Puji dan syukur penulis haturkan kepada Tuhan YME karena atas rahmat dan berkat-Nya
Refrat yang berjudul “Hernia Inguinalis Sinistra” ini dapat diselesaikan tepat waktu. Telaah
Ilmiah ini dibuat untuk memenuhi salah satu syarat ujian kepaniteraan klinik senior di Bagian
Ilmu Bedah RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang Fakultas Kedokteran Universitas
Sriwijaya.
Penulis juga ingin menyampaikan terima kasih kepada dr.Yustina, Sp.B atas
bimbingannya sehingga penulisan ini menjadi lebih baik.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dan kekeliruan dalam penulisan telaah
ilmiah ini. Oleh karena itu saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan untuk
penulisan yang lebih baik di masa yang akan datang.
Penulis
Page 1
Daftar Isi
KATA PENGANTAR.....................................................................................1
DAFTAR ISI....................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN
A. Definisi................................................................................................4
B. Anatomi dan Fisiologi.........................................................................4-10
C. Etiologi................................................................................................10-12
D. Macam-macam Hernia........................................................................12-14
E. Patofisiologi .......................................................................................14-16
F. Diagnosis............................................................................................16-18
G. Manifestasi klinis................................................................................18-20
H. Komplikasi..........................................................................................20-21
I. Tatalaksana.........................................................................................21-25
J. Komplikasi pembedahan....................................................................25-26
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................28
Page 2
BAB I
PENDAHULUAN
Page 3
B. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan ini untuk mengetahui patogenesis, manifestasi klinis, diagnosis
dari hernia inkarserata secara lebih jelas serta penatalaksanaan serta komplikasi dari hernia
inkarserata
C. Manfaat
Melalui referat ini diharapkan memberikan informasi dan ilmu pengetahuan tentang
hernia inkarserata bagi penulis maupun pembaca.
Page 4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Menurut Sjamsuhidayat & Jong, hernia merupakan protusi atau penonjolan isi suatu
rongga melalui defek atau bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan. Hernia adalah
penonjolan gelung atau ruas rongga atau jaringan melalui lubang abnormal.2 Hernia inkarserata
merupakan hernia ireponibel yang sudah diikuti dengan tanda-tanda ileus mekanik.1
Page 5
Anatomi pelipatan paha;4
Page 6
* Kanalis Inguinalis
Kanalis inguinalis pada orang dewasa panjangnya kira-kira 4 cm dan terletak 2-4 cm
kearah caudal ligamentum inguinal. Kanal melebar diantara cincin internal dan eksternal.
Kanalis inguinalis mengandung salah satu vas deferens atau ligamentum uterus. Funikulus
spermatikus terdiri dari serat-serat otot cremaster, pleksus pampiniformis, arteri testicularis n
ramus genital nervus genitofemoralis, ductus deferens, arteri cremaster, limfatik, dan prosesus
vaginalis.
Kanalis inguinalis harus dipahami dalam konteks anatomi tiga dimensi. Kanalis
inginalis berjalan dari lateral ke medial, dalam ke luar dan cepal ke caudal. Kanalis inguinalis
dibangun oleh aponeurosis obliquus ekternus dibagian superficial, dinding inferior dibangun
oleh ligamentum inguinal dan ligamentum lacunar. Dinding posterior (dasar) kanalis inguinalis
dibentuk oleh fascia transfersalis dan aponeurosis transverses abdominis. Dasar kanalis
inguinalils adalah bagian paling penting dari sudut pandang anatomi maupun bedah.
* Kanalis Femoralis
Kanalis femoralis terletak medial dari v. femoralis di dalam lakuna vasorum, dorsal dari
ligamentum inguinalis, tempat v. safena magna bermuara di dalam v. femoralis dengan panjang
kira-kira 1,5 cm dengan basis di anulus femoralis setinggi ligamentum Cooper. Foramen ini
sempit dan dibatasi oleh tepi yang keras dan tajam. Batas kranioventral dibentuk oleh
Page 7
ligamentum inguinalis, kaudodorsal oleh pinggir os pubis dari ligamentum iliopektineale
(ligamentum Cooper), sebelah lateral oleh (sarung) v.femoralis, dan di sebelah medial oleh
ligamentum lakunare Gimbernati. Hernia femoralis keluar melalui lakuna vasorum kaudal dari
ligamentum inguinale. Keadaan anatomi ini mengakibatkan inkarserasi hernia femoralis.
