OLEH:
Made Mayasha Kalbariana
2248011005
PEMBIMBING:
dr. I Ketut Andriyasa., Sp.PD
OLEH:
Made Mayasha Kalbariana
2248011005
PEMBIMBING:
dr. I Ketut Andriyasa, Sp.PD
Puji syukur penulis panjatkan ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat rahmatNya-lah, penulis dapat menyelesaikan laporan kasus yang berjudul
“Infeksi Toksoplasmosis Dan Sifilis Pada Pasien Terkonfirmasi HIV/AIDS Stage-
II” yang disusun guna memenuhi tugas dalam menjalani Kepaniteraan Klinik pada
Departemen Ilmu Penyakit Dalam. Penulis banyak mendapat bantuan baik berupa
moral maupun material dari berbagai pihak selama menyelesaikan laporan ini.
Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. dr. I Ketut Susila, Sp. JP., FIHA., selaku Kepala Departemen Ilmu Penyakit
Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Pendidikan Ganesha/RSUD
Buleleng.
2. dr. Sheila Gerhana Darmayanti, Sp.P, selaku Koordinator Pendidikan
Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Pendidikan
Ganesha/RSUD Buleleng.
3. dr. I Ketut Andriyasa, Sp.PD, selaku Pembimbing yang telah memberikan
motivasi dan arahan penulis dalam penyelesaian laporan kasus ini.
4. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu per satu yang telah membantu
penyusunan laporan kasus ini
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa laporan kasus yang sudah penulis
susun ini masih jauh dari sempurna karena keterbatasan kemampuan yang penulis
miliki. Penulis mengharapkan segala kritik maupun saran konstruktif dari berbagai
pihak untuk kesempurnaan laporan kasus ini. Penulis berharap laporan kasus ini
dapat bermanfaat dan berguna bagi kita semua khususnya bagi pengembangan
dunia pendidikan.
Singaraja, Desember 2022
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
2.2 Anamnesis
- Keluhan Utama : Sakit Kepala
- Riwayat Penyakit Sekarang : Saat dilakukan pemeriksaan, pasien sedang
dirawat di ruangan rawat inap RSUD Kabupaten Buleleng. Saat dilakukan
pemeriksaan wawancara, pasien hanya terdiam dan tidak menjawab pertanyaan
pemeriksa, namun pasien masih dapat membuka mata dan bergerak dengan
spontan, sehingga wawancara dilakukan dengan istri pasien. Pasien datang ke
IGD RSUD Kab. Buleleng pada pukul 21.40 Wita dengan dikeluhkan
keluarganya mengalami sakit kepala serta tidak bisa diajak berkomunikasi oleh
keluarganya sejak sehari SMRS. Istri pasien mengatakan pasien sudah
mengeluhkan kondisi sakit kepala sejak sekitar satu bulan SMRS, kemudian
keluhan pasien dikatakan memberat sekitar satu minggu SMRS dimana pasien
merasa kepalanya seperti ditekan-tekan dari dalam dan pasien sempat mengeluh
nyeri pada mata kirinya, sehingga pasien sempat dibawa ke Puskesmas terdekat
dan diarahkan untuk datang ke RSUD Kab. Buleleng, namun keluarga pasien
belum membawa pasien ke RSUD saat itu, pasien juga mengatakan sulit makan,
karena merasa seperti terdapat banyak sariawan pada sekitar mulutnya, dan
puncaknya adalah saat sehari SMRS dimana pasien merasa keluhannya
memberat, serta pasien mulai tidak bisa diajak berkomunikasi oleh keluarganya.
Berat badan pasien dikatakan menurun oleh istrinya, dibandingkan saat pertama
kali istri pasien mengenal pasien untuk pertama kalinya sekitar 2 tahun SMRS
saat ini. Keluhan lain pada pasien adalah pasien dikeluhkan merasa gatal pada
kemaluan karena pasien diperhatikan sering menggaruk-garuk kemaluannya,
keluhan lain seperti demam, mual, muntah, diare, nyeri perut, sesak napas, dan
nyeri dada disangkal.
- Riwayat Penyakit Dahulu : Pasien dikatakan belum pernah mengalami
keluhan serupa, riwayat penyakit hipertensi, diabetes mellitus, penyakit paru,
penyakit jantung, penyakit ginjal disangkal oleh istri pasien.
