Anda di halaman 1dari 15

STRUKTUR PAYUDARA DAN FISIOLOGI LAKTASI

A. PENGERTIAN PAYUDARA
Kelenjar mamae / payudara (buah dada) adalah perlengkapan organ
reproduksi pada wanita dan mengeluarkan air susu. Bentuk buah dada cembung
kedepan dengan putting ditengahnya, yang terdiri atas kulit dan jaringan erektil dan
berwarna tua payudara terletak dibawah kulit dan diatas otot dada merupakan
perubahan dari kelenjar payudara.
Payudara dewasa beratnya kira-kira 200 gram, yang kiri umumnya lebih besar
dari yang kanan. Pada waktu hamil payudara membesar, mencapai 600 gram dan
pada ibu menyusui 800 gram selama 9 bulan kehamilan, jaringan payudara tumbuh
dan menyiapkan fungsinya untuk menyediakan makanan bagi bayi baru lahir.

B. STRUKTUR PAYUDARA
1. Anatomi Payudara
Kelenjar mamae atau payudara adalah perlengkapan pada organ reproduksi pada
wanita dan mengeluarkan air susu. Buah dada terletak di dalam fasia superfisialis di
daerah pektoral antara sternum dan axila dan melebar dari kira-kira iga kedua atau
ketiga sampai ke iga keenam atau ketujuh. Berat dan ukuran buah dada berlain-
lainan. Pada masa pubertas membesar, dan bertambah besar selama hamil dan
sesudah melahirkan, dan menjadi atrofik pada usia lanjut.
Bentuk buah dada cembung ke depan dengan putting di tengahnya, yang terdiri
atas kulit dan jaringan erektil dan berwarna tua. Konstituen utama payudara adalah
sel kelenjar disertai duktus terkait serta jaringan lemak dan jaringan ikat dalam
jumlah bervariasi. Payudara dibagi menjadi bagian atai lobus oleh septum fibrosa,
yang berjalan dari belakang puting payudara ke arah otot pektoralis.
2. Struktur Makroskopis
Ada tiga bagian utama payudara, yaitu :
a) Korpus (badan), yaitu bagian yang membesar
b) Areola, yaitu bagian yang kehitaman di tengah
c) Papilla atau puting, yaitu bagian yang menonjol di puncak payudara.

Puting payudara dikelilingi oleh areola, suatu daerah berpigmen yang


ukurannya bervariasi, yang bertambah gelap saat hamil serta kaya akan pasokan
pembuluh darah dan serat saraf sensorik. Disekitar puting payudara terdapat tuberkel
Montgomeri, kelenjar sebasea yang mengalami hipertrofi dan menjadi menonjol saat
hamil, menghasilkan pelumas dan memberi perlindungan. Pemakaian sabun dalam
jumlah besar dapat meningkatkan risiko kerusakan puting payudara, terutama
kekeringan dan retak. Kepekaan puting payudara dan daerah di sekitarnya sangat
meningakt segera setelah persalinan. Persiapan menyebabkan influks implus saraf
aferen ke hipotalamus yang mengontrol laktasi dan perilaku ibu.
Ada empat macam bentuk puting, yaitu bentuk normal/umum, pendek/datar,
panjang dan terbenam (inverted). Namun, bentuk- bentuk puting ini tidak selalu
berpengaruh pada proses laktasi, karena pada dasarnya bayi menyusu pada payudara
ibu bukan pada puting. Pada beberapa kasus dapat terjadi dimana putting tidak lentur,
terutama pada bentuk puting tebenam, sehingga butuh penanganan khusus.

