TINJAUAN PUSTAKA
A. Air Susu Ibu (ASI)
1. Pengertian
Banyak para ahli yang mengungkapkan pengertian dari ASI itu sendiri,
antara lain ungkapan dari Saleha (2009), Air Susu Ibu (ASI) merupakan nutrisi
alamiah yang terbaik bagi bayi karena mengandung energi dan zat yang
dibutuhkan selama enam bulan pertama kehidupan bayi. ASI mengandung
semua bahan yang diperlukan bayi, mudah dicerna, memberi perlindungan
terhadap infeksi, selalu segar, bersih dan siap untuk diminum (Saifuddin, 2006).
Air susu ibu (ASI) adalah makanan terbaik untuk bayi. ASI akan mencegah
malnutrisi karena mengandung zat – zat gizi yang dibutuhkan bayi dengan tepat,
mudah digunakan secara efisien oleh tubuh bayi dan melindungi bayi terhadap
infeksi. Kira – kira selama tahun perttama kehidupannya, sistem kekebalan bayi
belum sepenuhnya berkembang dan tidak bisa melawan infeksi, oleh karena itu
zat kekebalan yang terkandung dalam ASI sangat berguna (Meritalia, 2012).
ASI adalah cairan putih yang dihasilkan oleh kelenjar payudara ibu melalui
proses menyusui. Secara ilmiah, ia mampu menghasilkan ASI. ASI merupakan
makanan yang telah disiapkan untuk calon bayi saat ia mengalami kehamilan.
Semasa kehamilan, payudaranya akan mengalami perubahan untuk menyiapkan
produksi ASI tersebut (Khasanah, 2011). Setiap ibu menghasilkan air susu yang
kita sebut ASI sebagai makanan alamai yang disediakan untuk bayi, ASI adalah
makanan satu – satunya paling sempurna untuk menjamin tumbuh kembang bayi
pada enam bulan pertama (Saleha, 2009).
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa ASI adalah cairan
nutrisi yang dihasilkan oleh kelenjar payudara ibu melalui proses menyusui yang
berguna untuk makanan bayi yang terbaik agar kebutuhan yang diperlukan oleh
bayi dapat terpenuhi karena mengandung zat – zat gizi yang baik dan lebih
komplit, mengandung kekebalan untuk bayi agar kebal terhadap infeksi yang
tidak dimiliki oleh susu selain ASI.
8
9
b) Estrogen
Menstimulasi sistem saluran ASI untuk membesar. Kadar estrogen
dalam tubuh menurun saat melahirkan dan tetap rendah untuk beberapa
bulan selama tetap menyusui.
c) Prolaktin
Berperan dalam membesarnya alveoli pada masa kehamilan.
d) Oksitosin
Mengencangkan otot halus dalam rahim pada saat melahirkan dan
setelahnya, dan mengencangkan otot halus disekitar alveoli untuk
memeras ASI menuju saluran susu. Oksitosin berperan dalam proses
turunnya susu (let down/ejection reflex).
e) Human placental lactogen (HPL)
Sejak bulan kedua kehamilan, plasenta mengeluarkan banyak HPL yang
berperan dalam pertumbuhan payudara, putting, dan areola sebelum
melahirkan. Pada bulan kelima dan keenam kehamilan, payudara siap
memproduksi ASI. Namun ASI bisa juga diproduksi tanpa kehamilan
(induced lactation).
Namun ASI juga bisa diproduksi tanpa kehamilan (induction lactation).
b. Proses pembentukan lactogen
Proses pembentukan lactogen menurut Saleha (2009), melalui tahapan
– tahapan berikut ini:
1) Laktogenesis I
Pada fase terakhir kehamilan, payudara wanita memasuki fase
laktogenesis I. Saat itu payudara memproduksi kolostrum, yaitu berupa
cairan kental yang kekuningan. Pada saat itu, tingkat progesteron yang
tinggi mencegah produksi ASI yang sebenarnya. Namun hal ini bukan
merupakan masalah medis. Apabila ibu mengeluarkan kolostrum sebelum
bayi lahir, hal ini bukan merupakan indikasi sedikit atau banyaknya
produksi ASI sebenarnya nanti.