- Riwayat Pengobatan : Istri pasien mengatakan pasien hanya
sempat mengkonsumsi obat berupa Bodrex (Paracetmol 600 mg + Caffeine 50
mg) setiap kali pasien merasa sakit kepala.
- Riwayat Penyakit Keluarga : Menurut istri pasien, tidak ada keluarga
pasien yang mengalami keluhan serupa, riwayat penyakit hipertensi, diabetes
mellitus, penyakit paru, penyakit jantung, penyakit ginjal pada keluarga
disangkal oleh istri pasien.
- Riwayat Psikososial : Pasien sebelumnya sudah pernah menikah
sebanyak tiga kali sebelum dengan istri pasien saat ini, dari tiga kali masa
pernikahan tersebut pasien memiliki dua orang anak dari istri ketiganya, istri
pasien yang ketiga tersebut sebelumnya sudah pernah menikah dengan orang
lain sebelum dengan pasien, dan sempat merantau bekerja ke Denpasar sebelum
kembali tinggal dengan pasien dan akhirnya bercerai, sementara istri pasien saat
ini juga sebelumnya sudah pernah menikah satu kali dengan orang lain selain
pasien namun belum memiliki anak, sebelum akhirnya menikah dengan pasien
dan sudah memiliki anak dengan pasien, tetapi istri pasien mengatakan kalau
sebelum menikah dengan pasien, sebelumnya pasien dengan istrinya saat ini
sudah pernah melakukan hubungan badan. Pasien dikatakan memiliki riwayat
mengkonsumsi rokok dan minuman beralkohol, bahkan sejak pasien mengeluh
sakit kepala sekitar sebulan SMRS, pasien masih sempat beberapa kali
meminum minuman beralkohol.
2.3 Pemeriksaan Fisik
Tanggal 08 November 2022 pukul 23.00 Wita di Ruang Rawat Inap Lely 2
Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran (GCS) : E4V3M6 (Apatis)
Berat Badan : 54 kg
Tinggi Badan : 167 cm
BMI : 18.3 kg/m2 (Underweight)
Status Gizi : Kurang
SpO2 : 98% on RA
Tanda-Tanda Vital
Tekanan Darah : 100/70 mmHg
Nadi : 82 kali/menit
Laju Pernapasan : 18 kali/menit
Suhu : 36°C
Skor Nyeri : 0/10 (VAS)
Pemeriksaan Fisik Umum
Kepala : Normochepali
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), refleks pupil
(+/+) isokor, edema palpebral (-/-)
THT
- Telinga : sekret (-/-), serumen (-/-)
- Hidung : sekret (-/-), konka kongesti (-)
- Tenggorokan : Tonsil T1/T1, mukosa hiperemis (-)
- Mulut : Stomatitis aphtosa (+), Eritema Linea Gingiva (+)
Leher : Pembesaran kelenjar tiroid (-), Pembesaran KGB (-), JPV PR + 2
cmH2O
Thorax-Cor :
- Inspeksi : iktus kordis dan pulsasi tidak tampak
- Palpasi : Iktus kordis teraba di ICS VI MCL sinistra, kuat angkat
(+), thrill (-)
- Perkusi :
Batas kanan jantung : ICS V PSL Dextra
Batas kiri jantung : ICS V MCL Sinistra
Batas atas jantung : ICS II PSL Dextra dan Sinistra
- Auskultasi :
Bunyi jantung S1 S2 tunggal regular
Murmur :-
Gallop :-
Thorax-Pulmo :
Depan Belakang
Pemeriksaan
Kanan Kiri Kanan Kiri
Inspeksi
Bentuk Dada Normal Normal
Frekuensi Pernapasan 18 kali/menit
Jenis Pernapasan Thorako-Abdominal
Pergerakan Simetris Simetris Simetris Simetris
Celah iga Normal Normal Normal Normal
Retraksi Dinding Dada - -
Deviasi Trakea Tidak ada deviasi
Palpasi
Kelenjar Getah Bening Tidak ada pembesaran Tidak ada pembesaran
Superior Normal Normal Normal Normal
Fremitus
Medial Normal Normal Normal Normal
Raba
Inferior Normal Normal Normal Normal
Pergerakan Simetris Simetris Simetris Simetris
Trakea Tidak ada deviasi
Perkusi
Superior Sonor Sonor Sonor Sonor
Suara Ketok
Medial Sonor Sonor Sonor Sonor
(perkusi)
Inferior Sonor Sonor Sonor Sonor
Batas paru hepar ICS VI MCL Dextra
Batas paru jantung ICS VI PSL Dextra
Auskultasi
Superior Vesikuler Vesikuler Vesikuler Vesikuler
Suara Napas Medial Vesikuler Vesikuler Vesikuler Vesikuler
Inferior Vesikuler Vesikuler Vesikuler Vesikuler
Suara Tambahan
Ronkhi Superior - - - -
Medial - - - -
Inferior - - - -
Superior - - - -
Wheezing Medial - - - -
Inferior - - - -
Suara Cakap
Superior - - - -
Bronkofoni
Medial - - - -
Inferior - - - -
Superior - - - -
Egofoni Medial - - - -
Inferior - - - -
Abdomen
- Inspeksi : distensi (-), scar (-)
- Auskultasi : bising usus (+), 10 x/menit normal.