Pintu masuk hernia femoralis adalah anulus femoralis. Selanjutnya, isi hernia masuk ke
dalam kanalis femoralis yang berbentuk corong sejajar dengan v.Femoralis sepanjang kurang
lebih 2 cm dan keluar pada fosa ovalis di lipat paha.4
Kantung hernia femoralis berasal dari kanalis femoralis melalui suatu defek pada sisi
medial sarung femoralis (femoral sheath). Kanalis femoralis berisi satu atau dua kelenjar limfe,
yang terbesar disebut dengan Cloquet. Nodus-nodus ini didesak keluar dari kanalis femoralis
oleh suatu penonjolan peritoenal dan seringkali membentuk massa yang dapat dipalpasi.4
Pada pria, lewatnya testikel melalui dinding abdomen selama tahap embrionik,
melemahkan dan memperbesar orifisium miopektineal di atas ligamentum inguinalis dan
merupakan predisposisi terhadap hernia inguinalis indirek dan direk. Pada wanita, diameter
Page 8
pelvis sejati yang membesar, bila dibandingkan dengan pria, secara proporsional memperbesar
kanalis femoralis dan mungkin merupakan predisposisi dari hernia femoralis.4
Aponeurosis otot obliqus eksternus dibentuk oleh dua lapisan: superficial dan profunda.
Bersama dengan aponeorosis otot obliqus internus dan transversus abdominis, mereka
membentuk sarung rectus dan akhirnya linea alba. external oblique aponeurosis menjadi batas
superficial dari kanalis inguinalis. Ligamentum inguinal terletak dari spina iliaca anterior
superior ke tuberculum pubicum.3
Otot obliq abdominis internus menjadi tepi atas dari kanalis inguinalis . bagian medial
dari internal oblique aponeurosis menyatu dengan serat dari aponeurosis transversus abdominis
dekat tuberculum pubicum untuk membentuk conjoined tendon. adanya conjoined tendon yang
sebenarnya te;ah banyak diperdebatkan, tetapi diduga oleh banyak ahli bedah muncul pada
10% pasien.3
Page 9
* Fascia Transversalis
* Ligamentum Cooper
Ligamentum Cooper terletak pada bagian belakang ramus pubis dan dibentuk oleh
ramus pubis dan fascia. Ligamentum cooper adalah titik fixasi yang penting dalam metode
perbaikan laparoscopic sebagaimana pada teknik McVay.4
* Preperitoneal Space
Preperitoneal space terdiri dari jaringan lemak, lymphatics, pembuluh darah dan saraf.
Saraf preperitoneal yang harus diperhatikan oleh ahli bedah adalah nervus cutaneous femoral
lateral dan nervus genitofemoral. nervus cutaneous femoral lateral berasal dari serabut L2 dan
L3 dan kadang cabang dari nervus femoralis. Nervus ini berjalan sepanjang permukaan anterior
otot iliaca dan dibawah fascia iliaca dan dibawah atau melelui perlekatan sebelah lateral
ligamentum inguinal pada spina iliaca anterior superior.3
Nervus genitofemoral biasanya berasal dari L2 atau dari L1 dan L2 dan kadang dari L3.
Ia turun didepan otot psoas dan terbagi menjadi cabang genital dan femoral. Cabang genital
masuk ke kanalis inguinalis melalui cincin dalam sedangkan cabang femoral masuk ke hiatus
femoralis sebelah lateral dari arteri. ductus deferens berjalan melalui preperitoneal space dari
caudal ke cepal dan medial ke lateral ke cincin interna inguinal.4
Page 10
Jaringan lemak, lymphatics, ditemukan di preperitoneal space, dan jumlah jaringan
lemak sangat bervariasi.4
C. Etiologi
Penyebab terjadinya hernia:1,6
1. Lemahnya dinding rongga perut. Dapat ada sejak lahir atau didapat kemudian dalam
hidup.
