Anda di halaman 1dari 7

PENDAHULUAN

Manajemen laktasi merupakan segala tatalaksana yang diperlukan untuk menunjang


keberhasilan menyusui sehingga bayi dapat disusui dengan baik dan benar,khususnya
pemberian ASI eksklusif.
Tujuan dari manajemen laktasi adalah meningkatkan pengggunaan ASI eksklusif
sampai bayi berusia 6 bulan melalui faliltas sayang bayi. Manajemen laktasi dimulai
dari sejak hamil (antenatal),segera setelah melahirkan(natal) dan masa menyusui
(postnatal). produksi ASI yang optimal akan memberikan gizi yang optimal untuk
pertumbuhan bayi. Tapi, banyak faktor yang dapat mempengaruhi produk manajemen
lataksi seperti pengetahuan, perilaku, gizi ibu, dukungan tenaga kesehatan, dan
dukungan keluarga dapat menurunkan nilai menyusui di Indonesia.
ASI merupakan makanan pertama, utama dan terbaik bagi bayi yang bersifat alamiah.
Kegagalan dalam proses manajemen laktasi dapat menyebabkan ibu menjadi stress
dan ASI tidak akan diproduksi dengan baik. Akibatnya, bayi akan haus dan merasa
tidak puas. Jika hal ini terus menurus akan menganggu asupan nutrisi dari bayi
tersebut. Proses menyusui adalah saat yang penting bagi ibu pasca melahirkan.
BAB I
PEMBAHASAN

A. ASI Eksklusif
1. Pengertian Air Susu Ibu (ASI)
ASI adalah makanan terbaik bagi bayi sampai usia 6 bulan. Pemberian ASI
eksklusif yaitu pemberian ASI tanpa cairan atau makanan lain, kecuali suplemen
vitamin, mineral, dan atau obat-obatan untuk keperluan medis sampai bayi berusia 6
bulan, dan dilanjutkan pemberian ASI sampai dua tahun pertama kehidupannya
(Guyton & Hall, 2008).
2. Pengertian Laktasi
Menyusui atau laktasi adalah suatu proses dimana seorang bayi menerima air
susu dari payudara ibu (Sumastri, 2012). Menyusui yang dikategorikan ASI eksklusif
adalah gerakan menghisap dan menelan dari mulut sang bayi langsung ke puting susu
ibu (Sitepoe, 2013). Pada bayi baru lahir akan menyusu lebih sering, rata-rata 10-12
kali menyusu tiap 24 jam. Bayi yang sehat dapat mengosongkan payudara sekitar 5-7
menit, sedangkan ASI dalam lambung bayi akan kosong dalam waktu 2 jam (Astutik,
2014).

B. Anatomi payudara

1. Areola
Aerola adalah daerah berwarna gelap yang mengelilingi puting susu. Pada
areola terdapat kelenjar-kelenjar kecil yang disebut kelenjar Montgomery,
menghasilkan cairan berminyak untuk menjaga kesehatan kulit di sekitar areola.
2. Alveoli
Alveoli adalah kantong penghasil ASI yang berjumlah jutaan. Hormon
prolaktin mempengaruhi sel alveoli untuk menghasilkan ASI.
3. Duktus laktiferus
Duktus laktiferus merupakan saluran kecil yang yang berfungsi menyalurkan
ASI dari alveoli ke sinus laktiferus (dari pabrik ASI ke gudang ASI)
4. Sinus laktiferus / ampula
Sinus laktiferus merupakan saluran ASI yang melebar dan membentuk
kantung di sekitar areola yang berfungsi untuk menyimpan ASI.  
5. Jaringan lemak dan penyangga
Jaringan lemak di sekeliling alveoli dan duktus laktiferus yang menentukan
besar kecilnya ukuran payudara. Payudara kecil atau besar mempunyai alveoli
dan sinus laktiferus yang sama, sehingga dapat menghasilkan ASI sama banyak.
Di sekeliling alveoli juga terdapat otot polos, yang akan berkontraksi dan
memeras keluar ASI. Keberadaan hormon oksitosin menyebabkan otot tersebut
berkontraksi.