3. Struktur Mikroskopis
Di dalam badan payudara terdapat bangunan yang disebut alveolus, yang
merupakan tempat air susu diproduksi. Dari alveolus ini Air Susu Ibu (ASI) dialirkan
ke dalam saluran kecil (diktulus) beberapa saluran kecil bergabung membentuk
saluran yang lebih kecil ( duktus). Di bawah areola, saluran yang besar ini
mengalami pelebaran yang disebut sinus latiferus. Akhirnya semua saluran yang
besar ini memusat ke dalam puting dan bermuara ke luar. Di dalam dinding alveolus
maupun saluran, terdapat otot polos yang bila berkontraksi dapat memompa ASI
keluar.
Masing-masing dari 15 sampai 20 lobus, yang dipisahkan oleh jaringan ikat,
mengandung jaringan glandular yang tersusun sebagai suatu sistem duktus-alveolus.
Sel sekretorik alveolus berkelompok- kelompok seperti buah anggur di sekitar sistem
duktus yang bercabang-cabang, yang menyatu membentuk duktus laktiferosa utama
menuju puting payudara. Duktus laktiferosa melebar membentuk ampula atau sinus,
tepat di dasar puting payudara dan terbuka ke eksterior melalui duktus ejektorius.

4. Tahap-tahap Perkembangan Payudara


Saat lahir, payudara sebagian besar terdiri atas duktus laktiferus dengan
sedikit, jika ada alveoli. Kelenjar mammae yang rudimeter ini memiliki sedikit fungsi
sekretorik (air susu palsu) dalam beberapahari setelah lahir. Sekresi payudara pada
masa nenatal terjadi akibat kadar prolaktin yang tinggi pada bayi baru lahir setelah
pajanan payudara janin sebelumnya terhadap konsentrasi estrogen plasenta yang
tinggi selama kehamilan. Setelah estrogen plasenta hilang dari sirkulasi nenatal,
payudara memasuki fase tenang sampai pubertas. Pada pubertas, estrogen ovarium
menginduksi pertumbuhan sistem duktus laktiferus. Duktus-duktus ini bercabang-
cabang selama pertumbuhannya dan ujung duktus ini membentuk massa sel kecil dan
padat. Struktur ini akan membentuk aveolu lobular. Payudara dan alveoli kemudian
membesar. Saat menarche, sekresi esterogen dan progesteron siklik dimulai dan akan
terjadi fase tambahan pada pertumbuhan duktus dan lobulus yang rudimeter.
Kortikosteroid adrenal selanjutnya akan meningkatkan perkembangan duktus.
Payudara terus membesar selama beberapa waktu setelah menarke akibat timbunan
lemak dan jaringan ikatan bahan. Deferensiasi dan pertumbuhan akhir payudara tidak
akan terjadi sampai kehamilan.
Pertumbuhan dan perkembangan payudara dapat dibagi menjadi empat fase :
istirahat, perkembangan (kehamilan), sekresi susu (laktasi), dan involusi. Saat lahir,
struktur hanya sebuah puting payudara dan beberapa duktus rudimenter, dengan
sedikit atau tanpa alveolus yang mencerminkan asal evolusi dari modifikasi kelenjar
keringat apokria. Sampai pubertas, saatnya perkembangan yang terjadi mungkin
adalah percabangan duktus. Terjadi penurunan insiden kanker payudara pada
populasi yang banyak mengonsumsi fito-estrogen (senyawa mirip-esterogen yang
berasal dari tumbuhan). Diperkirakan fito-esterogen merangsang perkembangan sel
payudara pada masa anak dan pubertas sebelum kehamilan. Sel yang berdiferensiasi
baik ini mungkin lebih resiten terhadap pembentukan tumor (Adlecreutz, 1995).