2. Akibat dari pembedahan sebelumnya.
3. Kongenital
a. Hernia congenital sempurna
Bayi sudah menderita hernia kerena adanya defek pada tempat – tempat
tertentu.
Page 11
1. Kantong hernia
Pada hernia abdominalis berupa peritoneum parietalis. Tidak semua
hernia memiliki kantong, misalnya hernia incisional, hernia adiposa, hernia
intertitialis.
2. Isi hernia
Berupa organ atau jaringan yang keluar melalui kantong hernia,
misalnya usus, ovarium, dan jaringan penyangga usus (omentum).
3. Pintu hernia
Merupakan bagian locus minoris resistance yang dilalui kantong hernia.
4. Leher hernia
Bagian tersempit kantong hernia yang sesuai dengan kantong hernia.
5. Locus minoris resistence (LMR)
D. Macam-macam Hernia
1. Secara klinis dibagi mejadi :
a. Hernia reponibel
Jika organ yang mengalami hernia dapat keluar masuk kantung hernia secara
aktif atau pasif. Isinya tidak serta merta muncul secara spontan, namun terjadi
bila disokong gaya gravitasi atau tekanan intra abdomen yang meningkat. Usus
keluar jika berdiri atau mengedan dan masuk lagi jika berbaring atau didorong
masuk perut, tidak ada keluhan nyeri atau gejala obstruksi usus.
b. Hernia ireponibel
Jika organ yang masuk ke dalam kantung hernia tidak dapat keluar kecuali
dengan bantuan operasi. Jika hal ini disebabkan perlekatan organ pada kantung
hernia disebut hernia akreta.
c. Hernia strangulasi
Page 12
Merupakan hernia ireponibel dimana sudah terjadi gangguan vaskularisasi
pada viscera yang terperangkap pada kantung hernia atau terjepit cincin hernia.
d. Hernia inkarserata
Merupakan hernia ireponibel yang sudah diikuti dengan tanda-tanda ileus
mekanik.1,4
2. Berdasarkan arah herniasi
a. Hernia eksterna
Merupakan hernia yang penonjolannya dapat dilihat dari luar karena
penonjolan hernia ke arah luar.
1). Hernia inguinalis medialis (direk) dan lateralis (indirek)
Hernia inguinalis medialis disebabkan faktor peninggian tekanan intra
abdomen kronik dan kelemahan otot dinding di trigonum Hesselbach,
berbentuk bulat. Hernia inguinalis lateralis karena menonjol dari perut di lateral
pembuluh darah epigastrika inferior. Disebut indirek karena melalui dua pintu
saluran yaitu anulus dan kanalis inguinalis berbentuk lonjong.
2). Hernia femoralis
Peninggian tekanan intra abdomen akan mendorong lemak preperitonial
ke dalam kanalis femoralis yang akan menjadi pembuka jalan terjadinya hernia.
Wanita lebih banyak menderita hernia ini karena faktor penyebab kehamilan
multipara, obesitas, dan degenerasi jaringan ikat karena usia lanjut. Pintu
masuk hernia adalah anulus femoralis selanjutnya isi hernia akan masuk di
kanalis femoralis.
3). Hernia epigastrica
Hernia yang keluar melalui defek di linea alba antara umbilicus dan
prosesus xiphoideus.
4). Hernia obturatoria
Adalah hernia yang melalui canalis obturatoria. Canalis obturatoria
adalah saluran yang terbentuk akibat membran obturatoria tidak menutupi
foramen obturatoria, secara keseluruhan adalah defek pada sulcus obturatorius.
5). Hernia semilunaris
Hernia yang terjadi di sepanjang linea semilunaris abdomen. Linea
semilunaris adalah gambaran garis yang terdapat di lateral. Rectus abdominis,
linea ini terbentuk karena penyatuan 3 aponeurosis muskulus abdominalis yaitu
m.obliqus eksternus, m.obliqus internus, m.transversus abdominis.
Page 13
6). Hernia perinealis
Hernia perinealis merupakan penonjolan hernia pada perineum melalui
defek pada dasar panggul yang dapat terjadi secara primer.