- Palpasi : Hepar, lien, dan ginjal tidak ada pembesaran, nyeri tekan
(-)
- Perkusi : timpani
Ekstremitas
- CRT : >2 detik
- Akral Dingin : + | +
+|+
- Edema :- |-
- |-
Deskripsi :
- Tanggal : 06 November 2022
- Identitas : Gusti Made Adnyana
- Proyeksi : AP
- Rotasi : Simetris
- Inspirasi : Cukup
- Exposure : Normal
A. Airway : tidak ada deviasi trakea
B. Bone : tidak tampak deformitas/fraktur, celah iga tidak tampak
melebar
C. Cardiac : CTR <50%, apeks tidak tertanam
D. Diafragma : tidak tampak diafragma yang mendatar
E. Edge : sudut kostofrenikus kanan kiri tajam
F. Field of Lung : tidak tampak infiltrate/cavitas/nodul, corakan
bronkovaskuler normal
G. Gastric : tidak tampak gastric bubble
H. Hillus : normal
Kesimpulan : Cor dan pulmo tidak tampak kelainan
CT-Scan Kepala (07 November 2022)
Deskripsi :
A. Irama : Sinus
B. Rate : 65 x/menit
C. Aksis : Normal
D. Transitional zone : V4
E. Gelombang P : 0.08s
F. Interval PR : 0,16s
G. Durasi QRS : 0,16s
H. ST Segment : Isoelektris
I. Gelombang T : tidak ada gelombang T inverted
Kesimpulan : Normal sinus rhythm
2.6 Diagnosis
➢ HIV/AIDS Stadium Klinis 4 dengan problem :
Infeksi Toksoplasmosis Cerebri dan Candidiasis Oral
➢ Sifilis Primer
➢ Dermatitis e.c. Susp. Infeksi Jamur
2.7 Penatalaksanaan
- Medikamentosa
1. Di IGD
- IVFD NaCl 0.9% 20 tpm
- Cotrimoxazole 2 x 960 mg (IV)
- Fluconazole 1 x 150 mg (IV)
2. Di Ruangan
- IVFD NaCl 0.9% 20 tpm
- Cotrimoxazole 2 x 960 mg (IV)
- Fluconazole 1 x 150 mg (IV)
- Painloss (Ibuprofen 400 mg) 2 x 400 mg (IV)
- Ceftriaxone 2 x 2 gr (IV)
- Dexametasone3 x 10 mg (IV)
- Metronidazole 3 x 100 mg (IV)
- Pirimetamin 1 x 75 mg (IV)
- Clindamycin 4 x 150 mg (PO)
- Benzatin Penicilin-G 1 x @ minggu (IM)
- Ketoconazole 1 x 200 mg (PO)
- Ketoconazole 2 x 1 (Salf)
- Non-medikamentosa
Edukasi terkait kondisi yang dialami oleh pasien kepada istri pasien, dan
pemeriksaan apa saja yang harus dijalani oleh pasien serta istrinya, serta
mengedukasi pasien melalui istri pasien untuk rutin menjalani pengobatan yang
sudah direncanakan untuk pasien.