11
2) Laktogenesis II
Saat melahirkan keluarnya plasenta menyebabkan turunnya tingkat
hormon progesteron, estrogen, dan HPL, secara tiba-tiba. Namun hormon
prolaktin tetap tinggi. Hal ini menyebabkan produksi ASI besar-besaran.
Apabila payudara dirangsang, jumlah prolaktin dalam darah akan
meningkat dan mencapai puncaknya pada periode 45 menit, kemudian
kembali ke level sebelumnya rangsangan tiga jam kemudian. Keluarnya
kadar hormon prolaktin menstimulasi sel di dalam alveoli untuk
memproduksi ASI dan hormon ini juga keluar dalam ASI sendiri.
3) Laktogenesis III
Sistem kontrol hormon endokrin mengatur produksi ASI selama
kehamilan dan beberapa hari pertama setelah melahirkan. Ketika produksi
ASI mulai stabil, sistem kontrol otokrin dimulai. Pada tahap ini, apabila ASI
banyak dikeluarkan, payudara akan memproduksi ASI dengan banyak
pula. Dengan demikian, produksi ASI sangat dipengaruhi oleh seberapa
sering dan seberapa baik bayi menghisap, juga seberapa sering payudara
dikosongkan.
3. Proses Produksi Air Susu Ibu
Pengeluaran ASI merupakan suatu interaksi yang sangat kompleks antara
rangsangan mekanik, dan bermacam – macam hormon. Pengaturan hormon
terhadap pengeluaran ASI dapat dibedakan menjadi 3 bagian, yaitu:
a. Produksi air susu ibu (prolaktin)
Dalam fisiologilaktasi, prolaktin merupakan suatu hormon yang disekresi
oleh glandula pitutary. Hormon ini memiliki peranan penting untuk
memprodusi ASI, kadar hormon ini meningkat selama kehamilan. Kerja
hormon ini dihambat oleh hormon ini dihambat oleh hormon plasenta dengan
lepas atau keluarnya plasenta pada akhir proses persalinan, maka kadar
estrogen dan progesteron berangsur – angsur menurun sampai tingkat dapat
dilepaskan dan diaktifkannya prolaktin. Peningkatan kadar prolaktin akan
menghambat ovulasi, dan dengan demikian juga mempunyai fungsi
kontrasepsi.
12
Pada seorang ibu hamil yang dikenal dengan dua reflek yang masing-
masing berperan dalam pembentukan dan pengeluaran air susu, yaitu
prolaktin dan reflek let down (Proverawati, 2010):
1) Reflek prolaktin
Menjelang akhir kehamilan terutama hormon prolaktin memegang
peranan memegang perenan untuk membuat kolostrum, namun jumlah
kolostrum terbatas, karena aktifitas dihambat dengan hormon
progesteron dan estrogen. Setelah partus dan lepasnya plasenta maka
hormone estrogen dan progesteron menurun, dengan adanya isapan bayi
yang merangsang puting susu dan aerola dan merangsang ujung – ujung
saraf sensoris, rangsangan ini kemudian dilanjutkan ke hipotalamus
sehingga memacu sekresi prolaktin.
2) Reflek let down
Bersamaan dengan proses pembentukan prolaktin rangsangan
yang berasal dari isapan bayi yang ada dilanjutkan neurohipofisis yang
kemudian oksitosin. Faktor – faktor yang meningkatkan reflek let down
adalah :
a) Melihat bayi,
b) Mendengarkan suara bayi,
c) Mencium bayi,
d) Memikirkan untuk menyusui bayi.
Beberapa reflek yang memungkinkan bayi baru lahir untuk
memperoleh ASI adalah sebagai berikut:
1) Reflek mencari (rooting reflex) : reflek ini memungkinkan bayi baru
lahir untuk menemukan puting susu apabila dia diletakkan di
payudara.
2) Reflek menghisap (sucking reflex) : yaitu saat bayi mengisi mulutnya
dengan puting susu atau pengganti puting susu sampai ke langit
keras dan punggung lidah. Reflek ini melibatkan rahang, lidah, dan
pipi.