7). Hernia ischiadica
Meruupakan hernia yang melalui foramen ischiadikum major dan
foramen ischiadikum minus.1,6
b. Hernia interna
Disebut hernia eksterna karena isi hernia masuk ke dalam rongga lain
misalnya cavum thorax atau bursa omentalis atau masuk ke dalam recessus di
cavum abdomen.
1). Pada cavum abdomen
a. hernia epiploika winslowi
Hernia viscera abdomen melalui foramen epiploika winslowi.
b. Hernia bursa omentalis
Lanjutan dari hernia epiploika dimana viscera tidak hanya di foramen
epiploika tetapi sudah masuk ke dalam bursa omentalis.
c. Hernia mesenterica
Herniasi jaringan ataupun organ retroperitoneal ke dalam mesenterium.
d. Hernia retroperitoneal
Hernia ini disebut retroperitoneal karena viscera abdomen masuk ke dalam
kantung-kantung yang terbentuk akibat lipatan peritoneum parietal yang
menutupi organ-organ retroperitoneal.1,6
2). Pada cavum thorax
Herniasi yang terjadi dari cavum abdomen menuju cavum thorax karena
melewati struktur diafragmatika maka dikenal sebagai hernia diafragmatika.
Hernia diafragmatika terjadi karena adanya lubang maupun defek abnormal
pada diafragma yang menyebabkan viscera abdomen dapat melalui lubang
tersebut menuju cavum thorax.
a. Hernia diafragmatica traumatica
Defek timbul karena tembakan, pukulan, tusukan, atau proses
pengerusakan diafragma.
b. Hernia diafragmatica non traumaticum
1). Kongenital
Karena adanya proses pertumbuhan diafragma
Page 14
2). Acquisital
Hernia ini akan melewati lubang pada diafragmatica yang memang sudah
ada seperti hiatus esofagus.1,6
E. Patofisiologi
Hernia berkembang ketika intra abdominal mengalami peningkatan tekanan seperti
tekanan pada saat mengangkat sesuatu yang berat, pada saat buang air besar atau batuk
yang kuat atau bersin dan perpindahan bagian usus kedaerah otot abdominal, tekanan yang
berlebihan pada daerah abdominal itu tentu saja akan menyebabkan suatu kelemahan
mungkin disebabkan dinding abdominal yang tipis atau tidak cukup kuatnya pada daerah
tersebut dimana kondisi itu ada sejak atau terjadi dari proses perkembangan yang cukup
lama, pembedahan abdominal dan kegemukan. Pertama-tama terjadi kerusakan yang sangat
kecil pada dinding abdominal, kemudian terjadi hernia karena organ-organ selalu
melakukan pekerjaan yang berat dan berlangsung dalam waktu yang cukup lama, sehingga
terjadilah penonjolan dan mengakibatkan kerusakan yang sangat parah.1
Isi hernia dapat pula tercekik oleh cincin hernia yang menimbulkan hernia inkarserata
dengan adanya gejala pasase usus. Sumbatan dapat terjadi total atau partial seperti pada
hernia richter. Bila cincin hernia sempit, kurang elastis, atau lebih kaku seperti pada hernia
femoralis dan hernia obturatoria, lebih sering terjadi jepitan partial.Sehingga akhirnya
menyebabkan kantung yang terdapat dalam perut menjadi atau mengalami kelemahan jika
suplai darah terganggu maka berbahaya dan dapat menyebabkan ganggren.6
Page 15
Gambar 6. Patofisiologi hernia
F. Diagnosa
Pemeriksaan Fisik
Inspeksi4
Hernia reponibel terdapat benjolan dilipat paha yang muncul pada waktu berdiri,
batuk, bersin atau mengedan dan menghilang setelah berbaring.
Hernia inguinal
o Lateralis : uncul benjolan di regio inguinalis yang berjalan dari lateral ke
medial, tonjolan berbentuk lonjong.
Page 16
o Medialis : tonjolan biasanya terjadi bilateral, berbentuk bulat.
Hernia skrotalis : benjolan yang terlihat sampai skrotum yang merupakan tojolan
lanjutan dari hernia inguinalis lateralis.
