Anda di halaman 1dari 6

1.

Anatomi payudara
Payudara adalah organ tubuh yang terletak pada bagian bawah kulit dan diatas dada. Fungsi dari
payudara adalah memproduksi susu untuk nutrisi bayi. Dengan kata lain, payudara terletak di
dinding depan fasia superfisialis antara tulang dada sampai tulang iga ke enam, bentuknya
cembung ke depan bervariasi dan ditengahnya terdapat puting susu yang terdiri dari kulit dan
jaringan erektil (maryuni, 2010). Secara vertikal payudara terletak diantara kosta II dan IV,
secara horizontal mulai dari pinggir sternum sampai linea aksilari medialis. Kelenjar susu berada
dijaringan sub kutan superficial dan profundus, yang menutupi muskulus pectoralis mayor
(proses laktasi dan menyusui, hal :07)Ukuran normal payudara 10 – 12 cm dengan beratnya pada
wanita hamil adalah 200 gram, pada wanita hamil aterm 400 – 600 gram dan pada masa laktasi
sekitar 600 – 800 gram. Bentk dan ukuran payudara akan bervariasi menurut aktifitas
fungsionalnya. Payudara menjadi besar saat hamil dan menyusui biasanya mengecil setelah
menopuse. Pembesaran ini terutama disebabkan oleh pertumbuhan struma jaringan penyangga
dan penimbunan jaringan lemak.Ada 3 bagiaan utama payudara, korpus (badan), areola, papila
atau puting. Areola mammae (kalang payudara) letaknya mengelilingi puting susu dan berwarna
kegelapan yang disebabkan oleh penipisan dan penimbunan pigmen kulitnya. Perubahan warna
kulit ini tergantung dari corak kulitnya, kuning langsat akan berwarna jingga kemerahan, bila
kulitnya kehitaman maka warnanya akan lebih gelap dan kemudian menetap.Puting susu terletak
setinggi interkosta IV, tetepi berhubungan adanya variasi bentuk dan ukuran payudara maka
letaknya pun akan bervariasi pula. Pada tempat ini terdapat lubang – lubang kecil yang
merupakan muara dari duktus laktiferus, ujung – ujung serat otot polos yang tersusun secara
sirkuler sehingga bila ada kontraksi maka duktus laktiferus akan memadat dan menyebakan
puting susu eraksi, sedangkan serat – serat otot yang longitudinal akan menarik kembali puting
susu tersebut.Ada empat macam bentuk puting payudara yaitu bentuk yang
normal/umum,pendek/datar,panjang dan terbenam (inverted). Namun bentuk-bentuk puting ini
tidak terlalu berpengaruh pada proses laktasi,yang penting adalah bahwa puting susu dan aerola
dapat ditarik sehingga membentuk tonjolan tau “dot” kedalam mulut bayi. Kadang dapat terjadi
puting tidak lentur terutama pada bentuk puting terbenam, sehingga butuh penanganan khusus
agar bayi bisa menyusu dengan baik.

macam macam bentuk puting


Struktur payudara terdiri dari tiga bagian, yakni kulit, jaringan subkutan (jaringan bawah kulit),
dan corpus mammae. Corpus mammae terdiri dari parenkim dan stroma. Parenkim merupakan
suatu struktur yang terdiri dari duktus laktiferus (duktus), duktulus (duktulli), lobus dan alveolus.
Ada 15 – 20 duktus laktiferus. Tiap – tiap duktus bercabang menjadi 20 – 40 duktulli.duktulus
bercabang menjadi 10-100 alveolus dan masing – masing dihubungkan dengan saluran air susu
(sistem duktus) sehingga merupakan suatu pohon. Bila diikuti pohon tersebut dari akarnya pada
puting susu, akan didapatkan saluran air susu yang disebut duktus laktiferus. Di daerah kalang
payudara duktus laktiferus tempat penampungan air susu. Selanjutnya duktus laktiferusbterus
bercabang – cabang menjadi duktus dan duktulus, tapi duktulus yang pada perjalanan selanjutnya
disusun pada sekelompok alveoli. Didalam alveoli terdiri dari duktulus yan terbuka, sel – sel
kelenjar yang menghasilkan air susu dan mioepitelium yang berfungsi memeras air susu keluar
dari alveoli.
2. Fisiologi Payudara
Selama kehamilan, hormon prolaktin dari plasenta meningkat tetapi ASI biasanya belum keluar
karena masih dihambat oleh kadar estrogen yang tinggi. Pada hari kedua atau ketiga pasca
persalinan, kadar estrogen dan progersteron turun drastis, sehingga pengaruh prolaktin lebih
dominan dan pada saat inilah mulai terjadi sekresi ASI. Dengan menyusukan lebih dini terjadi
perangsangan puting susu, sehingga sekresi ASI semakin lancar. Dua reflek pada ibu yang sangat
puting susu, terbentuklah prolaktin hipofisis, sehigga sekresi ASI semakin lancar. Dua reflek
pada ibu yang sangat penting dalam proses laktasi yaitu reflek aliran timbul akibat perangsangan
puting susu oleh hisapan bayi. Pada seorang ibu menyusui dikenal 2 refleks yang masing –
masing berperan sebagai pembentukan dan pengeluaran air susu yaitu refleks prolaktin dan
reflek “let down” (Lawrece RA, 1988 dan 1995)
a. Refleks prolaktin.

