Anda di halaman 1dari 30

ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM REPRODUKSI PRIA DAN WANITA

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas

mata kuliah Keperawatan Maternitas I

Dosen Pengampu: Desmawati, M. Kep, Sp. Mat., PhD.

Disusun Oleh:

Dianah Syahirah 1810711038


Rifdah Camila 1810711045
Rizcha Aristiara 1810711049
Mella Mahardika 1810711052
Rifda Hasanah Fauzi 1810711054

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena telah
melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga makalah tentang
Anatomi dan Fisisologi Reproduksi Pria dan Wanita ini bisa selesai pada waktunya.

Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman yang telah berkontribusi dengan
memberikan ide-idenya sehingga makalah ini bisa disusun dengan baik dan rapi.

Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca.
Namun terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna,
sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun demi
terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.

Jakarta, 20 Agustus 2019

Penyusun

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................... 1

DAFTAR ISI.......................................................................................................................... 2

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................................... 3

1.1 Latar belakang .....................................................................................................3

1.2 Rumusan masalah ............................................................................................... 3

1.3 Tujuan ................................................................................................................. 4

1.4 Manfaat ............................................................................................................... 4

BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................................... 5

2.1 Anatomi dan fisiologi sistem reproduksi wanita .................................................. 5

a. Struktur eksterna ............................................................................................... 5

b. Struktur interna ................................................................................................. 7

2.2 Anatomi dan fisiologi sistem reproduksi pria ...................................................... 11

a. Struktur eksterna ....................................................................................... 11

b. Struktur interna ........................................................................................ 13

2.3 Anatomi fisiologi payudara wanita ...................................................................... 17

2.4 Siklus Menstruasi ................................................................................................. 19

2.5 Respon seksualitas ............................................................................................... 24

BAB III PENUTUP .............................................................................................................. 28

3.1 Kesimpulan ........................................................................................................... 28

3.2 Saran ..................................................................................................................... 28

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................... 29

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sistem reproduksi merupakan bagian dari proses tubuh yang bertanggung jawab
terhadap kelangsungan hidup suatu generasi. Sistem reproduksi tidak bersifat vital artinya
tanpa adanya proses reproduksi makhluk hidup tidak mati. Akan tetapi bila makhluk tidup
tidak dapat bereproduksi maka kelangsungan generasi makhluk hidup tersebut terancam
punah, karena tidak dapat dihasilkan keturunan (anak). Sistem reproduksi manusia
tentunya berbeda pada pria dan wanita. Sistem reproduksi wanita sangat
bertanggungjawab terhadap adanya generasi selanjutnya karena di dalam rahimnya terjadi
perkembangan janin hasil fertilisasi. Hal tersbut didukung dengan adanya organ-organ
penyusun sistem reproduksi yang mempunyai fungsi penting.
Struktur organ reproduksi wanita terdiri organ reproduksi eksternal dan organ
reproduksi internal. Sistem reproduksi eksterna terdiri dari mons veneris, labia mayora,
labia minora, klitoris, vestibulum dan perineum), sedangkan sistem reproduksi interna
terdiri atas vagina, uterus, serviks, tuba fallopii dan ovarium (Hani dkk, 2011). Masing-
masing organ reproduksi tersebut memiliki fungsi spesifik bagi sistem reproduksi. Proses
fisiologi yang terjadi dalam organ reproduksi tersebut juga spesifik.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa saja organ sistem reproduksi pada wanita?

2. Apa saja organ sistem reproduksi pada pria?

3. Bagaimana anatomi payudara wanita?

4. Bagaimana siklus menstruasi?

5. Bagaimana proses respon seksualitas pada wanita?

3
1.3 Tujuan

1. Mengetahui organ-organ reproduksi pada wanita

2. Mengetahui organ-organ reproduksi pada pria

3. Mengetahui struktur anatomi payudara

4. Mengetahui siklus menstruasi

5. Mengetahui proses respon seksualitas pada wanita

1.4 Manfaat

Menambah pengetahuan lebih jauh mengenai sistem reproduksi pada pria dan wanita baik
dari anatomi maupun fisiologinya.

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Anatomi dan fisiologi sistem reproduksi wanita

a. Struktur eksterna

Organ reproduksi wanita adalah sebagai berikut:

 Organ luar :
 Mons pubis
 Labia mayora dan labia minora
 Klitoris
 Selaput dara (himen)

VULVA

Struktur-struktur yang membentuk organ reproduksi perempuan bagian luar disebut


vulva. Struktur-struktur ini disebut mons pubis, labia mayora, labia minora, klitoris,
orifisium, uretra, orifisium vagina dan selaput dara yang menutupinya, serta kelenjar
Bartholin.

Gambar 2.1 Sistem Reproduksi Wanita

5
1. Mons Pubis

Mons pubis adalah bagian di depan sendi pubis dan terdiri atas jaringan lemak dan kulit.
Pada tahap pubertas, rambut-rambut menyelubunginya.

