Anda di halaman 1dari 9

Ienka Alya Athavina

04011381924220
Beta 2019

FISIOLOGI LAKTASI

ANATOMI DAN HORMON PAYUDARA

Anatomi Payudara anterior dan lateral (Moore & Agur, 2002)

Anatomi payudara tampak lateral. (Internet)

Letak payudara secara vertikal, yaitu di antara kosta II dan IV dan secara horizontal, mulai dari pinggir
sternum sampai linea aksilaris medialis. Kelenjar susu berada di jaringan subkutan, tepatnya di antara
jaringan subkutan menjadi superfisial dan profundus. Payudara menjadi besar saat hamil dan menyusui dan
biasanya mengecil setelah menopause. Pembesaran ini terutama disebabkan oleh pertumbuhan stroma
jaringan penyangga dan penimbunan jaringan lemak.

Besarnya ukuran payudara bervariasi tergantung usia seorang wanita dan dipengaruhi oleh faktor hormonal.

Secara umum, payudara terdiri atas dua jenis jaringan yaitu :

1. Jaringan glandular (kelenjar) : kelenjar susu (lobus) dan salurannya (duktus)

2. Jaringan stromal (penopang) : Jaringan lemak, jaringan ikat dan aliran limfe. (Rosai, 2002).

Menurut Seymor (2000) setiap payudara terdiri atas 15-20 lobus. Dari tiap lobus keluar duktus laktiferus,
pada bagian terminal duktus laktiferus terdapat sinus laktiferus yang kemudian menyatu terus ke puting susu
dimana ASI dikeluarkan.

Saluran utama tiap lobus memiliki ampulla yang membesar tepat sebelum ujungnya yang bermuara ke
papilla. Tiap papilla dikelilingi oleh daerah kulit yang berwarna lebih gelap yang disebut areola mamma.
(Seymor dan Schwatz, 2000).

Secara umum payudara dibagi atas korpus, areola dan puting.

a. Korpus

Korpus adalah bagian yang membesar. Di dalamnya terdapat alveolus (penghasil ASI), lobulus, lobus, sel
Aciner, jaringan lemak, sel plasma, sel otot polos dan pembuluh darah.

Lobulus, yaitu kumpulan dari alveolus.

Lobus, yaitu beberapa lobulus yang berkumpul menjadi 15-20 lobus pada tiap payudara. ASI disalurkan
dari alveolus ke dalam saluran kecil (duktulus), kemudian beberapa duktulus bergabung membentuk saluran
yang lebih besar (duktus laktiferus).

b. Areola

Sinus laktiferus, yaitu saluran di bawah areola yang besar melebar, akhirnya memusat ke dalam puting dan
bermuara ke luar. Di dalam dinding alveolus maupun saluran-saluran terdapat otot polos yang bila
berkontraksi dapat memompa ASI keluar. Areola merupakan bagian yang kecokelatan atau kehitaman di
sekitar puting (Faiz & Moffat, 2003).

c. Papilla/ puting

Bentuk puting ada empat, yaitu bentuk yang normal, pendek/ datar, panjang dan terbenam (inverted).

Payudara wanita mengalami tiga jenis perubahan yang dipengaruhi oleh hormon. Perubahan pertama
dimulai dari masa hidup anak melalui masa pubertas sampai menopause. Berkembangnya duktus dan
timbulnya sinus sejak pubertas disebabkan oleh estrogen dan progesteron. Perubahan kedua, sesuai dengan
daur haid. Beberapa hari sebelum haid, payudara akan mengalami pembesaran maksimal, tegang, dan nyeri.
Perubahan ketiga terjadi pada masa hamil dan menyusui. Saat hamil payudara akan membesar akibat
proliferasi dari epitel duktus lobul dan duktus alveolus, sehingga tumbuh duktus baru. Adanya sekresi
hormon prolaktin memicu terjadinya laktasi, dimana alveolus menghasilkan ASI dan disalurkan ke sinus
kemudian dikeluarkan melalui duktus ke puting susu (Sjamsuhidajat & De Jong, 2005).