a) Laktogenesis
Setelah ibu melahirkan, penurunan cepat kadar estrogen dan progesteron memicu
pelepasan prolaktin dari kelenjar hipofisis anterior. Selama kehamilan, prolaktin
mempersiapkan payudara untuk menyekresi susu dan selama laktasi, untuk
menyintesis dan menyekresi susu. Prolaktin diproduksi sebagai respon terhadap
isapan bayi dan pengosongan payudara. Produksi susu merupakan system suplai
pemenuhan kebutuhan yaitu ketika susu dikeluarkan dari payudara lebih banyak susu
akan di produksi kembali. Pengosongan payudara yang tidak komplit dapat memicu
penurunan suplai susu.
Oksitosin merupakan hormone lainnya yang penting pada laktasi. Hormon ini
bertanggungjawab untuk milk ejection reflex atau reflex let down. Refleks ejeksi susu
ini dapat terjadi selama aktivitas seksual karena oksitosin dilepaskan selama orgasme.
Prolaktin dan oksitosin disebut dengan hormon keibuan karena hormon-hormon ini
memengaruhi emosi wanita postpartum, juga keadaan fisiknya.

a. Reflek penghasilan ASI


Hormon yang berpengaruh dalam penghasilan ASI adalah hormone prolaktin,
yang disekresi oleh kelenjar hipofisis anterior yang di stimuli oleh PRH (Prolactin
Releasing Hormon) di hipothalamus. Prolaktin bertanggung jawab atas produksi ASI.
Rangsangan produksi prolaktin bergantung pada pengosongan ASI dari payudara.
Makin banyak ASI yang dikeluarkan atau dikosongkan dari payudara, makin banyak
ASI yang dibuat. Proses pengosongan payudara sampai pembuatan ASI disebut reflek
prolaktin (Sheerwood, 2009).
b. Reflek aliran/ Let Down
Bersama dengan pembentukan prolaktin oleh hipofisis anterior, rangsangan yang
berasal dari isapan bayi akan menghasilkan rangsangan saraf yang dilanjutkan ke
dalam kelenjar hipofisis posterior (Astuti, 2014). Akibatnya, hipofisis posterior
menghasilkan oksitosin yang menyebabkan sel-sel myoepithelial di sekitar alveoli
akan berkontraksi dan mendorong air susu masuk ke pembuluh laktifer sehingga lebih
banyak air susu yang mengalir keluar. Keadaan ini disebut reflek oksitosin atau let
down reflex. Namun reflek ini dapat dihambat oleh faktor emosi atau psikologis dari
ibu (Sheerwood, 2009).

1) Pemeliharaan Laktasi
a. Rangsangan
Bayi harus difiksasi secara benar, yaitu posisi yang benar antara lidah dengan
gusi bayi terhadap papilla dan areola mammae ibu, supaya bisa meningkatkan
rangsangan. Sebagai respon terhadap rangsangan, prolaktin dikeluarkan oleh hipofisis
anterior sehingga memacu pembentukan air susu yang lebih banyak. Semakin sering
bayi menghisap atau lebih sering ASI dikeluarkan dengan dipompa atau diperah,
maka ASI akan lebih banyak diproduksi. Sebaliknya, bila bayi berhenti menyusu,
maka payudara akan berhenti memproduksi ASI (Sheerwood, 2009; Sumastri, 2012).
b. Pengosongan
Payudara secara Sempurna Sebaiknya mengosongkan satu payudara sebelum
diberikan payudara yang lain. Apabila bayi tidak mengosongkan payudara yang
kedua, maka pemberian air susu yang berikutnya, payudara yang kedua ini yang
diberikan pertama kali (Sheerwood, 2009).