13
3) Reflek menelan (swallowing reflex) : pada saat air susu keluar dari
puting susu, akan disusul dengan gerakan menghisap yang
ditimbulkan oleh otot – otot pipi, sehingga pengeluaran susu akan
bertambah dan diteruskan dengan mekanisme masuk ke lambung.
Untuk mengetahui banyaknya produksi ASI. Beberapa kriteria yang
dapat digunakan sebagai patokan untuk mengetahui jumlah ASI
cukup atau tidak. Menurut Saifuddin (2006), adalah sebagai berikut:
a) Bayi kencing setidaknya 6 kali dalam 24 jam warnanya jernih
sampai kuning muda.
b) Bayi sering buang air besar bewarna kekuningan “berbiji”.
c) Bayi tampak puas, sewaktu – waktu merasa lapar bangun dan
tidur cukup.
d) Berat badan naik sesuai dengan usia.
e) Bayi setidaknya menyusu 10 – 12 kali dalam 24 jam.
f) Payudara ibu terasa lembut dan kosong setiap kali habis
menyusui.
g) Ibu dapat merasakan geli karena aliran ASI, setiap kali bayi mulai
menyusui.
b. Pengeluaran Air susu ibu (oksitosin)
Apabila bayi disusui, maka gerakan menghisap yang berirama akan
menghasilkan rangsangan saraf yang terdapat didalam galndula pituitary
posterior. Hal ini akan menyebabkan sel – sel miopitel di sekitar alveoli akan
berkontraksi dan mendorong air susu masuk kedalam pembuluh ampulae.
Pengeluaran oksitosin ternyata disamping dipengaruhi oleh hisapan bayi juga
oleh suatu reseptor yang terletak pada sistem duktus. Bila duktus melebar
atau menjadi lunak, maka secara reflekstoris dikeluarkan oksitosin oleh
hipofisis yang berperan untuk memeraskan keluar air susu dari alveoli
(Saleha, 2009).
14
lebih banyak terdapat protein whey yang lebih mudah diserap oleh usus bayi.
Sedangkan cesain cenderung lebih susah dicerna oleh usus bayi dan banyak
terdapat pada susu sapi. ASI mempunyai jenis asam amino yang lebih
lengkap dibandingkan susu sapi. Salah satunya adalah taurin, dimana asam
amino jenis ini banyak ditemukan di ASI yang mempunyai peran pada
perkembangan otak. Selain itu ASI juga kaya akan nukleutida dimana
nukleutida berperan dalam meningkatkan pertumbuhan dan kematangan
usus, merangsang pertumbuhan bakteri baik yang ada di dalam usus dan
meningkatkan penyerapan besi dan meningkatkan daya tahan tubuh
(Walken, 2006).
3) Lemak
Kadar lemak ASI lebih tinggi jika dibandingkan degan susu sapi atau
susu formula. Kadar lemak yang tinggi ini sangat dibutuhkan untuk
mendukung pertumbuhan otak yang cepat selama masa bayi. Lemak omega
3 dan omega 6 banyak ditemukan dalam ASI yang berperan dalam
perkembangan otak. DHA dan ARA hanya terdapat dalam ASI yang berperan
dalam perkembangan jaringan saraf dan retina mata. ASI juga mengandung
asam lemak jenuh dan tak jenuh yang seimbang, yang baik untuk kesehatan
jantung dan pembuluh darah (Herdanto dan Pringgadini, 2008).
4) Karnitin
Karnitin dalam ASI sangat tinggi dan memiliki fungsi membantu proses
pembentukan energi yang diperlukan untuk mempertahankan metabolisme
tubuh (Herdanto dan Pringgadini, 2008).
5) Vitamin K
Vitamin K dalam ASI jumlahnya sangat sedikit sehingga perlu
tambahan vitamin K yang biasanya dalam bentuk suntikan. Vitamin K ini
berfungsi sebagai faktor pembekuan darah (Walken, 2006).