HORMON

Estrogen Merangsang Pertumbuhan Sistem Duktus Payudara. Sepanjang masa kehamilan, sejumlah
besar estrogen yang disekresi oleh plasenta menyebabkan duktus payudara tumbuh dan bercabang. Secara
bersamaan, jumlah stroma payudara meningkat dan sejumlah besar lemak terbentuk dalam stroma.

Progesteron Dibutuhkan untuk Perkembangan Lengkap Sistem Lobulus-Alveolus.

Perkembangan akhir payudara menjadi organ penyekresi air susu juga memerlukan progesteron. Segera
setelah sistem duktus berkembang, progesteron bersinergi dengan estrogen, juga dengan semua
hormon-hormon lain tersebut di atas menyebabkan pertumbuhan lebih lanjut lobulus payudara, dengan
pertunasan alveolus, dan perkembangan sifat- sifat sekresi sel-sel alveoli.

Prolaktin Merangsang Laktasi

Walaupun estrogen dan progesteron penting untuk perkembangan fisik payudara selama kehamilan, pengaruh
khusus dari kedua hormon ini adalah menghambat sekresi air susu yang sesungguhnya. Sebaliknya, hormon
prolaktin mempunyai efek yang berlawanan pada sekresi air susu yaitu merangsangnya. Hormon ini disekresi
oleh kelenjar hipofisis anterior ibu, dan konsentrasinya dalam darah ibu meningkat secara tetap dari minggu
kelima kehamilan sampai kelahiran bayi, meningkat menjadi 10 sampai 20 kali dari kadar normal saat tidak
hamil. Konsentrasi prolaktin yang tinggi pada akhir kehamilan.

Plasenta menyekresi sejumlah besar human chorionic somatomammotropin, yang mempunyai sifat laktogenik,
jadi menyokong prolaktin dari hipofisis ibu selama kehamilan. Meskipun demikian, karena efek supresi dari
estrogen dan progesteron, hanya beberapa mililiter cairan yang disekresi setiap hari sampai bayi dilahirkan.

Cairan yang disekresi selama beberapa hari terakhir sebelum dan beberapa hari pertama setelah persalinan
disebut kolostrum; kolostrum terutama mengandung protein dan laktosa dalam konsentrasi yang sama seperti
air susu, tetapi hampir tidak mengandung lemak, dan kecepatan maksimum produksinya adalah sekitar 1/100
kecepatan produksi air susu berikutnya dan mengandung imunoglobin untuk antibodi.

Namun, setiap kali ibu menyusui bayinya, sinyal saraf dari puting susu ke hipotalamus menyebabkan lonjakan
sekresi prolaktin sebesar 10 sampai 20 kali lipat yang berlangsung kira- kira 1 jam.
Hipotalamus Menyekresi Hormon Penghambat Prolaktin.

Hipotalamus terutama merangsang pembentukan semua hormon yang lain, tetapi terutama menghambat
pembentukan prolaktin. Akibatnya, kerusakan pada hipotalamus atau penghambatan pada sistem portal
hipotalamus-hipofisis sering meningkatkan pembentukan prolaktin tetapi menekan sekresi hormon-hormon
hipofisis anterior lain. Faktor ini disebut hormon penghambat prolaktin.

Proses Ejeksi (atau "Let-Down") dalam Sekresi Air Susu —Fungsi Oksitosin

Air susu secara kontinu disekresi ke dalam alveoli payudara, tetapi air susu tidak dapat mengalir dengan
mudah dari alveoli ke dalam sistem duktus dan, oleh karena itu, tidak bocor secara kontinu dari puting susu.
Sebaliknya, air susu harus disemprotkan (diejeksikan) dari alveoli ke dalam duktus sebelum bayi dapat
memperolehnya. Proses ini disebabkan oleh gabungan refleks neurogenik dan hormonal yang melibatkan
hormon hipofisis posterior oksitosin, yaitu sebagai berikut.

