................................................................
PEMBAHASAN
2.1
.........................................................................................
2.2
.........................................................................................
2.3
.........................................................................................
2.4
.........................................................................................
2.5
.........................................................................................
2.6
.........................................................................................
PENUTUP
3.1
Kesimpulan......................................................................
3.2
Saran................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Skenario
7. Anak-anak lebih rentan terhadap penyakit dikarnakan imun yang tidak sempurna
8. Meningitis
9. Perlu, yaitu kultur jaringan untuk memastikan penyakit
10. S=anak-anak 10 tahun, tidak bisa makan
O=lesi pada telapak tangan,kaki, dan mulut
A=HFMD
P=imun yang rendah diberi obat sedangkan imun yang tinggi bisa sembuh
sendiri
11. Imun rendah di beri obat sedangkan imun yang tinggi bisa sembuh sendiri
12. Virus bisa menular lewat cairan seperti saliva,sputum,dan faces
13. SB
14. Menjauhkan barang-barang yang tertular dan mengonsumsi makanan yang
sempurna
HM
M
F
D
D
E
F
I
N
I
S
I
E L A L U I C A I R A N = U L S E R ,V E S I K U L A ,D E M A M 3
H A R I ,V E S I K U L A D I T E L A P A K T A N G A N D A N
K A K I, U L S E R M U L T IP L E
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
pada mulut dan eksantema berbentuk vesikel pada ekstremitas bagian distal
disertai dengan gejala konstitusi yang ringan dan biasanya bersifat swasirna.Anakanak kurang dari 10 tahun paling banyak terkena penyakit ini dan wabah dapat
terjadi di antara anggota keluarga dan kontak erat. Sanitasi yang jelek, status
ekonomi yang rendah dan kondisi tempat tinggal yang padat sangat mendukung
dalam penyebaran infeksi ini (Christine dkk, 2010).
2.2
kelompok
dapat
menyebabkan
penyakit
yang paling sering pada pasien rawat jalan adalah Coxsackievirus A16,
sedangkan yang memerlukan perawatan karena keadaannya lebih berat atau
timbul komplikasi sampai menyebabkan pasien meninggal disebabkan oleh
Enterovirus 71 (WHO, 2011).
Coxsackievirus A16 memiliki ukuran partikel27nm virion RNA
messenger 31% RNA divirion bersifat stabil dalam pH asam (pH 3,0-5,0)
selama 1-3 jam komposisi RNA: A=30%, U=24%, G=23%, C=23% memiliki
berat jenis apung kira-kira 1,34 gram /ml dalam CsCl. Sifat antigen dari
Coxsackievirus yaitu sekurang kurangnya sekarang dikenal 29 tipe imunologik
Coxsackievirus yang berlainan, 23 tipeterdaftar dalam kelompok A (termasuk
Coxsackievirus A16) dan 6 tipe terdaftar dalam kelompok B (WHO,2011).
HFMD
disebabkan
oleh
B2,
B3,
B5,
enteroviruslainnya.
echovirus
Paling
dan
sering
HFMD dipengaruhi oleh cuaca dan iklim di mana lebih sering terjadi
selama musim panas dan musim gugur (pada negara-negara dengan iklim
sedang) serta sepanjang tahun di negara tropis. Wabah dapat terjadi secara
sporadis atau epidemik.
2.4
dapat bergabung, sehingga lidah dapat menjadi eritema dan edema (Christine
dkk, 2010).
Lesi kulit terdapat pada dua pertiga penderita dan muncul
beberapa
saat setelah
lesi
oral.
Lesi
ini
paling
banyak
namun
sering
tidak
memberikan
gambaran
vesikel
asimtomatik
atau
nyeri.Jumlahnya
bervariasi
dari
Bila ada gejala yang cukup berat, barulah penderita perlu dirawat di
rumah sakit. Gejala yang cukup berat tersebut antara lain:
- Hiperpireksia, yaitu demam tinggi dengan suhu lebih dari 39 C.