Hernia femoralis : benjolan dibawah ligamentum inguinal.
Hernia epigastrika : benjolan dilinea alba.
Hernia umbilikal : benjolan diumbilikal.
Hernia perineum : benjolan di perineum.
Palpasi
Titik tengah antar SIAS dengan tuberkulum pubicum (AIL) ditekan lalu pasien disuruh
mengejan. Jika terjadi penonjolan di sebelah medial maka dapat diasumsikan bahwa itu
hernia inguinalis medialis.1
Titik yang terletak di sebelah lateral tuberkulum pubikum (AIM) ditekan lalu pasien
disuruh mengejan jika terlihat benjolan di lateral titik yang kita tekan maka dapat
diasumsikan sebagai nernia inguinalis lateralis.
Titik tengah antara kedua titik tersebut di atas (pertengahan canalis inguinalis) ditekan
lalu pasien disuruh mengejan jika terlihat benjolan di lateralnya berarti hernia inguinalis
lateralis jika di medialnya hernia inguinalis medialis.1
Hernia inguinalis : kantong hernia yang kosong kadang dapat diraba pada funikulus
spermatikus sebagai gesekan dua permukaan sutera, tanda ini disebut sarung tanda
sarung tangan sutera. Kantong hernia yang berisi mungkin teraba usus, omentum
(seperti karet), atau ovarium. Dalam hal hernia dapat direposisi pada waktu jari
masih berada dalam annulus eksternus, pasien mulai mengedan kalau hernia
menyentuh ujung jari berarti hernia inguinalis lateralis dan kalau samping jari yang
menyentuh menandakan hernia inguinalis medialis. lipat paha dibawah ligamentum
inguina dan lateral tuberkulum pubikum.
Hernia femoralis : benjolan lunak di benjolan dibawah ligamentum inguinal
Hernia inkarserata : nyeri tekan.1
Perkusi
Bila didapatkan perkusi perut kembung maka harus dipikirkan kemungkinan hernia
strangulata. Hipertimpani, terdengar pekak.6
Auskultasi
Hiperperistaltis didapatkan pada auskultasi abdomen pada hernia yang mengalami
obstruksi usus (hernia inkarserata).6
Page 17
Colok dubur Tonjolan hernia yang nyeri yang merupakan tanda Howship – romberg
(hernia obtutaratoria).
Tanda – tanda vital : temperatur meningkat, pernapasan meningkat, nadi meningkat,
tekanan darah meningkat.
Tiga teknik pemeriksaan sederhana yaitu finger test, Ziemen test dan Tumb test.
Cara pemeriksaannya sebagai berikut:
Pemeriksaan Finger Test :6
o Menggunakan jari ke 2 atau jari ke 5.
o Dimasukkan lewat skrortum melalui anulus eksternus ke kanal
inguinal.
o Penderita disuruh batuk:
o Bila impuls diujung jari berarti Hernia Inguinalis Lateralis.
o Bila impuls disamping jari Hernia Inguinnalis Medialis.
Pemeriksaan Ziemen Test :6
o Posisi berbaring, bila ada benjolan masukkan dulu (biasanya oleh
penderita). Hernia kanan diperiksa dengan tangan kanan.
o Penderita disuruh batuk bila rangsangan pada :
o jari ke 2 : Hernia Inguinalis Lateralis.
o jari ke 3 : hernia Ingunalis Medialis.
o jari ke 4 : Hernia Femoralis.
Pemeriksaan Thumb Test :6
o Anulus internus ditekan dengan ibu jari dan penderita disuruh
mengejan
o Bila keluar benjolan berarti Hernia Inguinalis medialis.
o Bila tidak keluar benjolan berarti Hernia Inguinalis Lateralis.