Pembentukan ASI, yaitu proses pembentukan laktogen.

1) Laktogenesis I

Pada fase terakhir kehamilan, payudara wanita memasuki fase Laktogenesis I. Saat itu payudara
memproduksi kolostrum, yaitu berupa cairan kental yang kekuningan. Pada saat itu, tingkat progesteron
yang tinggi mencegah produksi ASI sebenarnya. Tetapi bukan merupakan masalah medis apabila ibu hamil
mengeluarkan kolostrum sebelum lahirnya bayi, dan hal ini juga bukan indikasi sedikit atau banyaknya
produksi ASI setelah melahirkan nanti.

2) Laktogenesis II

Saat melahirkan keluarnya plasenta menyebabkan turunnya tingkat hormon progesteron, estrogen, dan
human placental lactogen (HPL) secara tiba-tiba, tetapi hormon prolaktin tetap tinggi. Hal ini menyebabkan
produksi ASI besar-besaran yang dikenal dengan fase Laktogenesis II. Keluarnya hormon prolaktin
menstimulasi sel di dalam alveoli untuk memproduksi ASI, dan hormon ini juga keluar dalam ASI itu
sendiri. Penelitian mengindikasikan bahwa level prolaktin dalam susu lebih tinggi apabila produksi ASI
lebih banyak, yaitu sekitar pukul 2 pagi hingga 6 pagi, namun level prolaktin rendah saat payudara terasa
penuh. Hormon lainnya, seperti insulin, tiroksin, dan kortisol, juga terdapat dalam proses ini, namun peran
hormon tersebut belum diketahui. Penanda biokimiawi mengindikasikan bahwa proses laktogenesis II
dimulai sekitar 30-40 jam setelah melahirkan, tetapi biasanya para ibu baru merasakan payudara penuh
sekitar 50-73 jam (2-3 hari) setelah melahirkan. Artinya, memang produksi ASI sebenarnya tidak langsung
setelah melahirkan. Kolostrum dikonsumsi bayi sebelum ASI sebenarnya. Kolostrum mengandung sel darah
putih dan antibodi yang tinggi daripada ASI sebenarnya, khususnya tinggi dalam level immunoglobulin A
(IgA), yang membantu melapisi usus bayi yang masih rentan dan mencegah kuman memasuki bayi. IgA ini
juga mencegah alergi makanan. Dalam dua minggu pertama setelah melahirkan, kolostrum pelan pelan
hilang dan tergantikan oleh ASI sebenarnya.

3) Laktogenesis III

Pada tahap ini, apabila ASI banyak dikeluarkan, payudara akan memproduksi ASI dengan banyak pula.
Penelitian berkesimpulan bahwa apabila payudara dikosongkan secara menyeluruh juga akan meningkatkan
taraf produksi ASI. Dengan demikian, produksi ASI sangat dipengaruhi seberapa sering dan seberapa baik
bayi menghisap, dan juga seberapa sering payudara dikosongkan.

Bekerjanya hormon dalam menghasilkan ASI adalah sebagai berikut:

1) Saat bayi menghisap, sejumlah sel saraf di payudara ibu mengirimkan pesan ke hipotalamus.

2) Ketika menerima pesan itu, hipotalamus melepas “rem” penahan prolaktin.

3) Untuk mulai menghasilkan ASI, prolaktin yang dihasilkan kelenjar pituitari merangsang kelenjar –
kelenjar susu di payudara.

