Air susu ibu (ASI) menjadi salah satu program World Health Organization
(WHO) dan Pemerintah RI yang gencar dikemukakan di sektor kesehatan untuk
mengurangi morbiditas dan mortalitas anak. ASI adalah sumber nutrisi yang
primer bagi anak sejak dilahirkan sampai ia mampu mencernakan asupan lain
setelah usia enam bulan. Lemak, protein, karbohidrat, vitamin, mineral, enzim,
dan hormon yang terdapat dalam ASI tidak dapat digantikan oleh susu buatan
industri. ASI mengandung zat-zat kekebalan yang melindungi anak dari infeksi
dan penyakit kronis, serta mengurangi kemungkinan menderita gangguan
kesehatan di kemudian hari seperti obesitas, diabetes, dan asma (WHO, 2014).
Anatomi Payudara
1. Areola
Areola adalah daerah berwarna gelap yang mengelilingi puting susu.
Pada areola terdapat kelenjar-kelenjar kecil yang disebut kelenjar
Montgomery, menghasilkan cairan berminyak untuk menjaga kesehatan
kulit di sekitar areola.
2. Alveoli
Alveoli adalah kantong penghasil ASI yang berjumlah jutaan. Hormon
prolaktin mempengaruhi sel alveoli untuk menghasilkan ASI.
3. Duktus Laktiferus
Duktus laktiferus merupakan saluran kecil yang yang berfungsi
menyalurkan ASI dari alveoli ke sinus laktiferus (dari pabrik ASI ke
gudang ASI)
4. Sinus Laktiferus / Ampula
Sinus laktiferus merupakan saluran ASI yang melebar dan membentuk
kantung di sekitar areola yang berfungsi untuk menyimpan ASI.
5. Jaringan Lemak dan Penyangga
Jaringan lemak di sekeliling alveoli dan duktus laktiferus yang
menentukan besar kecilnya ukuran payudara. Payudara kecil atau besar
mempunyai alveoli dan sinus laktiferus yang sama, sehingga dapat
menghasilkan ASI sama banyak. Di sekeliling alveoli juga terdapat otot
polos, yang akan berkontraksi dan memeras keluar ASI. Keberadaan
hormon oksitosin menyebabkan otot tersebut berkontraksi.
Makin banyak ASI yang dikeluarkan dari gudang ASI (sinus laktiferus),
makin banyak produksi ASI. Dengan kata lain, makin sering bayi menyusui makin
banyak ASI diproduksi. Sebaliknya, makin jarang bayi menghisap, makin sedikit
payudara menghasilkan ASI. Jika bayi berhenti menghisap maka payudara akan
berhenti menghasilkan ASI.
Fisiologi Laktasi
Dalam hari-hari dini, laktasi refleks ini tidak dipengaruhi oleh keadaan
emosi ibu. Nantinya, refleks ini dapat dihambat oleh keadaan emosi ibu bila ia
merasa takut, lelah, malu, merasa tidak pasti, atau bila merasakan nyeri.
Hisapan bayi memicu pelepasan ASI dari alveolus mamae melalui ductus
kesinus lactiferous. Hisapan merangsang produksi okstoksin oleh kelenjar
hypofisis posterior. Oksitosin memasuki darah dan menyebabkan kontraksi sel-
sel khusus (sel-sel myoepithel) yang mengelilingi alveolus mamae dan duktus
lactiferus.