6) Vitamin D
ASI hanya sedikit mengandung vitamin D. Sehingga dengan
pemberian ASI ekslusif dan ditambah dengan membiarkan bayi terpapar
16
5. Manfaat ASI
Berikut ini adalah manfaat yang didapatkan menyusui bagi bayi, ibu,
keluarga lingkungan dan Negara (Roesli, 2008):
a. Manfaat bagi bayi :
1) ASI melindung bayi dari penyakit diare
2) ASI menumbuhkan kemampuan melawan infeksi pada bayi dan
mendukung perkembangan sistem pertahanan tubuhnya
3) Bayi memiliki IQ lebih tinggi dari bayi yang diberi susu formula
b. Manfaat bagi ibu :
1) Mengecilkan rahim. Kadar oksitosin ibu menyusui yang meningkatkan
akan sangat membantu rahim dalam kembali ke ukuran sebelum hamil.
Proses pengecilan ini akan lebih cepat dibandingkan pada ibu yang tidak
menyusui.
2) Mencegah perdarahan pasca persalinan. Apabila bayi disusukan segera
setelah dilahirkan maka kemungkinan terjadinya perdarahan post partum
akan berkurang. Mengapa demikian ? ini karena pada ibu menyusui
terjadi peningkatkan kadar oksitosin yang berguna juga untuk
kontraksi/penutupan pembuluh darah sehingga perdarahan akan lebih
cepat berhenti. Hal ini akan menurunkan angka kematian ibu yang
melahirkan.
3) Mencegah anemia defisiensi zat besi, mengurangi kemungkinan
terjadinya kekurangan darah atau anemia karena kekurangan zat besi.
Menyusui mengurangi perdarahan.
4) Mempercepat ibu kembali ke berat badan sebelum hamil. Oleh karena
menyusui memerlukan energi maka tubuh akan mengambilnya dari
lemak yang tertimbun selama hamil. Dengan demikian berat badan ibu
yang menyusui akan lebih cepat kembali ke berat sebelum hamil.
5) Menunda kesuburan
6) Menjarangkan kehamilan, menyusui merupakan cara kontrasepsi yang
aman, murah dan cukup berhasil. Selama ibu memberi ASI ekslusif dan
18
belum haid, 98% tidak akan hamil pada 6 bulan pertama setelah
melahirkan dan 96% tidak akan hamil sampai bayi berusia 12 bulan.
7) Mengurangi kemungkinan kangker payudara dan ovarium. Pada ibu yang
memberikan ASI ekslusif, umumnya kemungkinan menderita kangker
payudara dan indung telur berkurang. Beberapa penelitian menunjukkan
bahwa menyusui akan mengurangi kemungkinan terjadi kangker
payudara. Pada umumnya bisa semua wanita dapat melanjutkan
menyusui sampai bayi usia 2 tahun atau lebih, diduga angka kejadian
kangker payudara sampai sekitar 25%. Beberapa penelitian menunjukan
juga bahwa menyusui akan melindungi ibu dari penyakit indung telur.
Salah satu penelitian ini menunjukkan bahwa resiko terkena indung telur
pada ibu menyusui berkurang sampai 20 – 25 %.
c. Manfaat bagi keluarga :
1) Mudah dalam proses pemberiannya
2) Mengurangi biaya rumah tangga karena bayi yang mendapat ASI jarang
sakit.
d. Manfaat ASI bagi lingkungan :
1) ASI akan mengurangi bertambahnya sampah dan polusi dunia. Dengan
hanya memberi ASI manusia tidak memerlukan kaleng susu kartom, dan
kertas pembungkus, botol plastik dan dot karet.
2) ASI tidak menambah polusi udara, karena untuk membuatnya tidak
memerlukan pabrik yang mengeluarkan asap, tidak memerlukan alat
trasportas yang juga mengeluarkan asap, juga tidak perlu menebang
hutan untk membangun pabrik susu yang besar – besar.
e. Manfaat bagi Negara :
1) Penghematan untuk subsidi anak sakit dan pemakaian obat – obatan
2) Penghematan devisa dalam hal pembelian susu formula dan
perlengkapan menyusui
3) Mengurangi polusi
4) Mendapatkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas.
19
c) Menyusui lebih sering dan lebih lama pada payudara yang terkena
untuk melancarkan aliran ASI.
c. Saluran susu tersumbat
1) Penyebab : tekanan jari ibu yang terlalu kuat pada waktu menyusui,
pemakaian bra yang terlalu ketat, komplikasi payudara bengkak, yaitu
susu terkumpul tidak segera dikeluarkan sehingga terbentuklah
sumbatan.