- Demam tidak turun-turun - Takikardia (nadi menjadi cepat)
- Takipneu, yaitu napas jadi cepat dan sesak
- Malas makan, muntah, atau diare berulang dengan dehidrasi.
- Letargi, lemas, dan mengantuk terus
- Nyeri pada leher, lengan, dan kaki.
- Kejang-kejang, atau terjadi kelumpuhan pada saraf kranial
- Keringat dingin - Fotofobia (tidak tahan melihat sinar)
- Ketegangan pada daerah perut
-Halusinasi atau gangguan kesehatan
2.5
Setelah virus masuk melalui jalur oral atau pernafasan akan terjadi
replikasi awal pada faring dan usus, kemungkinan dalam sel M mukosa. Masingmasing serotipe memiliki reseptor yang merupakan makromolekul permukaan
sel yang digunakan untuk masuk menuju sel inang.
Replikasi awal pada faring dan usus diikuti dengan multiplikasi pada
jaringan limfoid seperti tonsil, Peyer patches dan kelenjar limfe regional.
Penyebaran ke kelenjar limfe regional ini berjalan dalam waktu 24 jam yang
diikuti dengan viremia. Adanya viremia primer (viremia minor) menyebabkan
penyebaran ke sistem retikuloendotelial yang lebih jauh termasuk hati, limpa,
sumsum tulang dan kelenjar limfe yang jauh. Respon imun dapat membatasi
replikasi dan perkembangannya di luar sistem retikuloendotelial yang
menyebabkan terjadinya infeksi subklinis. Infeksi klinis terjadi jika replikasi
terus berlangsung di sistem retikuloendotelial dan virus menyebar melalui
viremia sekunder (viremia mayor) ke organ target seperti susunan saraf pusat
(SSP), jantung dan kulit. Kecenderungan terhadap organ target sebagian
ditentukan oleh serotipe yang menginfeksi. Coxsackievirus, echovirus dan EV
71 merupakan penyebab tersering penyakit virus dengan manifestasi pada kulit.
HFMD yang disebabkan oleh coxscakievirus A16 biasanya berupa lesi
mukokutan ringan yang menyembuh dalam 710 hari dan jarang mengalami
komplikasi. Namun enterovirus juga dapat merusak berbagai macam organ dan
sistem. Kerusakan ini diperantarai oleh nekrosis lokal dan respon inflamasi
inang.
Virus umumnya berada di dalam tenggorokan selama 1 minggu pertama
dari atau saat sakit dan terdapat pada feses dari 1-4 minggu setelah serangan
penyakit saat itu virus tersebut sudah dapat diisolasi dari urat saraf tulang
belakang, otak, hati, dan pada kulit yang luka. Pada beberapa penelitian
disebutkan bahwa virus dapat berada dalam feses hingga 5 minggu. Higiene dari
anak-anak yang tidak adekuat juga dikaitkan dengan meningkatnya viral load
dan menyebabkan penyakit yang lebih parah. Pada penelitian yang dilakukan
oleh Kuo dkk. (2002) disebutkan bahwa infeksi EV 71. memberikan cytopathic
effect yang luas, menyebabkan kerusakan sel dan akhirnya sel mati. Ekspresi
adanya EV 71 2A protease (2Apro) sendiri dapat menginduksi terjadinya
perubahan
apoptotik.
virus
RNA
enterovirus
coxsackievirus
A16 atau
enterovirus 71.
virus menyebar
melalui viremia
sekunder ke organ
target seperti SSP,
jantung dan kulit.
timbul bintik
merah
membentuk
lepuhan kecil pada
mulut, telapak
tangan, dan
telapak kaki.
2.6
tersebar
melalui droplet
pernafasan,
rute oral-oral,
dan fekal-oral.