3.1 Anamnesis
Berdasarkan data WHO, terdapat beberapa perilaku dan kondisi yang
menyebabkan individu menjadi lebih berisiko tertular infeksi HIV, seperti;
hubungan seksual tanpa proteksi, termasuk hubungan seksual melalui anal atau
vagina; memiliki riwayat infeksi menular seksual lain, seperti sifilis, herpes,
klamidia, gonore, dan vaginosis bakterial; menggunakan jarum suntik yang
terkontaminasi oleh cairan/darah pasien HIV, termasuk alat suntik lain dan larutan
obat saat injeksi obat; menerima injeksi yang tidak aman, transfusi darah dan
transplantasi jaringan, dan prosedur medis yang melibatkan perlakuan tidak steril;
mengalami cedera tertusuk jarum suntik secara tidak sengaja, termasuk antara
petugas kesehatan.10
Selanjutnya, transmisi HIV dapat terjadi melalui kontak dengan cairan
tubuh dari pasien yang terinfeksi HIV, seperti darah, ASI, semen, dan cairan vagina.
Selain itu, HIV juga dapat ditularkan dari ibu ke anaknya selama masa kehamilan
dan persalinan. Perlu diperhatikan juga bahwa HIV tidak dapat ditularkan melalui
kontak biasa sehari-hari, seperti berciuman, berpelukan, berjabat tangan, atau
berbagi benda pribadi, makanan atau air. Pada pasien HIV yang menggunakan
terapi ARV secara teratur dan supresi virus, tidak dapat menularkan HIV ke
pasangan seksualnya. Oleh karena itu, penelitian menunjukkan bahwa akses dini
terhadap ARV dan dukungan untuk tetap menggunakan pengobatan merupakan hal
yang sangat esensial dan penting, tidak hanya untuk meningkatkan kesehatan pasien
dengan HIV tetapi juga untuk mencegah penularan HIV.10
Infeksi HIV dapat menyebabkan penurunan imunitas tubuh secara progresif,
sehingga rentan mengalami berbagai macam infeksi dan penyakit lain yang dapat
memperburuk klinis pasien.8 Berdasarkan perbedaan jenis kelamin, persentase
kasus infeksi HIV pada laki-laki adalah 64,50% dan 35,50% pada perempuan.
Kemudian, terdapat 68,60% laki-laki yang berkembang menjadi AIDS dan 31,40%
pada perempuan. Persentase tersebut mengindikasikan bahwa infeksi HIV dan
AIDS lebih banyak terjadi pada jenis kelamin laki-laki dibandingkan perempuan.
Di sisi lain, kelompok umur produktif, yaitu 25 – 49 tahun merupakan populasi
umur dengan prevalensi kasus infeksi HIV tertinggi setiap tahunnya.12
Manifestasi paling umum dari stadium II HIV biasanya ditandai dengan
salah satu atau lebih dari beberapa kondisi, seperti penurunan berat badan yang
tidak signifikan dan tidak diketahui penyebabnya (<10% dari perkiraan berat badan
atau berat badan sebelumnya), terjadi infeksi saluran pernafasan yang berulang
(sinusitis, tonsillitis, otitis media, faringitis), herpes zoster, keilitis angularis, ulkus
mulut yang berulang, ruam kulit berupa papul yang gatal (Papular pruritic eruption),
dermatisis seboroik, dan infeksi jamur pada kuku.13 Koinfeksi yang kerap terjadi
meliputi toksoplasmosis dan juga sifilis.