2) Gejala : lunak pada perabaan, payudara terasa nyeri dan bengkak.
3) Penanganan :
a) Masase serta kompres dan dingin secara bergantian
b) Bila payudara terasa penuh, ibu dianjurkan untuk mengeluarkan ASI
dengan tangan atau dipompa
c) Posisi menyusui yang diubah – ubah
d) Menggunakan BH yang menyangga, bukan menekan.
d. Mastitis
1) Penyebab :
a) Payudara bengkak tidak disusui secara adekuat, akhirnya terjadi
mastitis
b) Puting lecet akan mengakibatkan masuknya kuman
c) Bra yang terlalu ketat
d) Ibu yang dietnya buruk, kurang istirahat, dan anemia akan mudah
terkena infeksi.
2) Gejala : bengkak, nyeri pada payudara, kemerahan, payudara keras dan
berbenjol – benjol, panas dalam.
3) Penanganan : menyusulkan diteruskan mulai dari payudara yang terkena
sampai kosong, beri kompres panas pada payudara yang terkena, pakai
bra yang longarm istirahat yang cukup dan makan yang bergizi, banyak
minum (sekitar 2 liter perhari).
21
e. Abses payudara
1) Gejala : ibu tampak lebih parah sakitnya, payudara lebih mengkilap dan
merah, benjolan lebih lunak dan berisi nanah.
2) Penanganan : tehnik menyusui yang benar, kompres hangat dan dingin,
terus menyusui pada mastitis, susukan dari yang sehat, senam laktasi,
rujuk, pegeluaran nanah dan pemberian antibiotik.
B. Mobilisasi Dini
1. Pengertian Mobilisasi Dini
Mobilisasi dini adalah kebijakan untuk selekas mungkin membimbing
penderita keluar dari tempat tidurnya dan membimbingnya selekas mungkin
berjalan (Jannah, 2011). Mobilisasi dini adalah kebijakan untuk secepat mungkin
membimbing penderita keluar dari tempat tidurnya dan membimbingnya secepat
mungkin untuk berjalan. Pada persalinan normal sebaiknya mobilisasi dini
dikerjakan setelah 2 jam, ibu boleh miring kiri atau miring kanan untuk mencegah
adanya trombosit (Dewi, 2011).
Mobilisasi dini adalah beberapa jam setelah melahirkan segera bangun dari
tempat tidur dan bergerak agar lebih kuat dan lebih baik. Gangguan berkemih
dan buang air besar juga dapat teratasi (Anggraini, 2010). Dari definisi tersebut
dapat disimpulkan bahwa mobilisasi dini adalah suatu upaya mempertahankan
kemandirian sedini mungkin dengan arah membimbing penderita untuk
mempertahankan fungsi fisiologis. Mobilisasi dini tidak dibenarkan pada ibu post
partum dengan penyulit misalnya, anemia, penyakit jantung, paru – paru, demam
dan sebagainya (Saleha, 2009).
2. Ambulasi
Pada persalinan normal, ibu tidak terpasang infus dan kateter serta tanda –
tanda vital berada dalam batas normal, biasanya ibu diperbolehkan untuk ke
kamar mandi dengan dibantu, satu atau dua jam setelah melahirkan. Namun,
sebelumnya ibu diminta untuk melakukan latihan menarik nafas yang dalam
serta latihan tungkai sederhana dengan cara mengayunkan tungkainya di tepi
tempat tidur.
22
lalu dapat jalan – jalan dan biasanya boleh pulang. Mobilisasi ini tidak mutlak,
bervariasi tergantung pada adanya komplikasi persalinan, nifas, dan sembuhnya
luka. Sebaiknya ibu nifas dapat melakukan mobilisasi dini setelah kondisi fisiknya
mulai membaik.
Menurut Ifafan (2010), mobilisasi dini dilakukan secara bertahap yaitu:
a) Miring kanan/miring kiri setelah 2 jam post partum.
b) Duduk sendiri setelah 6 – 8 jam post partum.
c) Berjalan setelah 12 jam post partum.
