Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Salah satu penyakit yang sering timbul di kehidupan masyarakat adalah hipertensi. 1
Menurut American Heart Association (AHA), sekitar 86 juta orang dewasa (34%) di Amerika
Serikat terkena hipertensi, yang didefinisikan sebagai tekanan darah sistolik (SBP) 140 mm Hg
atau lebih atau tekanan darah diastolik ( DBP) 90 mm Hg atau lebih, minum obat antihipertensi,
atau telah diberitahu oleh dokter setidaknya 2 kali sebagai penderita hipertensi. 2 Tekanan darah
tinggi, atau hipertensi, adalah diagnosis primer paling umum di Amerika Serikat, 3 dan ini adalah
salah satu penyakit paling umum di seluruh dunia yang menyerang manusia dan merupakan
faktor risiko utama untuk stroke, infark miokard, penyakit vaskular, dan penyakit ginjal kronis.
Meskipun penelitian ekstensif selama beberapa dekade terakhir, etiologi sebagian besar kasus
hipertensi orang dewasa masih belum diketahui, dan pengendalian tekanan darah kurang optimal
pada populasi umum. Karena morbiditas dan mortalitas yang terkait serta biaya yang harus
ditanggung masyarakat, pencegahan dan pengobatan hipertensi merupakan tantangan kesehatan
masyarakat yang penting. Untungnya, kemajuan dan uji coba terbaru dalam penelitian hipertensi
mengarah pada peningkatan pemahaman tentang patofisiologi hipertensi dan janji untuk
pengobatan farmakologis dan intervensi baru untuk penyakit yang tersebar luas ini.2

Penyakit Corona virus 2019 (COVID-19) muncul pada Desember 2019 kemungkinan
akibat penularan zoonosis dari hewan liar yang terkait dengan pasar basah yang besar di Wuhan,
Cina.4 Virus yang menyebabkan sindrom pernapasan akut parah, coronavirus 2 (SARS-CoV-2) 4
adalah virus corona baru yang termasuk dalam keluarga yang sama dengan corona virus sindrom
pernapasan akut parah (SARS-CoV) dan coronavirus sindrom pernapasan Timur Tengah
(MERS-CoV) ). Karena daya penularannya yang tinggi, COVID-19 menyebar dengan cepat dan
meningkat menjadi pandemi global. Pada 18 Juni 2020 ada lebih dari 8 juta kasus yang
terdokumentasi dan 450.000 kematian di seluruh dunia, termasuk lebih dari 2 juta kasus dan
118.000 kematian di Amerika Serikat (AS). SARS-CoV-2 menginfeksi sel manusia melalui
reseptor angiotensin-converting enzyme II (ACE2) yang bekerja pada sistem renin-angiotensin-
aldosterone (RAAS). 5 Sekitar 50% pasien AS dengan hipertensi diresepkan penghambat enzim
pengubah angiotensin (ACE-I), penghambat reseptor aldosteron (ARB) dan antagonis
aldosteron, secara kolektif disebut penghambat RAAS, dan merupakan obat anti-hipertensi yang
paling sering diresepkan. 6

Laporan awal dari COVID-19, termasuk Wuhan,7,8 Lombardy,9,10 dan New York City,11
mengidentifikasi tingkat hipertensi yang lebih tinggi di antara pasien COVID-19 yang sakit
parah dan dirawat di rumah sakit. Sebuah penelitian besar di AS terhadap 5.700 pasien yang
dirawat di rumah sakit mengungkapkan tingkat hipertensi secara keseluruhan sebesar 56%, 11
serupa dengan tingkat hipertensi yang dilaporkan dari China12 dan Italia10 (masing-masing 50%
dan 49%). Terlepas dari pengamatan ini, hubungan antara hipertensi dan COVID-19 masih
belum jelas. Tingkat keparahan penyakit COVID-19 cenderung pada populasi lansia yang
memiliki prevalensi hipertensi lebih tinggi. Usia rata-rata pasien rawat inap di Lombardy dan
New York City adalah 63 tahun10,11 dan persentase dengan diagnosis hipertensi konsisten dengan
persentase yang diamati pada populasi umum. Meskipun terdapat gambaran hipertensi yang
berlebihan di antara pasien COVID-19 yang dirawat di rumah sakit dan sakit kritis, tidak pasti
apakah hubungan ini disebabkan oleh atau dibingungkan oleh usia dan penyakit penyerta lainnya
yang terkait dengan hipertensi termasuk obesitas, diabetes mellitus, dan penyakit ginjal kronis.11