Kontraksi sel-sel khusus ini mendorong ASI keluar dari alveoli melalui
ductus lactiferous, tempat ASI akan disimpan. Pada saat bayi menghisap, ASI di
dalam sinus tertekan keluar, kemulut bayi. Gerakan ASI dari sinus ini dinamakan
let down reflect atau “pelepasan”. Pada akhirnya, let down dapat dipacu tanpa
rangsangan hisapan. Pelepasaan dapat terjadi bila ibu mendengar bayi
menangis atau sekedar memikirkan tentang bayinya. Pelepasan penting sekali
bagi pemberian ASI yang baik. Tanpa pelepasan, bayi dapat menghisap terus-
menerus, tetapi hanya memperoleh sebagian dari ASI yang tersedia dan
tersimpan di dalam payudara. Bila pelepasaan gagal terjadi berulang kali dan
payudara berulang kali tidak dikosongkan pada waktu pemberian ASI, refleks ini
akan berhenti berfungsi dan laktasi akan berhenti. Cairan pertama yang
diperoleh bayi dari ibunya sesudah dilahirkan adalah kolostrum yang
mengandung campuran yang kaya akan protein, mineral, dan antibodi, daripada
ASI yang telah “matur”. ASI mulai ada kira-kira pada hari yang ke-3 atau ke-4
setelah kelahiran bayi dan kolostrum berubah menjadi ASI yang matur kira-kira
15 hari sesudah bayi lahir. Bila ibu menyusui sesudah bayi lahir dan bayi
diperolehkan sering menyusu maka proses produksi ASI akan meningkat
(Sulistyawati, 2009).
Air Susu Ibu dan Refleks Oksitosin (Love Reflex, Let Down Reflex)
Hormon oksitosin diproduksi oleh bagian belakang kelenjar hipofisis.
Hormon tersebut dihasilkan bila ujung saraf disekitar payudara dirangsang oleh
isapan. Oksitosin akan dialirkan melalui darah menuju ke payudara yang akan
merangsang kontraksi otot di sekeliling alveoli (pabrik ASI) dan memeras ASI
keluar dari pabrik ke gudang ASI. Hanya ASI di dalam gudang ASI yang dapat
dikeluarkan oleh bayi dan atau ibunya.
Keberhasilan Menyusui
Untuk memaksimalkan manfaat menyusui, bayi sebaiknya disusui selama
6 bulan pertama. Beberapa langkah yang dapat menuntun ibu agar sukses
menyusui secara eksklusif selama 6 bulan pertama, antara lain:
Keterampilan Menyusui
Agar proses menyusui dapat berjalan lancar, maka seorang ibu harus
mempunyai keterampilan menyusui agar ASI dapat mengalir dari payudara ibu
ke bayi secara efektif. Keterampilan menyusui yang baik meliputi posisi menyusui
dan perlekatan bayi pada payudara yang tepat.
Agar bayi dapat menghisap secara efektif, maka bayi harus mengambil
cukup banyak payudara ke dalam mulutnya agar lidahnya dapat memeras sinus
laktiferus. Bayi harus menarik keluar atau memeras jaringan payudara sehingga
membentuk puting buatan yang bentuknya lebih panjang dari puting susu. Puting
susu sendiri hanya membentuk sepertiga dari puting buatan. Hal ini dapat kita
lihat saat bayi selesai menyusui. Dengan cara inilah bayi mengeluarkan ASI dari
payudara. Hisapan efektif tercapai bila bayi menghisap dengan hisapan dalam
dan lambat. Bayi terlihat menghentikan sejenak hisapannya dan kita dapat
mendengar suara ASI yang ditelan.
Jika bayi tidak melekat dengan baik maka akan menimbulkan luka dan
nyeri pada puting susu dan payudara akan membengkak karena ASI tidak dapat
dikeluarkan secara efektif. Bayi merasa tidak puas dan ia ingin menyusu sering
dan lama. Bayi akan mendapat ASI sangat sedikit dan berat badan bayi tidak
naik dan lambat laun ASI akan mengering.
Perlekatan yang benar adalah kunci keberhasilan menyusui, yang dapat dicapai
dengan cara berikut:
Gerakan gelombang lidah bayi dari depan ke belakang dan menekan dot
buatan ke atas langit-langit. Perahan efektif akan terjadi bila bayi melekat dengan
benar sehingga bayi mudah memerah ASI
Lama Menyusui
Frekuensi Menyusui
Perawatan Payudara
Kesimpulan
Sejak awal kelahiran, bayi hanya diberikan ASI dan selanjutnya disusui
sesering mungkin tanpa dibatasi. Bayi dapat mengukur sendiri kemampuan dan
kebutuhan cairan yang diperlukan. Kita hanya perlu meluangkan waktu dan
memberi kesempatan padanya untuk mendapat yang terbaik yang ia butuhkan.
DAFTAR PUSTAKA