Refleks Prolaktin
Seperti telah dijelaskan bahwa menjelang akhir kehamilan terutama hormon prolaktin memegang
peranan untuk membuat kolostrum, namun jumlah kolostrum terbatas, karena aktifitas prolaktin
dihambat oleh estrogen dan progesteron yang kadarnya memang tinggi. Setelah partus
berhubungan lepasnya plasenta dan kurang berfungsinya korpus luteum maka estrogen dan
progesteron sangat berkurang, ditambah lagi dengan adanya isapan bayi yang merangsang ujung
– ujung saraf sensoris yang berfungsi sebagai reseptor mekanik. Rangsangan ini dilanjutkan ke
hipotalamus melalui medula spinalais dan mesonsephalon. Hipotalamus akan menekan
pengeluaran faktor – faktor yang menghambat sekresi prolaktin dan sebaliknya merangsang
pengeluaran faktor – faktor yang memacu sekresi prolaktin. Faktor – faktor yang memacu sekresi
akan merangsang adenohipofise (hipofise anterior) sehingga keluar polaktin. Hormon ini
merangsang sel – sel alveoli yang berfungsi untuk membuat air susu. Kadar prolaktin pada ibu
yang menyusui akan menjadi normal 3 bulan setelah melahirkan sampai penyapihan anak pada
saat tersebut tidak akan ada peningkatan prolaktin walaupun ada isapan bayi, namun pengeluaran
air susu tetap berlangsung. Pada ibu yang melahirkan anak tetapi tidak menyusui, kadar prolaktin
akan menjadi normal pada minggu ke 2 – 3. Pada ibu yang menyususi, prolaktin akan meningkat
dalam keadaan – keadaaan seperti :
- Strees atau pengaruh psikis
- Anastesi
- Operasi
- Rangsangan puting susu
- Hubungan kelamin
- Obat– obatan tranquilizer hipotalamus seperti reserpin, klorpromazin, fenotiaid.
Sedangkan keadaan – keadaan yang menghambat
pengeluaran prolaktin adalah :
- Gizi ibu yang jelek
- Obat – obatan seperti ergot , L – dopa

b. Reflek oksitosin / let down reflex

Bersamaan dengan pembentukan prolaktin oleh adenohipofise, rangsangan yang berasal dari
isapan bayi ada yang dilanjutkan ke neurohipofise (hipofise posterior) yang kemudian
dikeluarkan oksitosin. Melalui aliran darah, hormon ini diangkut menuju uterus yang dapat
menimbulakan kontraksi pada uterus sehingga terjadi involusi dri organ tersebut. Oksitosin yang
sampai pada alveoli yang mempengaruhi sel mioepitium. Kontraksi dari sel akan memeras air
susu yang telah terbuat keluar dari alveoli dan masuk ke sistem duktulus yang untuk selanjutnya
mengalir melalui duktus laktiferus masuk ke mulut bayi.
Faktor – faktor yang meningkatkan refleks let down adalah :
- Melihat bayi
- Mendengarkan suara bayi
- Mencium bayi
- Memikirkan untuk menyusui bayi
Faktor – kator yang menghambat reflek let down adalah :
Stres seperti :
- Keadaan bingung/ pikiran kacau
- Takut
- Cemas

Jalannya refleks let down : bila ada stres dari ibu yang menyusui maka akan terjadi suatu blokade
dari refleks let down. Ini disebabkan oleh karena adanya pelepasan dari adrenalin (epinefrin)
yang menyebakan vasokontriksi dari pembuluh darah alveoli, sehingga oksitosin sedikit
harapannya untuk dapat mencapai target organ mioepitelium. Akibat dari tidak sempurnanya
refleks let down maka akan terjadi penumpukan air susu di dalam alveoli yan secara klinis
tampak payudara membesar. Payudara yang besar dapat berakibat abses, gagal untuk menyusui
dan rasa sakit. Rasa sakit ini akan merupakan strees lagi bagi ibu sehingga stres akan bertambah.
Karena refleks let down tidak sempurna maka bayi yang haus jadi tidak puas. Ketidakpuasan ini
merupakan tambahan strees bagi ibunya. Bayi yang haus dan tidak puas ini akan berusaha untuk
dapat air susu yang cukup dengan cara menambah kuat hisapannya sehingga tidak jarang dapat
menimbulakan luka – luka ini akan dirasakan sakit oleh ibunya yang juga akan menambah
stresnya tadi. Dengan demikian akan terbentuk sau lingkaran setan yang tertutup (circulus
vitiosus) dengan akibat kegagalan dalam menyusui.
DAFTAR PUSTAKA
Wlyani, & Endang, 2015, Asuhan Kebidanan Masa Nifas dan Menyusui.Yoyakarta : Pustaka
Baru Press

Anda mungkin juga menyukai