Kecemasan adalah respons normal dan berguna untuk situasi yang berpotensi membuat
stres atau berbahaya. Ini meningkatkan kesadaran kita tentang apa yang terjadi di sekitar kita.13

Sebuah survei tentang praktik umum di Inggris, yang mencakup kelompok normotensi
dan hipertensi, dan klinik hipertensi rumah sakit di Inggris 14 menemukan prevalensi serangan
panik yang lebih tinggi secara signifikan pada pasien hipertensi dibandingkan pada pasien
normotensi, tetapi perbedaannya tidak besar (30% vs 19%). Dalam penelitian ini hipertensi
mencetak skor kecemasan lebih tinggi daripada normotensi. Akan tetapi, belum bisa dikatakan
apakah hipertensi mendahului serangan panik atau sebaliknya, meskipun hipertensi biasanya
didiagnosis sebelum serangan panik, yang mungkin hanya mencerminkan kurangnya pengenalan
yang terakhir. Baik hiperventilasi maupun serangan panik tampaknya lebih sering terjadi pada
wanita daripada pria.14Makalah dalam literatur medis dan psikiatri menyatakan bahwa
hiperventilasi menyebabkan vasokonstriksi dan peningkatan tekanan darah. Pada subjek normal
baik tekanan sistolik maupun diastolik menurun, sedangkan pada pasien panik baik sistolik
maupun diastolik meningkat.15,16
Seseorang yang mengalami hipertensi dan tidak mendapatkan pengobatan secara rutin
dan pengontrolan secara teratur akan membawa penderita ke dalam kasus-kasus serius seperti
terjadinya penyakit jantung, gagal jantung kongestif, stroke, gangguan penglihatan, penyakit
ginjal bahkan kematian.17 Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan darah
saja tetapi juga mengurangi dan mencegah komplikasi akibat hipertensi agar penderita dapat
bertambah kuat. Pengobatan hipertensi umumnya perlu dilakukan seumur hidup. 18
Hipertensi memang penyakit berbahaya, namun bukan berarti orang yang terkena
penyakit ini akan menderita seumur hidup, karena hipertensi dapat dikontrol. Untuk itu
dibutuhkan pengendalian tekanan darah yang tepat dan berkesinambungan. Pada beberapa
menderita, hipertensi bisa dikontrol dengan terapi non-farmakologi berupa pengendalian perilaku
penderita hipertensi seperti merubah gaya hidup, menjalankan pola makan sesuai diet hipertensi,
tidak merokok, mengendalikan stres, olahraga teratur dan menjaga berat badan dalam kisaran
normal. Perilaku dalam pengendalian hipertensi erat kaitannya dengan motivasi.19
Motivasi adalah sesuatu yang mendorong adau pendorong seseorang pertingkah laku
untuk mencapai tujuan tertentu. Motivasi penderita hipertensi mempengaruhi perilaku penderita
tersebut untuk melakukan pengendalian, sehingga kita bisa menilai motivasi penderita hipertensi
berdasarkan perilakunya dalam mengendalikan hipertensi. 20
Upaya pencegahan komplikasi membutuhkan motivasi yang tinggi untuk mengurangi
angka kesakitan dan angka kematian akibat komplikasi hipertensi. seseorang yang sedang sakit
memerlukan motivasi berobat sebagai komponen utama dalam menentukan perilaku
kesehatannya. Motivasi untuk berobat merupakan sesuatu yang mendorong dan memperkuat
perilaku serta memberikan arahan dengan tujuan agar penderita dalam menghadapi situasi-situasi
yang sulit dapat tetap bertahan hidup, karena tanpa keinginan untuk hidup, tidak ada kemauan
bagi penderita untuk meneruskan kehidupan21,21
Ada dua faktor yang mempengaruhi motivasi yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor
internal adalah motivasi yang berasal dari dalam diri manusia, biasanya timbul dari perilaku yang
dapat memenuhi kebutuhan sehingga menjadi puas yaitu fisik, proses mental, keinginan dalam
diri sendiri dan kematangan usia. Faktor eksternal adalah faktor motivasi yang berasal dari luar
diri seseorang yang merupakan pengaruh dari orang lain atau lingkungan meliputi faktor
lingkungan, dukungan sosial,dukungan keluarga, fasilitas (sarana dan prasarana) dan media.20,22
Berdasarkan uraian diatas peneliti ingin mengetahui tentang hubungan kecemasan pasien
dengan faktor- faktor y .
1.2. Desain Survei
Desain survei adalah crossectional dengan metode analitik untuk mengetahui hubungan
kecemasan akan covid 19 dengan kepatuhan penderita hipertensi dalam menjalani pengobatan
pada Agustus 2020.