5. Kolostrum
Kolostrum berasal dari bahasa latin adalah susu yang dihasilkan oleh kelenjar
susu dalam tahap akhir kehamilan dan beberapa hari setelah kelahiran bayi.
Kolostrum warnanya kekuningan dan kental penting bagi bayi karena mengandung
banyak gizi dan zat-zat pertahanan tubuh. Kolostrum (196) mengandung banyak
karbohidrat, protein, anti body dan sedikit lemak (yang sulit dicerna bayi) bayi
memiliki sistem pencernaan kecil dan kolostrum memberinya gizi dalam konsentrasi
tinggi. Kolostrum juga mengandung zat yang mempermudah bayi membuang air
besar pertama kali yang disebut meconium. Hal ini membersihkannya dari Bilirubin,
yaitu sel darah merah yang mati yang diproduksi ketika kelahiran.
Kolostrum adalah cairan prasusu yang dihasilkan oleh ibu dalam 24 – 36 jam
pertama setelah melahirkan (paska persalinan) kolestrum mensuvlei beberapa faktor
kekebalan (Faktor imun) dan faktor pertumbuhan pendukung kehidupan dengan
kombinasi zat gizi (nutrien) yang sempurna untuk mejamin kelangsungan hidup,
pertumbuhan, dan kesehatan bagi bayi yang baru lahir.
Namun karena kolostrum manusia tidak selalu ada, maka kita harus bergantung
pada sumber lain. Ada lebih dari 90 bahan Bioaktif Alam dalam kolostrum komponen
utamanya dikelompokan menjadi 2 yaitu : faktor umum dan faktor pertumbuhan.
Kolostrum juga mengandung berbagai jenis vitamin, mineral, dan asam amino yang
seimbang. Semua unsur ini bekerja secara sinergis dalam memulihkan dan menjaga
kesehatan tubuh.
Penelitian secara medis menunjukan bahwa kolostrum :
a) Mempunyai faktor imunitas yang kuat (Immunoglobium, lactoferm,
Cytokines, Lactalbumein, Glicoprotein, dan lain-lain) yang membantu
melawan virus, bakteri, jamur, alergi dan Toksin.
b) Membantu mengatasi berbagai masalah usus, Autoimunitas, Arthiritis,
Alergi.
c) Membantu menyeimbangkan kadar gula dalam darah dan sangat bermanfaat
bagi penderita diabetes.
d) Kaya akan kandungan T9F-B yang mendukung terapi penderita kanker
pembentukan tulang dan mencegah penyakit Herpes.
e) Mengandung Imunoglobulin dan telah terbukti sebagai Anti Virus, Anti
Bakteri, Anti Jamur, dan Anti Toksin.

Kolostrum disekresi selama kehamilan dan tampak lebih awal pada ibu yang
payudaranya telah berfungsi secara penuh sebelumnya. Pada saat permulaan
diproduksi, kolostrum berupa cairan jernih seperti air, tetapi kemudian menjadi lebih
kuning warnanya dan konsistensinya lebih menyerupai krim yang encer menjelang
akhir kehamilan.
Setelah kelahiran bayi, warnanya terus berubah, sampai hari ke-3 pascapartum
kolostrum tampak lebih menyerupai air susu, warnanya menjadi lebih pucat dan
konsistensinya menjadi lebih encer. Kolostrum ini merupakan fase peralihan
(transisi), karena perkembangan menjadi air susu yang sebenarnya memerlukan
waktu 10 sampai 14 hari.

Kolostrum mengandung :
Protein : 8,5%
Garam mineral : 0,4%
Lemak : 2,5%
Air : 85,1%
Karbohidrat : 3,5%
Leukosit
Corpulus colostrum
Sisa-sisa epitel yang mati
Vitamin A, B,C, D, E, dan vitamin K dalam jumlah yang sangat sedikit.
Nilai kalori = 80 kilo joule / 30 ml.

Dengan menyusukan bayi, apabila bayi merasa lapar (pemberian susu sesuai
kebutuhan) dan selama bayi menginginkan, maka tidak hanya memberikan kepuasan
kepada bayi, tetapi juga akan merangsang produksi prolaktin dan akan mempercepat
produksi air susu yang sebenarnya, meningkatkan kualitasnya dan membantu
memantapkan refleks neurohormonal (pengeluaran air susu) (Howie & Mc Nelly,
1980)
Fungsi kolostrum, yaitu:
a) Mempersiapkan system sekretorik payudara untuk memproduksi air susu.
b) Minum kolostrum secara awal, akan membantu membersihkan mekonium
dari usus bayi.
c) Mempunya nilai gizi yang tinggi. Kolostrum mengandung protein dengan
proporsi yang tinggi, sangat bergizi dan memberikan semua yang dibutuhkan
bayi.
d) Untuk perlindungan terhadap infeksi / antibody bagi bayi.