Ketika bayi mengisap, bayi sebenarnya tidak menerima susu untuk sekitar setengah menit pertama.
Mula-mula impuls sensorik harus ditransmisi melalui saraf somatik dari puting.
Refleks dalam Proses Laktasi Selama kehamilan,

Hormon prolaktin dari plasenta meningkat tetapi ASI belum keluar karena pengaruh hormon estrogen yang
masih tinggi. Kadar estrogen dan progesteron akan menurun pada saat hari kedua atau ketiga pasca
persalinan, sehingga pengaruh prolaktin lebih dominan dan pada saat inilah mulai terjadi sekresi ASI.
Dengan menyusukan lebih dini, terjadi perangsangan pada putting susu, terbentuklah prolaktin oleh hipofisis,
sehingga sekresi ASI makin lancar. Pada proses laktasi terdapat dua reflek yang berperan, yaitu refleks
prolaktin dan refleks aliran yang timbul akibat perangsangan puting susu dikarenakan isapan bayi.

1) Refleks Prolaktin Akhir

Kehamilan hormon prolaktin memegang peranan untuk membuat kolostrum, tetapi jumlah kolostrum
terbatas dikarenakan aktivitas prolaktin dihambat oleh estrogen dan progesteron yang masih tinggi.
Pascapersalinan, yaitu saat lepasnya plasenta dan berkurangnya fungsi korpus luteum maka estrogen dan
progesteron juga berkurang. Hisapan bayi akan merangsang puting susu dan kalang payudara, karena
ujung-ujung saraf sensoris yang berfungsi sebagai reseptor mekanik. Rangsangan ini dilanjutkan ke
hipotalamus melalui medulla spinalis hipotalamus dan akan menekan pengeluaran faktor penghambat
sekresi prolaktin dan sebaliknya merangsang pengeluaran faktor pemacu sekresi prolaktin. Faktor pemacu
sekresi prolaktin akan merangsang hipofise anterior sehingga keluar prolaktin. Hormon ini merangsang
sel-sel alveoli yang berfungsi untuk membuat air susu. Kadar prolaktin pada ibu menyusui akan menjadi
normal 3 bulan setelah melahirkan sampai penyapihan anak dan pada saat tersebut tidak akan ada
peningkatan prolaktin walau ada isapan bayi, namun pengeluaran air susu tetap berlangsung. Pada ibu nifas
yang tidak menyusui, kadar prolaktin akan menjadi normal pada minggu ke 2 – 3. Sedangkan pada ibu
menyusui prolaktin akan meningkat dalam keadaan seperti: stress atau pengaruh psikis, anastesi, operasi dan
rangsangan puting susu.

2) Refleks Aliran (let down reflex)

Rangsangan putting susu tidak hanya diteruskan sampai ke kelenjar hifofisis depan tetapi juga ke kelenjar
hipofisis bagian belakang, yang mengeluarkan hormone oksitosin. Hormon ini berfungsi memacu kontraksi
otot polos yang ada di dindng alveolus dan dinding saluran, sehingga ASI dipompa keluar. makin sering
menyusui, pengosongan alveolus dan saluran makin baik sehingga kemungkinan terjadinya bendungan ASI
makin kecil, dan menyusui makin lancar. Saluran ASI yang mengalami bendungan tidak hanya mengganggu
proses menyusui tetapi juga mudah terkena infeksi. Faktor-faktor yang meningkatkan let down adalah:
melihat bayi, mendengarkan suara bayi, mencium bayi, memikirkan untuk menyusui bayi. Faktor-faktor
yang menghambat reflek let down adalah stress, seperti: keadaan bingung/ pikiran kacau, takut dan cemas.

Refleks dalam Mekanisme Isapan


Refleks yang penting dalam mekanisme hisapan bayi adalah refleks menangkap (rooting refleks), refleks
menghisap, refleks menelan.

1) Refleks Menangkap (Rooting Refleks) Timbul saat bayi baru lahir tersentuh pipinya, dan bayi akan
menoleh ke arah sentuhan. Bibir bayi dirangsang dengan papilla mamae, maka bayi akan membuka mulut
dan berusaha menangkap puting susu.

2) Refleks Menghisap (Sucking Refleks) Refleks ini timbul apabila langit-langit mulut bayi tersentuh oleh
puting. Agar puting mencapai palatum, maka sebagian besar areola masuk ke dalam mulut bayi. Dengan
demikian sinus laktiferus yang berada di bawah areola, tertekan antara gusi, lidah dan palatum sehingga ASI
keluar.