2) Perubahan Hormonal pada Wanita yang Menyusui


a. Ketika hamil kadar prolaktin normal 10-25 ng/mL naik menjadi 200- 400 ng/mL
dan terus meningkat tajam pada permulaan menyusui sehingga terjadi
hiperprolactinemia. Kemudian mulai menurun, tetapi apabila frekuensi menyusui
tetap dipertahankan maka kadarnya bisa tetap diatas normal selama 18 bulan atau
lebih (Speroff, 2011; Yen et al, 1999).
b. FSH akan kembali dalam waktu 1 sampai 2 minggu setelah melahirkan.
Sedangkan LH sangat rendah setelah melahirkan, akan naik setelah 15 sampai 20
hari dan tidak berubah selama menyusui, tetapi masih dibawah normal (Yen et al,
1999).
c. Selama tidak adanya inisiasi menstruasi pada wanita yang sedang menyusui,
respon stimuli LH ke GnRH dikurangi, sedang respon FSH normal. Walaupun
kadar FSH normal tapi respon balik positif antara hipofisis dan ovarium tetap
gagal, sehingga sekresi estrogen dan progesteron oleh ovarium masih dibawah
normal (Yen et al, 1999). Kegagalan tersebut disebabkan pengaruh LH ditekan
sehingga kematangan folikel menjadi terganggu dan pada akhirnya folikel
tersebut tidak bisa berproliferasi (Sarwono, 2011). Hal ini serupa dengan apa
yang terlihat pada wanita yang sudah tidak menstruasi lagi meskipun FSHnya
pada tingkat yang normal (Yen et al, 1999).

b) Tahap - tahap laktogenesis


a. Laktogenesis 1
Dimulai dari minggu ke 16 sampai minggu ke 18. payudara akan mempersiapkan
diri untuk produksi susu dengan memproduksi kolostrum.Pada saat itu, tingkat
progesteron yang tinggi mencegah produksi ASI sebenarnya. Tetapi bukan
merupakan masalah medis apabila ibu hamil mengeluarkan kolostrum sebelum
lahirnya bayi, dan hal ini juga bukan indikasi sedikit atau banyaknya produksi
ASI setelah melahirkan nanti.

b. Laktogenesis II
Kolostrum perlahan akan berubah menjadi ASI Matur, transisi ini dikatakan
sebagai ‘ASI sudah keluar’. Pada hari ke 3 sampai hari ke 5 setelah melahirkan
sebagian besar wanita telah menyekresi ASI dalam jumlah banyak.Saat
melahirkan keluarnya plasenta menyebabkan turunnya tingkat hormon
progesteron, estrogen, dan human placental lactogen (HPL) secara tiba-tiba,
tetapi hormon prolaktin tetap tinggi. Hal ini menyebabkan produksi ASI besar-
besaran yang dikenal dengan fase Laktogenesis II. Apabila payudara dirangsang,
level prolaktin dalam darah meningkat, memuncak dalam periode 45 menit, dan
kemudian kembali ke level sebelum rangsangan tiga jam kemudian. Keluarnya
hormon prolaktin menstimulasi sel di dalam alveoli 24 untuk memproduksi ASI,
dan hormon ini juga keluar dalam ASI itu sendiri. Penelitian mengindikasikan
bahwa level prolaktin dalam susu lebih tinggi apabila produksi ASI lebih banyak,
yaitu sekitar pukul 2 pagi hingga 6 pagi, namun level prolaktin rendah saat
payudara terasa penuh. Hormon lainnya, seperti insulin, tiroksin, dan kortisol,
juga terdapat dalam proses ini, namun peran hormon tersebut belum diketahui.
Penanda biokimiawi mengindikasikan bahwa proses laktogenesis II dimulai
sekitar 30-40 jam setelah melahirkan, tetapi biasanya para ibu baru merasakan
payudara penuh sekitar 50-73 jam (2-3 hari) setelah melahirkan. Artinya,
memang produksi ASI sebenarnya tidak langsung setelah melahirkan. Kolostrum
dikonsumsi bayi sebelum ASI sebenarnya. Kolostrum mengandung sel darah
putih dan antibodi yang tinggi daripada ASI sebenarnya, khususnya tinggi dalam
level immunoglobulin A (IgA), yang membantu melapisi usus bayi yang masih
rentan dan mencegah kuman memasuki bayi. IgA ini juga mencegah alergi
makanan. Dalam dua minggu pertama setelah melahirkan, kolostrum pelan pelan
hilang dan tergantikan oleh ASI sebenarnya
c. Laktogenesis III
Komposisi ASI akan terus berubah selama sekitar 10 hari ketika ASI Matur sudah
menetap.
Sistem kontrol hormon endokrin mengatur produksi ASI selama kehamilan dan
beberapa hari pertama setelah melahirkan. Ketika produksi ASI mulai stabil,
sistem kontrol autokrin dimulai. Fase ini dinamakan Laktogenesis III. Pada tahap
ini, apabila ASI banyak dikeluarkan, payudara akan memproduksi ASI dengan
banyak pula. Penelitian berkesimpulan bahwa apabila payudara dikosongkan
secara menyeluruh juga akan meningkatkan taraf produksi ASI. Dengan
demikian, produksi ASI sangat dipengaruhi seberapa sering dan seberapa baik
bayi menghisap, dan juga seberapa sering payudara dikosongkan.