1.3. Populasi dan Sampel


Populasi dalam penelitian ini adalah……….. Sampel dalam penelitian ini adalah
penderita hipertensi,……….

1.4. Teknik Sampling


Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini dengan cara consecutive sampling.

1.5. Estimasi Besar Sampel


Komperatif, 2 arah tidak berpasangan
2
Z α √ 2 PQ+ Z β √ P1 Q1+ P 2 Q2
n1 = n2 =( P1−P 2 )
Keterangan :
Z α= deviat baku alfa.Tingkat kepercayaan 95% (1,96)
Zβ = deviat baku beta.Power 80% (0,842)
P2 = proporsi pada kelompok yang sudah diketahui nilainya. (54% = 0,54)
Q2= 1 – P2= 1 – 0,54 = 0,46
P1 = proporsi pada kelompok yang nilainya merupakan judgement peneliti.
(0,756)
Q1= 1 – P1 = 1 – 0,756 = 0,244
P1 – P2 = selisih proporsi minimal yang dianggap bermakna. (0,216)
P = proporsi total = (P1 + P2)/2 = 0,648
Q = 1 – P= 1 – 0,648 = 0,352
2 2
1,96 √ 2 x 0,648 x 0 , 352+ 0,842 √ 0,756 x 0,244 +0,54 x 0,46 2,263
n1 = n2 = ( 0,756−0,54 ) ( =
0,216 )
n1 = n2 = 111 sampel
1.6. Jenis Data

1.6.1. Univariat
Analisa univariat dilakukan dengan menggunakan sistem komputer SPSS 21.0
dengan uji analisis frekuensi untuk memperoleh gambaran distribusi atau frekuensi
berdasarkan variabel yang diteliti.
1.6.2. Bivariat
Analisia bivariat dilakukan untuk melihat hubungan antara variabel dependen dan
independen. Untuk mengetahui hubungan kecemasan akan covid 19 dengan faktor- faktor
yang berhubungan dengan kepatuhan penderita hipertensi dalam menjalani pengobatan
pada Agustus 2020. Jika data terdistribusi normal, maka uji hipotesa yang digunakan
adalah chi square. Apabila syarat uji chi square tidak terpenuhi maka akan dipakai uji
alternatifnya yaitu uji fisher – exact.

1.7. Instrumen Penelitian


Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner yang berisi pertanyaan-
pertanyaan . Pertanyaan pada kuesioner terdiri dari pertanyaan terbuka dan tertutup.
1.8. Definisi Operasional

No. Variabel Definisi Cara ukur Alat ukur Hasil Ukur


1. Kecemasan Kecemasan adalah Wawancara Kuesioner 1. Normal = ≤ 45
respons normal dan 2. Kecemasan
ringan-sedang
berguna untuk situasi = 46-59
yang berpotensi 3. Kecemasan
Berat = 60-74
membuat stres atau
4. Kecemasan
berbahaya. Ini Berat sekali
meningkatkan (Panik) = ≥ 75

kesadaran kita tentang


apa yang terjadi di
sekitar kita.
2. Kepatuhan Ketaatan responden Wawancara Kuesioner 1. Kepatuhan
dalam melakukan rendah (jika
pengobatan skor <6
pengobatan hipertensi
sesuai dengan 2. Kepatuhan
sedang (jika
ketentuan yang
skor antara 6-7)
diberikan oleh dokter. 3. Kepatuhan
Pengobatan yang tinggi (jika skor
dimaksud yaitu =8)
1. Melakukan
pemeriksaan
(berupa kontrol
tekanan darah)
2. Kepatuhan
konsumsi obat
Diukur dengan
metode Modifed
Morisky Adherence
Scale yang terdiri dari 8
item pertanyaan
Lampiran 1

A. IDENTITAS RESPONDEN

1. Nama : .................................................................

2. Alamat : .................................................................

3. TTL / Umur : .................................................................

4. Jenis Kelamin : 1) Laki-laki

2) Perempuan

5. Pendidikan Terakhir : 1) Tidak Sekolah 4) Tamat SMP/MTs

2) Tidak Tamat SD 5) Tamat SMA/SMK

3) Tamat SD 6) Tamat Perguruan Tinggi

6. Pekerjaan : 1) PNS
2)Pegawai swasta
3) Pedagang
4) Petani/Buruh
5) Tidak bekerja
6) Lain-lain, sebutkan ...........................