Replikasi awal pada
faring dan usus
diikuti jaringan
limfoid dan kelenjar
limfe dlm wktu 24
jam.
7 hari kemudian
kadar antibodi
penetral akan
mencapai puncak
dan virus
tereliminasi
(cairan hidung, mulut, vesikel) melalui batuk, berbicara dan bersin (droplet).
Secara oral fecal melalui tangan, mainan, dan alat-alat lain yang tercemar oleh
feses penderita atau melalui barang-barang yang terkontaminasi oleh sekresi
pilek, air liur, tinja, dan cairan vesikelm penderita.
Penularan secara vertikal dari ibu ke janin juga dapat terjadi.Infeksi pada
trimester pertama dapat menyebabkan aborsi spontan atau intrauterine growth
retardation(Christine dkk, 2010).
2.7
menurun. Pasien yang dirawat adalah yang dengan gejala berat dan komplikasi
tersebut diatas.
Anak yang menderita penyakit ini harus tetap mandi, namun ketika
menggosok tubuh dengan sabun harus perlahan agar bintil berairnya tidak pecah.
Bila demam penderita sangat tinggi, dapat dibantu dengan kompres dan obat
penurun panas. Jika bagian kulit yang terdapat ruam dan bintil berair terasa
gatal, dapat ditaburi dengan bedak pengurang rasa gatal.
Bintil yang pecah dapat diberi salep antibiotik untuk mencegah
menyebarnya infeksi. Pasien yang tidak mau makan dan minum, tubuhnya akan
menjadi kekurangan cairan (dehidrasi), sehingga rentan terhadap infeksi yang
lebih berat. Untuk pasien seperti itu, maka perlu dirawat di rumah sakit agar
mendapat terapi cairan yang cukup. Dalam jumlah kecil, juga terdapat pasien
yang mengalami komplikasi yang cukup berat yaitu ensefalitis (radang selaput
otak). Pasien HFMD dengan ensefalitis memiliki gejala demam yang terus
menerus tinggi dan hilang kesadaran.
Bila seperti itu, maka harus segera dibawa ke pusat pelayanan kesehatan
terdekat agar pasien bisa mendapatkan perawatan yang memadai dan intensif.
- Oral :
obat kumur antiseptic (Povidone Iodine 1%, Klorhexidine glukonat 0,2%)
- Sistemik :
1.
dan
2.
untuk
golongan
dsb.
Antibiotika : lokal atau sistemik, digunakan untuk mencegah atau
mengatasi infeksi karena mikroba pada ulser di mulut dan kulit,
ditentukan oleh dokter, seperti : neosporin (lokal), klindamisin,
eritromisin,dsb.
5. Antihistamin: Inhibisi antihistamin pada reseptor H1 menyebabkan
kontriksi bronkus, sekresi mukosa, kontraksi otot halus, edema,
6.
untuk
maka
antasida ditelan.
protein
Edukasi kepada penderita
- Virus masih dapat berada di dalam tinja penderita hingga 1 bulan.
dan
varisela,
stomatitis
aphthosa,
erupsi
obat,
herpes
Penetapan Diagnosa
Pemeriksaan Laboratorium
Standar kriteria untuk mendiagnosis infeksi enterovirus adalah
dengan isolasi virus. Virus dapat diisolasi dan didentifikasi melalui kultur
dan teknik immunoassay dari lesi kulit, lesi mukosa atau bahan
Pemeriksaan Histopatologis
Terdapat gambaran degenerasi retikuler pada epidermis yang
menghasilkan terbentuknya celah intraepidermal diisi oleh neutrofil, sel
mononuklear dan bahan eosinofilik protein. Vesikel ini memiliki atap
yang nekrotik dengan diskeratosis dan akantolisis. Pada lapisan dermis
bagian atas nampak edem dan terdapat infiltrat sel campuran
perivaskuler. Tidak ditemukan viral inclusion atau multinucleated giant
cell.
2.11