Pada pasien HIV koinfeksi toksoplasmosis gejala-gejala yang sering terjadi
adalah gangguan mental (75%), defisit neurologik (70%), sakit kepala (50%),
demam (45%), tubuh terasa lemah serta gangguan nervus kranialis. Gejala lain yang
juga sering ditemukan yaitu parkinson, focal dystonia, rubral tremor, hemikorea-
hemibalismus, dan gangguan batang otak. Medula spinalis juga dapat terkena
dengan gejala seperti gangguan motorik dan sensorik di daerah tungkai, gangguan
berkemih dan defekasi. Predileksi infeksi terutama pada great white junction,
ganglia basal dan talamus. Onset dari gejala ini biasanya subakut.14
Pada pasien HIV koinfeksi sifilis gejala-gejala yang sering terjadi diawali
dengan adanya papul kecil soliter, kemudian dalam satu sampai beberapa minggu,
papul ini berkembang menjadi ulkus. Lesi klasik dari sifilis primer disebut dengan
chancre, ulkus yang keras dengan dasar yang bersih, tunggal, tidak nyeri, merah,
berbatas tegas, dipenuhi oleh spirokaeta dan berlokasi pada sisi T. pallidum pertama
kali masuk. Apabila tidak diobati, gejala sifilis sekunder akan mulai timbul dalam
2-6 bulan setelah pajanan, 2-8 minggu setelah chancre muncul. Simetris, mungkin
meluas, dan umumnya tidak gatal meskipun 40% mengalami keluhan gatal.15
Teori yang dipaparkan tersebut sesuai dengan yang ditemukan pada pasien.
Seorang laki-laki, berusia 41 tahun datang dengan keluhan sakit kepala serta tidak
bisa diajak berkomunikasi oleh keluarganya sejak sehari SMRS. Istri pasien
mengatakan pasien sudah mengeluhkan kondisi sakit kepala sejak sekitar satu bulan
SMRS, kemudian keluhan pasien dikatakan memberat sekitar satu minggu SMRS
dimana pasien merasa kepalanya seperti ditekan-tekan dari dalam dan pasien
sempat mengeluh nyeri pada mata kirinya. Berat badan pasien dikatakan menurun
oleh istrinya. Keluhan lain pada pasien adalah pasien dikeluhkan merasa gatal pada
kemaluan karena pasien diperhatikan sering menggaruk-garuk kemaluannya.
Pasien sebelumnya sudah pernah menikah sebanyak tiga kali sebelum dengan istri
pasien saat ini. Istri pasien mengatakan jika sebelum menikah dengan pasien,
sebelumnya pasien dengan istrinya saat ini sudah pernah melakukan hubungan
badan. Pasien dikatakan memiliki riwayat mengkonsumsi rokok dan minuman
beralkohol.
3.4 Diagnosis
Hasil pemeriksaan HIV dikatakan positif, apabila memenuhi:17
a. Tiga hasil pemeriksaan serologis dengan tiga metode atau reagen berbeda
dengan hasil reaktif
b. Pemeriksaan virologis kuantitatif atau kualitatif terdeteksi HIV.
Pemeriksaan HIV lain yang dilakukan adalah pemeriksaan hitung CD4, yang
merupakan indikator sistem imun pada pasien dengan HIV. Nilai rentang normal
CD4 pada remaja dan dewasa berkisar dari 500-1.400 sel/mm6,17
Ig G anti toksoplasmosis meningkat setelah 1-2 minggu infeksi dan
meningkat mencapai puncaknya setelah 8 minggu. Hal tersebut akan menurun
secara perlahan dalam 1- 2 tahun, namun dalam beberapa kasus akan menetap
seumur hidup. Titer Ig G anti toksoplasma yang tinggi dengan aviditas yang positif
menandakan infeksi akut atau reaktivasi dari infeksi laten atau kronik toksoplasma.
Pada pasien dengan HIV yang telah terdeteksi dengan IgG Toxoplasma gondii dan
gambaran cincin yang multipel pada CT scan 85% merupakan ET, terutama berada
pada ganglia basal dan corticomedullary junction.14
Pemeriksaan non-treponema melalui serologis reaktif dalam 10-15 hari
sesudah terbentuk lesi primer. Pada penderita dicurigai sifilis dapat dilakukan pada
bulan ke-2 setelah paparan saat antibodi telah terbentuk. Puncak titer antibodi
penderita yang tidak diobati akan dicapai dalam 1-2 tahun sesudah infeksi dan tetap
positif dengan titer rendah pada stadium lanjut. Keberhasilan terapi dinilai
berdasarkan nilai titer yang turun empat kali lebih rendah setelah terapi
dibandingkan titer awal sebelum terapi. Evaluasi pemeriksaan nontreponema pasca-
terapi untuk sifilis primer dan sekunder dilakukan bulan ke-3, 6 dan 12, sedangkan
pada sifilis laten dilakukan bulan ke-6, 12, dan 24.27
Hal ini sesuai dengan kondisi pasien yang memenuhi kriteria dari
penegakkan diagnosis ketiga penyakit tersebut. Pada pasien memenuhi kriteria
pemeriksaan virologis kuantitatif atau kualitatif terdeteksi HIV, pemeriksaan
serologis Toksoplasma dan Sifilis juga terdeteksi reaktif.