3) Refleks Menelan (Swallowing Refleks) Refleks ini timbul apabila mulut bayi terisi oleh ASI, maka ia
akan menelannya ASI.

Stadium Laktasi

1) ASI stadium I

ASI stadium I adalah kolostrum. Kolostrum merupakan cairan yang pertama dikeluarkan atau disekresi oleh
kelenjar payudara pada empat hari pertama setelah persalinan. Komposisi kolostrum ASI setelah persalinan
mengalami perubahan. Kolostrum berwarna kuning keemasan disebabkan oleh tingginya komposisi lemak
dan sel-sel hidup. Kolostrum merupakan pencahar (pembersih usus bayi) yang membersihkan mikonium
sehingga mukosa usus bayi yang baru lahir segera bersih dan siap menerima ASI. Hal ini menyebabkan bayi
sering defekasi dan feces berwarna hitam. Jumlah energi dalam kolostrum hanya 56 Kal /100 ml kolostrum
dan pada hari pertama bayi memerlukan 20-30 CC. Kandungan protein pada kolostrum lebih tinggi
dibandingkan dengan kandungan protein dalam susu matur, Sedangkan kandungan karbohidratnya lebih
rendah dibandingkan ASI matur.

2) ASI Stadium II

ASI stadium II adalah ASI peralihan. ASI peralihan adalah ASI yang keluar setelah kolostrum sampai
sebelum menjadi ASI yang matang / matur.

Ciri dari air susu pada masa peralihan adalah sebagai berikut :

a) Peralihan ASI dari kolostrum hingga menjadi matur

b) Disekresi dari hari ke-4 sampai hari ke-10 dari masa laktasi. Teori lain mengatakan bahwa ASI matur
baru terjadi pada minggu ke-3 sampai minggu ke-5. Jumlah volume ASI semakin meningkat tetapi
komposisi protein semakin rendah, sedangkan lemak dan hidrat arang semakin tinggi, Hal ini untuk
memenuhi kebutuhan bayi karena aktifitas bayi yang mulai aktif dan bayi sudah mulai beradaptasi dengan
lingkungan. Pada masa ini pengeluaran ASI mulai stabil.
3) ASI Stadium III adalah ASI matur, dengan ciri – ciri sebagai berikut :

a) ASI yang disekresikan pada hari ke-10 dan seterusnya. Komposisi relatif konstan. Ada pula yang
mengatakan bahwa komposisi ASI relatif konstan baru dimulai pada minggu ke-3 sampai minggu ke-5.

b) Pada ibu yang sehat, produksi ASI untuk bayi akan tercukupi. Hal ini dikarenakan ASI merupakan
makanan satu – satunya yang paling baik dan cukup untuk bayi sapai usia enam bulan.

c) Cairan berwarna putih kekuning – kuningan yang diakibatkan warna dari garam Ca-caseinant, riboflavin,
dan karoten yang terdapat di dalamnya

d) Tidak menggumpal jika dipanaskan

Jenis ASI Air susu ibu atau ASI ternyata tidak selalu sama kualitasnya saat keluar, ada yang bentuknya
kental, encer atau bahkan sangat encer. Dari segi warna kadang juga berbeda – beda, ada yang berwarna
putih, putih kekuning – kuningan, dan bahkan juga ada yang berwarna bening seperti air pada umumnya. 20
1) Foremilk

Foremilk adalah ASI yang encer yang diproduksi pada awal proses menyusui dengan kadar air tinggi
mengandung banyak protein, laktosa, serta nutrisi lainnya, tetapi rendah lemak. Foremilk disimpan pada
saluran penyimpanan dan keluar pada awal menyusui. Foremilk merupakan ASI yang keluar pada lima
menit pertama. ASI ini lebih encer dibandingkan hindmilk, dihasilkan sangat banyak, dan cocok untuk
menghilangkan rasa haus bayi.