Faktor yang terdapat pada kolostrum, sehingga dapat mencegah infeksi neonatal
adalah :
a) Imunoglobulin
Imunoglobulin bekerja dalam saluran usus dan dapat juga diserap melewati
dinding usus kedalam sistem sirkulasi bayi. Imunoglobulin juga melapisi dinding
usus, dengan demikian dapat mencegap penyerapan protein yang mungkin
menyebabkan reaksi alergi.
b) Laktoferin
Laktoferin merupakan protein yang mempunyai afinitas tinggi terhadap zat
besi. Bersama dengan imunoglobulin A, laktoferin mengambil zat besi yang
diperlukan untuk perkembangan kuman E. Coli , stafilokokus, dan ragi. Kadar
laktoferin tertinggi dalam kolostrum dan ASI adalah pada 7 hari pertama postpartum.
Laktoferin juga terdapat pada susu sapi, tetapi laktoferin ini akan rusak pada
proses pasteurisasi. Laktoferin tidak terdapat dalam makanan buatan (formula). Efek
imunologis laktoferin akan hilang jika makanan bayi ditambah zat besi.
c) Lisosom
Lisosom bersama IgA mempunyai fungsi anti bakteri dan juga menghambat
pertumbuhan berbagai macam virus. Kadar lisosom pada kolostrum dan ASI lebih
besar dari pada kandungan lisosom pada susu sapi.
d) Faktor antitripsin
Faktor antitripsin akan menghambat kerja tripsin (memecah protein), sehingga
akan menyebabkan imunoglobulin pelindung tidak akan dipecah tripsin.
e) Faktor bifidus
Faktor bifidus adalah gula mengandung nitrogen. Faktor bifidus ini dibutuhkan
laktobasilus dalam pertumbuhannya. Laktobasilus didalam usus bayi menghasilkan
berbagai asam yang akan mencegah pertumbuhan kuman patogen . Faktor bifidus ini
terdapat dalam kolostum dan ASI saja, sedangkan pada susu sapi tidak. Dengan
demikian, penting bahwa makanan pertama bayi adalah kolostrum, karena
laktobasilus akan dihambat oleh susu sapi. Jika meminum susu sapi sekali saja akan
memberikan efek yang merugikan terhadap flora usus selama 3 hari.
Faktor-faktor pelindung ini semua ada didalam kolostrum dan ASI yang matur. Kadar
faktor ini akan berubah selama laktasi, sampai bayi mulai membentuk system
imunnya sendiri.
INGAT :
a) Pemberian kolostrum secara awal dan pemberian ASI yang terus menerus,
paling tidak selama 4 bulan, merupakan perlindungan terbaik yang dapat
diberikan kepada bayi terhadap penyakit.
b) Bahkan hanya dengan sekali minum air susu sapi dapat menyebabkan
kerusakan faktor-faktor perlindungan alami.

C. FISIOLOGI LAKTASI
Laktasi atau menyusui mempunyai dua pengertian, yaitu produksi ASI (prolaktin)
dan pengeluaran ASI (oksitosin).
1. Produksi ASI (Prolaktin)
Pembentukan payudara dimulai sejak embrio berusia 18-19 minggu, dan
berakhir ketika mulai menstruasi. Hormon yang berperan adalah hormon
esterogen dan progesteron yang membantu maturasi alveoli. Sedangkan hormon
prolaktin berfungsi untuk produksi ASI.
selama kehamilan hormon prolaktin dari plasenta meningkat tetapi ASI belum
keluar karena pengaruh hormon estrogen yang masih tinggi. Kadar estrogen dan
progesteron akan menurun pada saat hari kedua atau ketiga pasca persalinan,
sehingga terjadi sekresi ASI. Pada proses laktasi terdapat dua reflek yang
berperan, yaitu refleks prolaktin dan refleks aliran yang timbul akibat
perangsangan puting susu dikarenakan isapan bayi.
Refleks Prolaktin
Akhir kehamilan hormon prolaktin memegang peranan untuk membuat
kolostrum, tetapi jumlah kolostrum terbatas dikarenakan aktivitas prolaktin
dihambat oleh estrogen dan progesteron yang masih tinggi. Pasca persalinan,
yaitu saat lepasnya plasenta dan berkurangnya fungsi korpus luteum maka
estrogen dan progesteron juga berkurang. Hisapan bayi akan merangsang puting
susu dan kalang payudara, karena ujung-ujung saraf sensoris yang berfungsi
sebagai reseptor mekanik. Rangsangan ini dilanjutkan ke hipotalamus melalui
medulla spinalis hipotalamus dan akan menekan pengeluaran faktor penghambat
sekresi prolaktin dan sebaliknya merangsang pengeluaran faktor pemacu sekresi
prolaktin.
Faktor pemacu sekresi prolaktin akan merangsang hipofise anterior sehingga
keluar prolaktin. Hormon ini merangsang sel-sel alveoli yang berfungsi untuk
membuat air susu.
Kadar prolaktin pada ibu menyusui akan menjadi normal 3 bulan setelah
melahirkan sampai penyapihan anak dan pada saat tersebut tidak akan ada
peningkatan prolaktin walau ada isapan bayi, namun pengeluaran air susu tetap
berlangsung. Pada ibu nifas yang tidak menyusui, kadar prolaktin akan menjadi
normal pada minggu ke 2 – 3. Sedangkan pada ibu menyusui prolaktin akan
meningkat dalam keadaan seperti: stress atau pengaruh psikis, anastesi, operasi
dan rangsangan puting susu