7. Lama menderita hipertensi : 1) ≤ 5 tahun

2) > 5 tahun

Kuesioner Zung-Self Anxiety Rating Scale (ZSAS)

Petunjuk pengisian: Berilah tanda centang (ѵ) pada kolom yang telah tersedia.
No Pertanyaan Tidak Pernah Jarang Sering Hampir Setiap Hari

1. Saya merasa lebih gugup


dan lebih cemas dari
biasanya selama pandemik
covid-19

2 Saya merasa takut tanpa


alasan selama covid-19

3 Saya merasa seperti tak


berdaya

4. Saya merasa baik baik saja


dan tidak ada susuatu yang
buruk akan terjadi selama
pandemik Covid 19

5. Saya menonton berita dan


cerita tentang Covid-19 di
media sosial, tangan dan
kaki saya gemetar akhir-
akhir ini
6. Saya merasa terganggu
dengan sakit kepala, leher
dan nyeri punggung
selama pandelik covid-19

7 Saya merasa lemah dan


cepat lelah selama
pandemik covid-19
padahal saya tidak
melakukan banyak
aktivitas
8. Saya merasa tenang dan
dapat duduk dengan santai
selama pandemik covid-19

9. Saya meras jantung saya


berdetak sangat cepat
selama pandemik covid-19

10. Saya terganggu karena


pusing akibat mendengar
berita mengenai covid-19

11 Saya pingsan atau merasa


seperti
mau pingsan apabila
mendengar dan menonton
berita mengenai covid-19
12 Saya dapat bernapas
dengan mudah selama
pandemik covid-19

13 Saya merasa mati rasa dan


kesemutan di jari tangan
dan jari kaki

14 Saya merasa perut saya


terganggu selama
pandemik covid-19

15 Saya sering kencing


selama pandemik covid-19
16 Tangan saya kering dan
hangat

17 Wajah saya terasa panas


dan
Kemerahan apabila
mendengar dan menonton
berita mengenai covid-19
18 Saya dapat tidur dengan
mudah selama pandemik
covid-19

19 Saya mengalami mimpi


buruk selama pandemik
covid-19

20 Saya mudah marah atau


merasa panik selama
pandemik covid-19
KUESIONER KEPATUHAN PENGOBATAN DENGAN METODE MMAS

(Modifed Morisky Adherence Scale)

No. Pertanyaan Jawaban


Ya Tidak
1. Apakah anda rutin melakukan pemeriksaan ulang ke

Puskesmas untuk kontrol tekanan darah setelah obat habis?


a. Tidak merasa adanya keluhan yang dirasakan lagi
b. Lupa mengingat waktu kontrol