7. Latihan Nifas
Pada masa nifas yang berlangsung selama kurang lebih 6 minggu, ibu
membutuhkan latihan – latihan tertentu yang dapat mempercepat proses
involusi. Salah satu latihan yang dianjurkan pada masa ini adalah senam nifas.
Senam nifas adalah senam yang dilakukan oleh ibu setelah persalinan, setelah
keadaan ibu normal (pulih kembali). Senam nifas merupakan latihan yang tepat
untuk memulihkan kondisi tubuh ibu dan keadaan ibu secara fisiologis maupun
psikologis.
Senam nifas sebaiknya dilakukan dalam 24 jam setelah persalinan, secara
teratur setiap hari. Ibu tidak perlu khawatir terhadap luka yang ditimbulkan akibat
proses persalinan karena 6 jam setelah persalinan normal, ibu sudah dianjurkan
untuk melakukan mobilisasi dini. Tujuan utama mobilisasi dini adalah agar
peredaran darah ibu dapat berjalan dengan baik sehingga ibu dapat melakukan
senam nifas.
Manfaat senam nifas antara lain:
a) Memperbaiki sirkulasi darah sehingga mencegah terjadinya pembekuan
(trombosis) pada pembuluh darah terutama pembuluh tungkai.
b) Memperbaiki sikap tubuh setelah kehamilan dan persalinan dengan
memulihkan dan menguatkan otot – otot punggung.
c) Memperbaiki tonus otot pelvis.
d) Memperbaiki regangan otot tungkai bawah.
e) Memperbaiki regangan otot abdomen setelah hamil dan melahirkan.
25
Pada hari kedua setelah persalinan tinggi fundus uteri 1 cm dibawah pusat.
Pada hari ke 3 – 4 tinggi fundus uteri 2 cm dibawah pusat. Pada hari ke 5 – 7
tinggi fundus uteri setengah pusat – sympisis. Pada hari ke 10 tinggi fundus
uteri tidak teraba lagi. Bila uterus tidak mengalami perubahan atau terjadi
kegagalan dalam proses involusi disebut dengan subinvolusi. Subinvolusi
dapat disebabkan oleh infeksi dan tertenggalnya sisa plasenta atau
perdarahan lanjut (postpartum hemorrhage) (Ambarwati, 2010).
akan mengalir keluar manakala dia berdiri. Total jumlah rata – rata
pembuangan lokia kira – kira 8 – 9 oz atau sekitar 240 – 270 ml (Nanny &
Sunarsih, 2011).
c. Perubahan serviks
Segera setelah berakhirnya kala IV, serviks menjadi sangat lembek,
kendur, dan terkulai. Serviks tersebut bisa melepuh dan lecet, terutama di
bagian anterior. Serviks akan terlihat padat yang mencerminkan vaskularisasi
yang tinggi, lobang serviks lambat laun akan mengecil, beberapa hari setelah
persalinan rongga lebar servik bagian luar akan membentuk seperti keadaan
sebelum hamil pada saat empat minggu postpartum (Saleha, 2009).
d. Vagina
Vagina dan lubang pada permulaan puerperium merupakan suatu
saluran luas berdinding tipis. Secara berangsur – angsur luasnya berkurang.
Tetapi jarang sekali kembali keukuran seorang nulipara. Rugae timbul
kembali pada minggu ketiga. Hymen tampak sebagai tonjolan jaringan yang
kecil, yang dalam proses pembentukan berubah menjadi karunkulae
mitiformis yang khas pada wanita multipara (Saleha, 2009).
e. Payudara
Pada semua wanita yang telah melahirkan proses laktasi terjadi secara
alami. Proses menyusui mempunyai dua mekanisme fisiologi, yaitu produksi
susu dan sekresi susu dan letdown. Selama sembilan bulan kehamilan,
jaringan payudara tumbuh dan menyiapkan fungsinya untuk menyediakan
makanan bagi bayi baru lahir. Setelah melahirkan ketika hormone yang
dihasilkan plasenta tidak ada lagi menghambatnya kelenjar pitutari akan
menghasilkan hormone prolaktin. Sampai hari ketiga setelah melahirkan efek
prolaktin payudara mulai bisa dirasakan. Pembuluh darah payudara menjadi
bengkak, dan rasa sakit. Sel – sel ini yang menghasilkan ASI juga mulai
berfungsi. Ketika bayi menghisap puting, reflek saraf merangsang lobus
posterior reflek let down, sehingga menyebabkan ejeksi ASI melalui sinus
laktiferus karena isapan bayi sel – sel terangsang untuk menghasilkan ASI
yang lebih banyak (Saleha, 2009).