3.5 Tatalaksana
Penilaian dan tatalaksana pasca-diagnosis HIV umumnya memegang
prinsip sebelum memulai ARV, pada saat pemberian ARV, serta pemantauan terapi
ARV. Prinsip tersebut akan dijabarkan lebih lanjut sebagai berikut:
1. Sebelum Memulai Terapi ARV
Setelah diagnosis HIV dinyatakan positif, pasien diberikan konseling
dengan tujuan meningkatkan pemahaman mengenai HIV baik dalam pencegahan,
pengobatan, serta pelayanan. Hal ini diharapkan dapat mempengaruhi transmisi
HIV dan status kesehatan pasien. Pemberian konseling seyogyanya dilakukan untuk
mempertahankan kepatuhan minum ARV pasien. Kepatuhan merupakan hal
esensial karena terapi ARV harus diminum selama hidupnya.17
Konseling terapi akan membahas beberapa hal termasuk: kepatuhan minum
obat; potensi atau kemungkinan risiko efek samping atau efek yang tidak
diharapkan, komplikasi yang berhubungan dengan penggunaan ARV jangka
panjang, interaksi dengan obat lain, pemantauan keadaan klinis, dan pemantauan
pemeriksaan laboratorium secara berkala termasuk pemeriksaan jumlah CD4. Pada
beberapa kasus terdapat penundaan memulai terapi ARV seperti pada pasien
dengan tuberkulosis atau imunosupresi lanjut.17
Pada saat konseling, pemeriksaan HIV juga ditawarkan secara aktif pada
pasangan seksual pasien yang diketahui HIV positif, baik suami/istri ataupun
pasangan seksual lainnya. Anak yang lahir dari ibu HIV positif juga ditawarkan
pemeriksaan HIV secara aktif, demikian pula orang tua dari bayi/anak yang
didiagnosa HIV.17
Beberapa pemeriksaan penunjang penting dilakukan untuk membantu
menentukan stadium klinis HIV dan pertimbangan dalam pemberian terapi. Untuk
pemeriksaan penunjang yang disarankan adalah sebagai berikut:17
Telah dilaporkan kasus laki-laki usia 34 tahun dengan keluhan sakit kepala.
Keluhan disertai tidak bisa diajak berkomunikasi oleh keluarganya. Berat badan
pasien dikatakan menurun oleh istrinya. Keluhan lain pada pasien adalah pasien
dikeluhkan merasa gatal pada kemaluan. Pasien sebelumnya sudah pernah menikah
sebanyak tiga kali sebelum dengan istri pasien saat ini. Istri pasien mengatakan jika
sebelum menikah dengan pasien, sebelumnya pasien dengan istrinya saat ini sudah
pernah melakukan hubungan badan. Pasien dikatakan memiliki riwayat
mengkonsumsi rokok dan minuman beralkohol. Pemeriksaan fisik menemukan
adanya gizi buruk dan kandidiasis oral. Pasien telah dilakukan pemeriksaan
laboratorium dengan didapatkan hasil berupa antivirus HIV kualitatif reaktif, anti
Toksoplasma IgG reaktif, Sifilis AB dan Sifilis RPR reaktif, dan dari pemeriksaan
imaging didapatkan lesi hipodens centrum semiovale kiri dan basal ganglia.
Berdasarkan hal tersebut pasien di diagnosis Infeksi HIV Stage-II, DOC e.c. Susp.
Infeksi Toksoplasmosis dd Intracranial Process, serta Sifilis aquired. Pasien
diberikan tatalaksana di IGD dengan resusitasi cairan kristaloid isotonic berupa
NaCl 0.9% 1liter, cotrimoxazole 2 x 960 mg (IV), fluconazole 1 x 150 mg (IV).
Setelah sekitar 5 hari perawatan, pasien sudah mulai membaik sehingga pasien
diperbolehkan pulang.
DAFTAR PUSTAKA