3) Hindmilk

Hindmilk adalah ASI yang mengandung tinggi lemak yang memberikan banyak zat tenaga/energi dan
diproduksi menjelang akhir proses menyusui. Hindmilk keluar setelah foremilk habis saat menyusui hampir
selesai, sehingga bisa dianalogikan seperti hidangan utama setelah hidangan pembuka. Jenis air susu ini
sangat kaya, kental, dan penuh lemak bervitamin. Hindmilk mengandung lemak 4-5 kali dibanding foremilk.
Bayi memerlukan foremilk dan hindmilk.

JAWABAN ANALISIS MASALAH

1. Penyebab payudara tegang adalah akibat aktifnya hormon oksitosin mengencangkan otot halus di sekitar
alveoli untuk memeras ASI menuju saluran susu. Oksitosin berperan dalam proses turunnya susu let-down /
milk ejection reflex setelah melahirkan. Oksitosin juga berperan dalam rahim pada saat melahirkan dan
setelahnya, seperti halnya juga dalam orgasme.

2. Penyebab payudara membesar adalah peran prolaktin yang menyebabkan membesarnya alveoli dalam
kehamilan. Dalam fisiologi laktasi, prolaktin merupakan suatu hormon yang disekresikan oleh glandula
pituitari. Hormon ini memiliki peranan penting untuk memproduksi ASI. Kadar hormon ini meningkat
selama kehamilan. Kerja hormon prolaktin dihambat oleh hormon plasenta. Peristiwa lepas atau keluarnya
plasenta pada akhir proses persalinan membuat kadar estrogen dan progesteron berangsur – ansur menurun
sampai tingkat dapat dilepaskan dan diaktifkannya prolaktin.

3. Volume produksi ASI

Hari pertama bayi lahir akan menghasilkan 50- 100 ml dan akan terus bertambah hingga 400-450ml hingga
minggu kedua.

Jumlah tersebut dapat dicapai dengan menyusui bayi 4-6 bulan pertama.

Setelah 6 bulan, volume air susu akan menurun. Hal ini menyebabkan perlunya makanan pendamping ASI.
Dalam keadaan produksi ASI telah normal, volume susu terbanyak yang dapat diperoleh adalah 5 menit
pertama. Penyedotan / penghisapan oleh bayi biasanya berlangsung selama 15-25 menit. Selama beberapa
bulan berikutnya bayi yang sehat akan mengkonsumsi sekitar 700-800 ml ASI setiap hari. Konsumsi ASI
selama satu kali menyusui atau jumlahnya selama sehari penuh sangat bervariasi. Ukuran payudara tidak ada
hubungannya dengan volume air susu yang diproduksi, meskipun umumnya payudara yang berukuran
sangat kecil, terutama yang ukurannya tidak berubah selama masa kehamilan hanya memproduksi sejumlah
kecil ASI.

Daftar Pustaka

1. Ganong WF. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran.Jakarta : Penerbit Buku. Kedokteran EGC.

2. Guyton AC, Hall JE. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9.

3. http://eprints.undip.ac.id/43466/3/BAB_II_TINJAUAN_PUSTAKA_-.pdf

4. http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/123858-S09118fk-Faktor%20anak-Literatur.pdf

5. http://repository.unair.ac.id/94063/1/Fisiologi%20Laktasi_compressed.pdf

6. http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/55510/Chapter%20II.pdf?sequence=4&isAllowed=y

7. http://digilib.unimus.ac.id/files//disk1/102/jtptunimus-gdl-khairaamma-5091-3-bab2.pdf

8. http://digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/ODY3NjBiOWNhMmQ5NDdjOTIxOGMzZ
mZiMzZkZDE3NDNhZDE5MWFlMw==.pdf

9. http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/734/bab%20ii.pdf?sequence=3&isAllowed=y

10. http://digilib.unila.ac.id/20633/17/BAB%20II.pdf

Anda mungkin juga menyukai