G. Manifestasi klinik
Gambaran klinis hernia inkarserata yang berisi usus dimulai dengan gambaran obstruksi
usus disertai gangguan keseimbangan cairan, elektrolit, dan asam basa.1
Tabel 1. Perbedaan gambaran klinis hernia1
Jenis Reponibel Nyeri Obstruksi Tampak Toksik
sakit
Reponibel / bebas + - - - -
Ireponibel / akreta - - - - -
Page 18
Inkarserata - + + + -
Strangulasi - ++ + + ++
H. Komplikasi
Komplikasi hernia bergantung pada keadaan yang dialami oleh isi hernia. Isi hernia
dapat tertahan dalam kantong hernia. Hal ini dapat terjadi kalau isi hernia terlalu besar,
misalnya terdiri atas omentum, organ ekstraperitoneal atau merupakan hernia akreta. Di sini
tidak timbul gejala klinis kecuali berupa benjolan.1
Page 20
Isi hernia dapat pula tercekik oleh cincin hernia yang menimbulkan hernia inkarserata
dengan adanya gejala pasase usus. Sumbatan dapat terjadi total atau partial seperti pada
hernia richter. Bila cincin hernia sempit, kurang elastis, atau lebih kaku seperti pada hernia
femoralis dan hernia obturatoria, lebih sering terjadi jepitan partial. Jepitan cincin hernia
akan menyebabkan gangguan perfusi jaringan isi hernia. Pada permulaan, terjadi bendungan
vena sehingga terjadi udem organ atau struktur di dalam hernia dan transudasi ke dalam
kantong hernia. Timbulnya udem menyebabkan jepitan pada cincin hernia makin bertambah
sehingga akhirnya peredaran darah jaringan terganggu (strangulasi). Isi hernia menjadi
nekrosis dan kantong hernia akan berisi transudat berupa cairan serosanguinus.1,6
Kalau isi hernia terdiri dari usus, dapat terjadi perforasi yang akhirnya dapat
menimbulkan abses lokal, fistel, atau peritonitis jika terjadi hubungan dengan rongga perut.1
Bila terjadi strangulasi karena gangguan vaskularisasi, akan terjadi ganggren sehingga
gambaran klinis menjadi toksik, suhu tubuh meninggi, dan terdapat leukositosis. Penderita
mengeluh nyeri lebih hebat di tempat hernia. Nyeri akan menetap karena rangsangan
peritoneal.1,7
Pada pemeriksaan lokal ditemukan benjolan yang tidak dapat dimasukkan kembali
disertai nyeri tekan dan, tergantung keadaan isi hernia, dapat dijumpai tanda peritonitis atau
abses lokal. Hernia strangulata merupakan kegawata daruratan yang perlu mendapat
pertolongan segera. 1
I. Tatalaksana
Terapi umumnya, ialah terapi operatif merupakan terapi satu-satunya yang rasional.
Usia lanjut tidak merupakan kontraindikasi operasi elektif. Bila penderita hernia inkarserata
tidak menunjukan gejala sistemik, dapat dicoba melakukan reposisi postural. Jika usaha
reposisi berhasil, dapat dilakukan operasi herniorafi elektif setelah 24-48 jam setelahn udem
jaringan hilang dan keadaan umum pasien sudah lebih baik.1
Pada hernia inkarserata, apalagi pada hernia strangulata, kemungkinan pulihnya isi
hernia harus dinilai saat operasi. Bila isi hernia sudah nekrotik, dilakukan reseksi. Kalau
ketika operasi dinilai bahwa daya pulih isi hernia diragukan, diberikan kompres hangat dan
setelah lima menit dievalusasi kembali warna, peristaltis, dan pulsasi arteri arkuata pada
usus. Jika operasi dinding perut kurang kuat, yang memang terjadi pada hernia direk,
sebaiknya digunakkan mesh untuk menguatkan dinding perut setempat.1
1. Konservatif
Page 21
a. Reposisi (memasukkan hernia ke tempat semula)
Hanya dapat dilakukan pada hernia reponibel dengan menggunakan kedua tangan.
Tangan yang satu melebarkan leher hernia sedangkan tangan yang kedua
memasukkan isi hernia melalui leher hernia tadi.1
b. Sabuk hernia
1. Diberikan pada pasien yang menolak operasi
2. Bentuk sabuk seperti kepala ular diletakkan tepat di pintu hernia
3. Pemakaian dalam jangka waktu yang lama berdefek tidak baik yaitu
menyebabkan pintu hernia semakin lebar dan pemakaian yang tidak puas.