c. Memiliki kesibukan lain ex: Bekerja

d. Melakukan pengobatan alternatif / minum obat


tradisional
2. Apakah anda pernah merasa terganggu karena harus

3. Apakah anda terkadang lupa minum obat?


4. Saat anda melakukan perjalanan atau meninggalkan rumah,

5. Ketika anda merasa kondisi tubuh mulai membaik, apakah

6. Ketika anda merasa kondisi tubuh memburuk, apakah anda

7. Apakah anda sering mengalami kesulitan dalam mengingat

8. Apakah anda pernah mengurangi/menghentikan penggunaan


Daftar Pustaka

1. Chobanian AV, Bakris GL, Black HR, et al. Seventh report of the Joint National
Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure.
Hypertension. 2003 Dec. 42(6):1206-52.
2. Benjamin EJ, Blaha MJ, Chiuve SE, et al, for the American Heart Association Statistics
Committee and Stroke Statistics Subcommittee. Heart disease and stroke statistics-2017
update: a report from the American Heart Association. Circulation. 2017 Mar 7. 135
(10):e146-e603.
3. Rivera SL, Martin J, Landry J. Acute and chronic hypertension: what clinicians need to
know for diagnosis and management. Crit Care Nurs Clin North Am. 2019 Mar. 31
(1):97-108.
4. Tay MZ, Poh CM, Rénia L, MacAry PA, Ng LFP. Trinitas COVID-19: kekebalan,
peradangan, dan intervensi. Nat Rev Immunol 2020; 20: 363-74.
5. Dasbor COVID-19 oleh Center for Systems Science and engineering (CSSE) di Johns
Hopkins ( situs web Universitas & Kedokteran Johns Hopkins ). 2020. Tersedia di:
https://coronavirus.jhu.edu/map.html . Diakses pada 30/04/2020.
6. Shah SJ, Stafford RS. Current trends of hypertension treatment in the United States. Am J
Hypertens 2017;30:1008–14.
7. Zhou F, Yu T, Du R, et al. Clinical course and risk factors for mortality of adult
inpatients with COVID-19 in Wuhan, China: a retrospective cohort study. Lancet
2020;395:1054–62.
8. Chen N, Zhou M, Dong X, et al. Epidemiological and clinical characteristics of 99 cases
of 2019 novel coronavirus pneumonia in Wuhan, China: a descriptive study. Lancet
2020;395:507–13.
9. Onder G, Rezza G, Brusaferro S. Case-fatality rate and characteristics of patients dying in
relation to COVID-19 in Italy. JAMA 2020 March [Epub ahead of print].
10. Grasselli G, Zangrillo A, Zanella A, et al. Baseline characteristics and outcomes of 1591
patients infected with SARS-CoV-2 admitted to ICUs of the Lombardy Region, Italy.
JAMA 2020 April [Epub ahead of print].
11. Richardson S, Hirsch JS, Narasimhan M, et al. Presenting characteristics, comorbidities,
and outcomes among 5700 patients hospitalized with COVID-19 in the New York City
Area. JAMA 2020 April 22 [Epub ahead of print].
12. Xie J, Tong Z, Guan X, Du B, Qiu H. Clinical characteristics of patients who died of
coronavirus disease 2019 in China. JAMA Netw Open 2020;3:e205619.
13. Common Anxiety Disorder Medications: Types & Side Effects [Internet]. [dikutip 11
Agustus 2020]. Tersedia pada: https://www.rxlist.com/anxiety_medications/drug-
class.htm
14. Davies SJ, Ghahramani P, Jackson PR, et al. Association of panic disorder and panic
attacks with hypertension. Am J Med. 1999;107:310-316.
15. Burnum JF, Hickam JB, McIntosh HD. Effect of hypocapnia on arterial blood pressure.
Circulation. 1954;9:89-95.
16. Martinez JM, Coplan JD, Browne ST, et al. Hemodynamic response to respiratory
challenges in panic disorder. J Psychosom Res. 1998;44:153-161.
17. Prabandari, Sudaryanto, Maliya. Hubungan tingkat pengetahuan dengan motivasi umtuk
memeriksakan diri pasien hipertensi pada lanjut usia di puskesmas Kerjo Karanganyar. J
ilmu Kesehat univ muhamadiyah Surakarta [Internet]. 2014;2(1):23–5. Tersedia pada:
http://eprints.ums.ac.id/30945/
18. Padila. Asuhan keperawatan penyakit dalam. Yogyakarta: Nuha Medika; 2013. hal. 78-81
19. Azhar. Terapi on farmakologi dalam pengendalian tekanan darah pada pasien hipertensi.
Indonesia J Heal Promotion [Internet]. 2020;2(3):193–4. Tersedia pada:
https://www.researchgate.net/publication/336215060_Terapi_Non_Farmakologi_dalam_
Pengendalian_Tekanan_Darah_Pada_Pasien_Hipertensi_Systematic_Review
20. Sunaryo. Psikologi. EGC, editor. Jakarta; 2004. hal 125-130
21. Sutarno GA. Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi berobat penderita tuberkulosis
di kota pekalongan tahun 2012. J Ilm Widya [Internet]. 2013;1(2):135–7. Tersedia pada:
file:///C:/Users/AFTambun/Downloads/116-Article Text-337-3-10-20140103.pdf
22. Megawaty. Pengaruh dukungan sosial dan religiusitas terhadap motivasi untuk berobat
pada penderita kanker serviks. J Psychol [Internet]. 2016;4(2):113–4. Tersedia pada:
http://journal.uinjkt.ac.id/index.php/tazkiya/article/view/10842/5579

Anda mungkin juga menyukai