Refleks Aliran (Let Down Reflek)


Bersamaan dengan pembentukan prolaktin oleh hipofise anterior, rangsangan
yang berasal dari isapan bayi dilanjutkan ke hipofise posterior (neurohipofise)
yang kemudian dikeluarkan oksitosin. Melalui aliran darah, hormon ini menuju
uterus sehingga menimbulkan kontraksi. Kontraksi dari sel akan memeras air susu
yang telah terbuat, keluar dari alveoli dan masuk ke sistem duktus dan selanjutnya
mengalir melalui duktus lactiferus masuk ke mulut bayi.
Faktor-faktor yang meningkatkan let down adalah: melihat bayi,
mendengarkan suara bayi, mencium bayi, memikirkan untuk menyusui bayi.
Faktor-faktor yang menghambat reflek let down adalah stress, seperti: keadaan
bingung/ pikiran kacau, takut dan cemas.
Refleks yang penting dalam mekanisme hisapan bayi
a) Refleks Menangkap (Rooting Refleks)
Timbul saat bayi baru lahir tersentuh pipinya, dan bayi akan menoleh ke arah
sentuhan. Bibir bayi dirangsang dengan papilla mamae, maka bayi akan
membuka mulut dan berusaha menangkap puting susu.
b) Refleks Menghisap (Sucking Refleks)
Refleks ini timbul apabila langit-langit mulut bayi tersentuh oleh puting. Agar
puting mencapai palatum, maka sebagian besar areola masuk ke dalam mulut
bayi. Dengan demikian sinus laktiferus yang berada di bawah areola, tertekan
antara gusi, lidah dan palatum sehingga ASI keluar.
c) Refleks Menelan (Swallowing Refleks
Refleks ini timbul apabila mulut bayi terisi oleh ASI, maka ia akan
menelannya.

2. Pengeluaran ASI (Oksitosin)


Apabila bayi disusui, maka gerakan menghisap yang berirama akan
menghasilkan rangsangan saraf yang terdapat pada glandula pituitaria posterior,
sehingga keluar hormon oksitosin. Hal ini menyebabkan sel-sel miopitel di sekitar
alveoli akan berkontraksi dan mendorong ASI masuk dalam pembuluh ampula.
Pengeluaran oksitosin selain dipengaruhi oleh isapan bayi, juga oleh reseptor
yang terletak pada duktus. Bila duktus melebar, maka secara reflektoris oksitosin
dikeluarkan oleh hipofisis.