4. Pemakaian sabuk sebaiknya setelah reposisi berhasil.6
2. Pre-operatif
Tindakan segera yang dapat dilakukan pada pre-operatif, ialah;
1. Pemasangan infus untuk rehidrasi dan koreksi elektrolit/asam-basa segera
dilakukan.
2. Pemasangan kateter urine, tekanan vena sentral (CVP) dipasang sebagai
pemantau.
3. Pemasangan pipa lambung sangat membantu mengurangi tekanan intra-
abdominal yang menekan diafragma, sehingga menggangu pernafasan. Pipa
lambung juga untuk mencegah muntahan yang dapat menjadi aspirasi.7
3. Operatif
Operatif merupakan penanganan hernia yang paling baik dan dapat dilakukan pada
semua jenis hernia baik reponibel, ireponibel, strangulasi maupun inkarserata.1
Jenis Terapi
1. Herniotomy : tindakan mulai dari membuka kulit, membuka dan memotong
kantong hernia serta mengembalikan isi hernia ke cavum abdominal.
2. Herniography : tindakan mulai dari mengikat pintu hernia dan mengaitkan
pintu hernia tadi pada conjoint tendo.
3. Hernioplasty : merapatkan conjoint tendo ke ligamentum inguinale dan
mengaitkan kedua struktur tadi. Maksudnya adalah LMR hilang/tertutup dan
dinding perut menjadi lebih kuat.8
Berdasarkan pendekatan operasi, banyak teknik herniorraphy dapat diklompokkan
dalam 4 kategori utama :
Page 22
Kelompok 1: Open Anterior Repair
Kelompok 1 operasi hernia (teknik Bassini, McVay dan Shouldice) melibatkan
pembukaan aponeurosis otot obliquus abdomins ekternus dan membebaskan funikulus
spermatikus. fascia transversalis kemudian dibuka, dilakukan inspeksi kanalis spinalis,
celah direct dan indirect. Kantung hernia biasanya diligasi dan dasar kanalis spinalis di
rekonstruksi.1
Teknik Bassini
· Memisahkan otot kremaster dengan cara reseksi untuk mencari hernia indirect
sekaligus menginspeksi dasar dari kanalis inguinal untuk mencari hernia direct.
Page 23
dan memperbaiki dasar dari kanalis inguinalis, kelemahannya yaitu tegangan yang
tejadi akibat jahitan tersebut, selain dapat menimbulkan nyeri juga dapat terjadi
neckosis otot yang akan menyebakan jahitan terlepas dan mengakibatkan kekambuhan.
1
Page 24
luas dengan mesh hernia telah mulai menghilangkan anggapan ini, dan teknik ini terus
populer.Teknik ini dapat dilakukan dengan anastesi local, regional atau general.
Kelompok 4: Laparoskopic
Operasi hernia Laparoscopic makin populer dalam beberapa tahun terakhir, tetapi
juga menimbulkan kontroversi. Pada awal pengembangan teknik ini, hernia diperbaiki
dengan menempatkanpotongan mesh yang besar di region inguinal diatas peritoneum.
Teknik ini ditinggalkan karena potensi obstruksi usus halus dan pembentuka fistel karena
paparan usus terhadap mesh.
Saat ini kebanyakan teknik laparoscopic herniorrhaphies dilakukan menggunakan
salah satu pendekatan transabdominal preperitoneal (TAPP) atau total extraperitoneal
(TEP) . pendekatan TAPP dilakukan dengan meletakkan trokar laparoscopic dalam cavum
abdomendan memperbaiki region inguinal dari dalam. Ini memungkinkan mesh diletakkan
dan kemudian ditutupi dengan peritoneum.sedangkan pendekatan TAPP adalah prosedur
laparoskopic langsung yang mengharuskan masuk ke cavum peritoneal untuk diseksi.