31
f. Sistem endokrin
Selama proses kehamilan dan persalinan terdapat perubahan pada
sistem endokrin, terutama hormon – hormon yang berperan dalam proses
tersebut. Oksitosin disekresikan dari kelenjar otak bagian belakang. Selama
tahap ketiga persalinan, hormone oksitosin berperan dalam pelepasan
plasenta dan mempertahankan kontraksi, sehingga mencegah perdarahan.
Isapan bayi dapat merangsang produksi ASI dan sekresi oksitosin. Hal
tersebut membantu uterus kembali ke bentuk normal. Prolaktin menurunnya
kadar estrogen menimbulkan terangsangnya kelenjar pitutry bagian belakang
untuk merangsang produksi susu.
5. Faktor – faktor yang dapat mengganggu involusi uterus.
Uterus mempunyai peranan penting dalam proses reproduksi. Kelainan
uterus, baik hormone maupun yang diperoleh, dapat mengganggu lancarnya
kehamilan, persalinan dan masa nifas. Berikut ini bebrapa faktor yang dapat
mengganggu involusi uterus :
a. Mioma uteri
Mioma uteri adalah salah satu faktor yang dapat mengganggu involusi
uterus, bahkan berpengaruh terhadap kehamilan dan persalinan. Mioma
uterus merupakan tumor uterus, dimana pertumbuhan dan perkembangannya
menjadi lebih cepat karena pengaruh hormone pada masa kehamilan.
Perubahan bentuknya menyebabkan rasa nyeri di perut. Komplikasi sering
tejadi pada masa karena sirkulasi dalam tumor mengurang akibat perubahan
sirkulasi yang dialami oleh wanita setelah bayi lahir.
b. Endometritis
Setelah kala III, daerah bekas insersio plasenta merupakan tempat
terjadinya luka, permukaan yang tidak rata dan berbenjol – benjol karena
banyaknya vena yang ditutupi thrombus menjadi tempat tumbuhnya kuman –
kuman menyebabkan infeksi nifas. Yang sering terjadi akibat kuman yang
masuk ke dalam endometrium dan menempel di daerah bekas insersio
plasenta. Jika terjadi infeksi maka mengganggu involusi uterus, dimana
32
uterus agak membesar dan disertai dengan rasa nyeri serta uterus terasa
lembek.
c. Subinvolusi Uterus
Subinvolusi uterus adalah beberapa keadaan terjadinya proses involusi
rahim tidak berjalan sebagaimana mestinya, sehingga proses pengecilannya
terhambat. Penyebab terjadinya subinvolusi uterus adalah terjadinya infeksi
pada endometrium, terdapat sisa plasenta dan selaputnya, terdapat bekuan
darah atau mioma uteri. Pada palpasi uterus teraba masih besar, fundus
masih tinggi, lochea banyak, dapat berbau dan terjadi perdarahan.
d. Ada sisa plasenta
Proses mengecillnya uterus dapat terganggu karena tertinggalnya sisa
plasenta dalam uterus, sehingga tidak jarang terdapat dan terjadi infeksi nifas
(Siswishanto, 2009).