3. Pemeliharaan Laktasi
Dua faktor penting untuk pemeliharaan laktasi yaitu :
a) Rangsangan
Bayi perlu di susui sesering mungkin terutama pada hari – hari neonatal awal .
Penting bahwa bayi ‘di fiksasi ‘ pada payudara dengan posisi yang benar apabila
diinginkan untuk meningkatkan ransangan yang tepat . Ransangan gusi bayi
sebaiknya berada pada kulit aerola sehingga tekanan diberikan pada ampula yang
ada di bawahnya sebagai tempat di simpannya air susu . Dengan demikian bayi
minum dari payudara bukan dari papila mamae ,jika ibu merasakan sakit saat
menyusui maka berarti bayi tidak disusui dengan posisi yang benar .
Jika bayi tidak dapat menyusu dengan suatu alasan , maka ibu dapat memeras
air susu dari payudaranya dengan tangan atau dengan pompa payudara .
b) Pengosongan payudara secara sempurna
Bayi sebaiknya mengosongkan satu payudara sebelum diberikan payudara
yang lain. apabila tidak mengosongkan yang kedua , maka pada pemberian air
susu yang berikutnya payudara yang kedua ini yang diberikan. Atau bayi mngkin
sudah kenyang dengan satu payudara , maka payudara yang kedua diberikan pada
pemberian air susu berikutnya.

Selain itu ada beberapa hal yang penting juga diperhatikan, yakni sebagai berikut:
Kesehatan umum
Ibu yang kesehatannya baik, yang telah melahirkan secara normal dan yang
telah dipersiapkan secara memadai baik secara mental maupun secara fisik untuk
pemberian air susu ibu selama antenatal, akan memulai fase laktasi dengan segala
keuntungannya. Kesehatan umum ibu harus dipertahankan dan harus dicegah
timbulnya anemia pada saat itu dengan pemberian diet yang seimbang seperti yang
mereka makan sebelum melahirkan. Apabila ibu telah mengkonsumsi zat besi saat
antenatal, maka konsumsi zat besi tadi perlu diteruskan.
Istirahat yang cukup dan menghindari kecemasan merupakan faktor yang sangat
penting, dan suasana di sekitar ibu harus tetap setenang mungkin. Sekarang
kecemasan tidak lagi dipercaya dapat mempengaruhi refleks neurohormonal,
walaupun demikian suasana yang menyenangkan sangat kondusif bagi laktasi yang
berhasil dan ikatan ibu-bayi yang baik. Kelelahan diremehkan sebagai faktor yang
ikut berperan dalam kegagalan pemberian air susu ibu.

Penopang dan Kebersihan


Seperti pada wanita di masa antenatal, kebanyakan para ibu lebih nyaman
memakai bra, terutama pada hari ke-2 dan ke-3 saat payudara mulai terisi. Jenis-jenis
bra yang dipakai selama kehamilan juga cocok untuk dipakai sat postnatal. Kolostrum
atau air susu ibu dapat menetes (keluar dengan sendirinya ) dari payudara, sehingga
bantalan pengisap sekali pakai dapat dipakai di sebelah dalam bra.

Teknik memberi air susu


Setelah kelahiran yang normal, maka bayi diberi minum air susu ibu. Apabila
kelahiran tidak normal, maka pemberian susu dilakukan segera setelah kondisi ibu
dan bayi memungkinkan. Pada beberapa jam pertama ibu biasanya lama
mendekapkan bayinya pada payudara dan memberikan air susunya. Terdapat sedikit
air susu di dalam payudara segera setelah melahirkan, namun refleks menghisap
naluriah bayi sebaiknya dipuaskan jga. Pemberian yang pertama yang meskipun
hanya sedikit akan memuaskan ibu dan bayi, dan harus dibantu oleh bidan terampil
yang bisa mengajari ibu bagaimana memfiksasi bayi secara benar. Bayi sebaiknya
diberi air susu ibu apabila lapar dan selama ia mau. Ibu harus yakin bahwa bayi telah
mengosongkan payudara yang pertama sebelum diberikan payudara yang kedua.
Apabila payudara yang kedua tidak dapat dikosongkan, maka bayi harus diberi
payudara yang kedua pada pemberian air susu ibu berikutnya.
Kadar prolaktin meningkat sebanding dengan frekuensi minum air susu ibu.
Makin sering bayi minum air susu ibu, maka masa peralihan dari kolostrum menjadi
air susu ibu yang matur akan makin singkat. Karena mengisap juga merangsang
produksi oksitosin, maka akan makin cepat terjadinya refleks neurohormonal. Bayi
sebaiknya juga diberi air susu ibu oleh ibunya pada malam hari, dan bukannya diberi
makanan tambahan sekedar agar tidak mengganggu ibu pada malam hari. Produksi
air susu ibu terus berlangsung pada malam hari, saat kadar prolaktin paling tinggi,
dan apabila payudara tidak dikosongkan, maka alveoli akan mengalami kongesti
(bendungan) dan terjadi pembengkakan karena air susu. Mengingat kenyataan bahwa
air susu ibu diproduksi dalam responsnya terhadap permintaan, dan bahwa laktasi
yang berhasil terutama tergantung pada pengosongan payudara yang efisien pada saat
air susu di hasilkan.