Konsekuensinya, usus atau pembuluh darah bisa cidera selama operasi.9
J. Komplikasi Pembedahan
Komplikasi setelah operasi herniorraphy biasanya ringan dan dapat sembuh sendiri,
hematom dan infeksi luka adalah masalah yang paling sering terjadi. Komplikasi yang
lebih serius seperti perdarahan, osteitis atau atropy testis terjadi kurang dari 1 persen
pada pasien yang menjalani herriorraphy. Perbandingan komplikasi berat dan ringan
dari teknik open dan laparoscopic herniorrhaphies.6,9
Page 25
Gambar 10. Komplikasi dari open dan laparoscopic repair
BAB III
KESIMPULAN
1. Hernia merupakan penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau bagian lemah dari dinding
rongga bersangkutan.
2. Hernia dapat disebabkan oleh kongenital dan aquisita yang berupa tekanan intra abdominal
yang tinggi, konstitusi tubuh, distensi dinding perut dan sikatrik.
3. Secara klinis hernia dibagi menjadi hernia reponibel, ireponibel, hernia strangulasi dan
hernia inkarserata.
4. Hernia inkarserata banyak menjadi salah satu komplikasi dari hernia femoralis atau dapat
pula hernia lateralis. Pada hernia femoralis tidak sedikit menjadi inkarserata, hal ini
dipengaruhi karena tempat locus minoris keluarnya hernia femoralis yang sempit.
Page 26
5. Hernia inkarserata sendiri ialah merupakan hernia ireponibel dengan adanya gangguan
pasase, sehingga akan timbulnya gejala-gejala ileus. Dengan gejala seperti adanya gejala
perut kembung, muntah, tidak bisa flatus dan buang air besar ataupun ditemukannya
abdomen yang membuncit.
6. Sehingga pada pemeriksaan fisik, akan ditemukan beberapa hal; pada inspeksi akan
ditemukan adanya benjolan pada daerah inguinale, pada palpasi akan ada rasa nyeri, pada
perkusi abdomen akan ditemukan adanya hipertimpani sebagai salah satu gejala klinis yang
dari ileus, pada auskultasi akan ditemukan adanya bising usus metalic soung atau dapat
negatif.
7. Penatalaksanaan pada hernia inkarserata ialah; pada penatalaksanaan preoperatif;
Pemasangan infus untuk rehidrasi dan koreksi elektrolit/asam-basa segera dilakukan,
Pemasangan kateter urine, tekanan vena sentral (CVP) dipasang sebagai pemantau,
Pemasangan pipa lambung sangat membantu mengurangi tekanan intra-abdominal yang
menekan diafragma, sehingga menggangu pernafasan. Pipa lambung juga untuk mencegah
muntahan yang dapat menjadi aspirasi. Pada penatalaksanaan operatif, dilakukan
hernioraphy, dengan tujuan untuk memperkuat dinding abdomen.
Page 27
Daftar Pustaka
1. R. Sjamsuhidajat & Wim de Jong. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi I. Penerbit buku
kedokteran EGC. Jakarta. 1997. Hal 700-718
2. Dorland, W.A. Newman. Kamus Kedokteran Dorland. EGC. Jakarta. 2002. Hal 876
3. Martini, H. Fundamentals of Anatomy & Physiology. Upper Saddle River : Prentice
Hall. 2001. Hal 96-9
4. Mansjoer, Suprohaita, W.K. Wardhani, W. Setiowulan. Kapita Selekta Kedokteran.
Edisi III, Jilid II. Penerbit Media Aesculapius, Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. Jakarta. 2000. Hal 313-317
5. Grace, PA., Neil, RB. at a Glance Ilmu Bedah. Erlangga. Jakarta. 2005. Hal 78-9
6. Sabiston DC. Sabiston Buku Ajar Bedah bagian 2. EGC. Jakarta. 1995. Hal 678-90
7. Reksoprodjo S, Pusponegoro AD, Sumardi R, dkk. Kumpulan kuliah ilmu bedah
Universitas Indonesia. Binarupa Aksara. Jakarta. 2002. Hal 70-1
8. Brian W. Ellis & Simon P-Brown. Emergecy surgery. Edisi XXIII. Penerbit Hodder
Arnold. 2006. Hal 156-9
9. Michael S. Kavic. Laparoscopic Hernia Repair. Edisi I. Penerbit Harwood Academic
Publishers. Amsterdam. 1997. Hal 67-9
Page 28