D. Hubungan Pemberian ASI Dan Mobilisasi dengan Involusi Uterus
Hubungan involusi uterus dengan pemberian ASI dan mobilisasi mempunyai
hubungan yang sangat berkesinambungan. Laktasi adalah proses produksi dan
pengeluaran ASI. Laktasi ini dapat dipercepat dengan memberikan rangsangan puting
susu dengan cara memberikan rangsangan puting susu dengan cara memberi ASI
kepada bayi secara dini. Pada puting susu terdapat saraf – saraf sensorik yang jika
mendapat rangsangan (isapan bayi) maka timbul impuls menuju hipotalamus
kemudian disampaikan ke kelenjar hipofisis begian depan dan belakang. Pada
kelenjar hipofisis bagian depan akan mempengaruhi hormon prolaktin yang berperan
dalam peningkatan produksi ASI, sedangkan kelenjar hipofisis belakang akan
mempengaruhi pengeluaran hormon oksitosin, hormon ini berfungsi memacu
kontraksi otot rahim sehingga involusi uterus berlangsung lebih cepat dari biasanya
(Suradi, 2004).
Hisapan bayi pada aerola merangsang produksi ASI. Produksi dan
pengeluaran ASI dipengaruhi oleh dua hormon yaitu okstosin dan prolaktin. Hormon
oksitosin sering disebut dengan hormon kasih sayang. Sebab, kadarnya sangat
dipengaruhi oleh suasana hati, rasa bahagia, rasa dicintai, rasa ketenangan dan
relaks. Hormon prolaktin mempengaruhi jumlah produksi ASI. Hormon ini
33
Dilakukannya mobilisasi dini pada ibu nifas bertujuan agar ibu merasa lebih
sehat dan kuat dengan early ambulation, yaitu melakukan pergerakan yaitu, otot –
otot perut dan panggul akan kembali normal dan otot perut ibu menjadi kuat kembali,
dan dapat mengurangi rasa sakit pada ibu, sehingga faal usus dan kandung kencing
lebih baik. Bergerak juga akan merangsang gerak peristaltic usus kembali normal,
aktivitas ini membantu mempercepat organ – organ tubuh bekerja seperti semula
(Fefendi, 2008).
Penelitian dari Firda Fibrila Dan Herlina (2011), “ Pengaruh Menyusui Dan
Mobilisasi Dini Terhadap Percepatan Penurunan Tinggi Fundus Uteri Pada Ibu Post
Partum Di Bidan Praktek Swasta Kabupaten Lampung Utara” . Hasil penelitiannya
menjelaskan didapatkan 30 responden. Hasil penelitian diperoleh rata-rata penurunan
tinggi fundus uteri pada hari ke-7 adalah 6 cm pada kelompok treatment dan 7 cm
pada kelompok kontrol. Percepatan penurunan lebih banyak terjadi pada kelompok
treatmen yaitu sebanyak 16 responden (53,3 %) dibandingkan dengan kelompok
kontrol yaitu 7 responden (23,3 %).
Penelitian Ratna Kautsar (2011), “Hubungan Antara Mobilisasi Dini Dengan
Involusi Uteri Pada Ibu Nifas”. Hasil penelitian didapatkan bahwa dari 37 responden
yang melakukan mobilisasi dini dengan baik sebanyak 20 (54,1%) responden,
sedangkan mengalami involusi cepat setelah 24 jam post partum sebanyak 24
(64,9%) responden.
Penelitian Nurlailis (2008), “Hubungan antara waktu pemberian ASI pertama
dengan involusi uterus pada ibu postpartum normal hari ke – 7” . Hasil penelitian
didapatkan dari 32 responden menunjukkan bahwa ibu yang memberikan ASI
pertama secara dini seluruhnya (25 orang) memiliki involusi uterus baik. Ibu yang
memberikan ASI pertama secara tidak dini, yang memiliki involusi uterus baik
sebanyak 2 orang (28,6%) dan yang memiliki involusi uterus tidak baik sebanyak 5
orang (71,4%).
35
E. Kerangka Teori
Gerak
Peningkatan Hormon Fungsional
Produksi ASI Prolaktin
Kontraksi Uterus
Involusi
Uterus
F. Kerangka Konsep
Variabel Independen Variabel Dependen
G. Hipotesis
Berdasarkan kerangka konsep diatas, maka hipotesis penelitian ini adalah :
Ha : ada Hubungan Pemberian ASI dan Mobilisasi Dini dengan Involusi Uterus pada
ibu Postpartum normal hari pertama, ketujuh, dan kesepuluh di wilayah kerja
Puskesmas Basuki Rahmat tahun 2014.