C. KANDUNGAN ASI
Kandungan kolostrum
Kolostrum mengandung protein,vitamin yang larut lemak dan mineral yang lebih
banyak dari ASI matang. Kolostrum sangat penting untuk diberikan karena
mengandung immunoglobulin A (IgA) yang sangat tinggi.
Kandungan ASI transisi
ASI transisi mengandung lemak, laktosa, dan vitamin larut air yang semakin
meningkat namun kandungan proteinnya menurun.
Kandungan ASI matur
ASI matur mengandung dua komponen berdasarkan waktu pemberian, yaitu;
 Foremilk ( keluar pada awal bayi menyusu): Foremilk adalah ASI yang encer
yang diproduksi pada awal proses menyusui dengan kadar air tinggi mengandung
banyak protein, laktosa, serta nutrisi lainnya, tetapi rendah lemak. Foremilk
disimpan pada saluran penyimpanan dan keluar pada awal menyusui. Foremilk
merupakan ASI yang keluar pada lima menit pertama. ASI ini lebih encer
dibandingkan hindmilk, dihasilkan sangat banyak, dan cocok untuk
menghilangkan rasa haus bayi.
 Hindmilk ( keluar setelah permulaan let-down): Hindmilk adalah ASI yang
mengandung tinggi lemak yang memberikan banyak zat tenaga/energi dan
diproduksi menjelang akhir proses menyusui. Hindmilk keluar setelah foremilk
habis 36 saat menyusui hampir selesai, sehingga bisa dianalogikan seperti
hidangan utama setelah hidangan pembuka. Jenis air susu ini sangat kaya, kental,
dan penuh lemak bervitamin. Hindmilk mengandung lemak 4-5 kali dibanding
foremilk. Bayi memerlukan foremilk dan hindmilk.

D. KEUNIKAN ASI
ASI merupakan suatu substansi yang dinamik dengan komposisi yang terus berganti
untuk mencukupi kebutuhan nutrisi dan imunologi yang terus berganti selama masa
pertumbuhan dan perkembangan.
ASI mengandung komponen imunologi aktif yang memberikan perlindungan terhadap
bakteri,virus dan protozoa. IgA sekretori merupakan immunoglobulin utama pada
ASI: IgG,IgD,IgM, dan IgE. ASI juga mengandung limfosit T dan B, epidermal
growth factor, sitokin,interleukin, factor bifidus, komplemen( C3 dan C4) dan
lactoferin.. Semuanya mempunyai peran khusus dalam mencegah infeksi bakteri dan
virus yang sistemik dan terlokalisasi.

DAFTAR PUSTAKA

Pretidiana, IM.2016.BAB II tinjauan pustaka. Diakses pada tanggal 20 agustus,


dari : http://eprints.ums.ac.id/43165/7/BAB%202.pdf
Widiyanti, W. 2014.BAB II tinjauan pustaka-eprints undip. Diakses pada tanggal
20 agustus,
dari :http://eprints.undip.ac.id/43466/3/BAB_II_TINJAUAN_PUSTAKA_-.pdf

Anda mungkin juga menyukai