Pemeriksaan harian
Pemeriksaan payudara dan papilla mammae harian untuk menilai aliran dan
banyak nya air susu ibu serta untuk menyingkirkan adanya infeksi, memberikan
kesempatan yang cukup untuk merencanakan pemberian minum selama 24 jam
berikutnya.

Dorongan
Dorongan dan bantuan yang didapat oleh ibu pada setiap saat akan memperkuat
dan mendukung faktor lain yang penting untuk laktasi yang berhasil.
a) Inisiasi pemberian air susu ibu secara dini
b) Letak bayi yang benar pada waktu memberi air susu ibu.
c) Lama dan frekuensi minum air susu ibu yang tidak dibatasi.

Apabila ibu telah dipulangkan dari rumah sakit, ia harus tahu kepada siapa harus
berhubungan apabila ibu merasa memerlukan pertolongan.

Penekanan laktasi
Apabila penekanan (supresi) laktasi dilakukan segera setelah melahirkan, maka
jelas bahwa bayi tidak mendapatkan air susu ibu di bangsal bersalin. Apabila tidak
terjadi penghisapan payudara oleh bayi, maka tidak terjadi perangsangan perlepasan
prolaktin pada hari ke-3 atau ke-4 setelah melahirkan, bendungan pembuluh darah
akan memperbesar pembuluh lactifer dan air susu ibu perlu diperas dengan hati-hati
dan ini hanya untuk menghilangkan rasa tidak nyaman. Payudara perlu disanggah
dengan baik dengan memakai bra. Rasa tidak nyaman dapat dihilangkan dengan
pemberian analgetik ringan.

Obat-obatan
Estrogen sintetik, dapat dipakai untuk menekan pelepasan prolaktin, dan dengan
demikian menghambat laktasi, tetapi obat ini diduga dapat m,eningkatkan resiko
emboli dan karsinoma payudara dan sekarang jarang dipakai. Bromokriptin,
menghambat pelepasan prolaktin.

Susu Air Susu Ibu


Perubahan kolostrum menjadi air susu yang matur berlangsung bertahap selama 14
hari pertama kehidupan bayi . Kadang – kadang fase peralihan ini memerlukan waktu
yang lebih lama dan sangat bergantung pada apakah jaringan glandula mamae sudah
di aktifkan sebelumnya atau baru pertama kali . Keadaan tersebut juga bergantung
pada seberapa cepat dan seberapa efektif bayi belajar menghisap . Bahkan air susu
yang telah mengalami maturasi juga terdapat variasi yang besar dalam komposisi dan
nilai kalori air susu ibu , yaitu bergantung pada masing – masing individu . ASI
merupakan cairan yang alkalis (basa) , berwarna putih kebiruan dengan berat jenis
1031.
Rata – rata sampel air susu ibu jika dikumpulkan selama 24 jam mengandung :
a) Protein 1,5 %
Protein lebih mudah dicerna oleh bayi jika dibandingkan dengan protein air susu sapi.
Protein dari susu ( curd ) disebut kasein . Kadar protein yaitu laktalbumin dan
laktoglobulin lebih besar pada air susu ibu dibanding air susu sapi.
b) Garam mineral 0,2 %
Seperti natrium, kalsium, fosfor dan magnesium
c) Lemak 3,5 %
d) Air 87,8 %
e) Karbohidrat 7,0 %
f) Vitamin seperti pada kolostrum
g) Faktor pelindung
Seperti immunoglobulin protektif, laktoferin, lisosom, faktor bifidus, dan antitripsin.

Anda mungkin juga menyukai