2. Labia Mayora

Labia mayora tersusun atas lemak dan kulit. Setiap lipatan bermula dari bagian mons
pubis, melengkung di sekeliling bagian kemaluan dan bertemu dengan bagian sela paha.
Permukaan luar terdiri atas kulit yang berpigmen dan mengandung rambut-rambut,
sedangkan permukaan dalam licin dan bebas dari rambut.

3. Labia Minora

Labia minora terdapat di bagian dalam labia mayora. Bidang yang terdapat di antara
labia minora disebut fisura labia minora atau vestibula. Uretra membuka di bagian atas
fisura ini dan orifisium vagina di bagian bawah. Labia minora bertemu di bagian bawah,
kemudian membentuk satu lipatan yang disebut fourchett. Di bagian atas, labia ini
bertemu, kemudian membentuk korpus kavernosum klitoris.

4. Klitoris

klitoris adalah suatu struktur kecil yang terdapat di bagian atas pertemuan labia
minora. Labia minora ini menyelubungi klitoris lalu membentuk kulit atau sarungnya
yang disebut korpus kavernosum klitoris. Strukturnya seperti struktur testis laki-laki,
dan jaringan erektil yang mendirikannya dilengkapi dengan pembuluh darah dan urat
saraf.

5. Selaput dara

Pada perempuan, terdapat suatu membran mukosa yang dinamakan selaput dara yang
mengelilingi tepi ofisium vagina. Selaput dara hanya menutupi separuh bagian orifisium
vagina tersebut agar darah menstruasi dapat keluar.

6. Kelenjar Bartholin

Kelenjar bartholin terdiri atas dua kelenjar berbentuk kacang hijau dan setiap kelenjar
terletak di samping pintu lubang vagina. Saluran dari kelenjar ini membuka lapangan di
antara selaput dara dan labia minora. Kelenjar bartholin menghasilkan cairan untuk

6
melumasi lubang vagina. Sekumpulan kelenjar mukosa kecil yang disebut kelenjar
skene membuka, melalui dua saluran kecil, ke dalam rongga fisura dekat dengan pintu
uretra.

7. Orifisium uretra dan orifisium vagina

Pintu uretra dan orifisium vagina membuka di bidang fisura-pintu uretra di bagian atas
dan pintu vagina di bawah.

8. Perineum

Perineum adalah bagian di antara labia vagina dengan anus. Kulit dibagian ini longgar
dan elastis untuk memudahkan pada saat melahirkan. Walaupun longgar dan elastis,
kadang-kadang bagian perineum terkoyak pada saat melahirkan. Agar bahaya tersebut
tidak terjadi, dibutuhkan suatu pembedahan pada perineum (epiostomi), terutama pada
kelahiran pertama.

b. Struktur interna

 Organ dalam :
 Rahim
 Ovarium
 Tuba Fallopi
 Vagina

1. Vagina

Vagina merupakan suatu saluran dengan panjang sekitar 7,6 hingga 10 cm, yang
terletak di antara rektum dan anus di bagian belakang serta kandung kemih dan uretra di
bagian depan. Dari pintunya di fisura labira vagina, saluran ini berlanjut ke arah atas dan
belakang hingga ke bagian leher rahim. Dinding orifisium vagina tersusun atas otot
bebas dan permukaan dalamnya dilapisi oleh jaringan epitel berlapis banyak. Lapisan
dalam tersebut disebut ruga vagina. Dinding depan lebih pendek sekitar 2,4 cm dari
dinding belakang karena leher rahim menjulur ke bagian atas dinding depan. Di bagian
pertemuan antara vagina dengan leher rahim terdapat empat lekukan yang disebut

7
formiks-satu di bagian depan, satu di belakang, dan satu di setiap sisi. Forniks belakang
terletak dekat dengan pau Douglas dari peritoneum. Dinding vagina mengandung
banyak glikogen dan ruangannya dibasahi dengan cairan yang dihasilkan oleh kelenjar
mukosa. Rongga vagina menghasilkan asam laktat karena beraksi terhadap glikogen.
Asam laktat menyebabkan kondisi di dalam vagina menjadi asam.

Vagina merupakan saluran yang terletak dibawah uterus sebagai tempat bagi penis
pada saat kopulasi dan sebagai jalan bayi pada proses persalinan.

2. Rahim

Rahim adalah sebuah organ berongga. Pada perempuan yang belum hamil, rahim
memiliki panjang sekitar 2,54 cm, lebar 7,6 cm, tebal 2,54 cm, dan berat 71 gram. Organ
ini terletak di rongga pelvis di antara rektum (di bagian belakang) dan kandung kemih
(di bagian depan)

Uterus (Rahim) berfungsi sebagai tempat berkembangnya embrio, dinding uterus


tebal, Panjang sekitar 7,5 cm dan lebar sekitar 5 cm. uterus juga berfungsi untuk
menahan ovum yang telah dibuahi selama perkembangan, ovum yang telah keluar dari
ovarium dihantarkan melalui saluran telur ke uterus.

Bagian-bagian rahim adalah sebagai berikut:

 Fundus (pangkal)
 Badan
 Serviks (leher)

Fundus adalah bagian atas organ tersebut di antara isumus tuba Fallopi.

Badan rahim adalah bagian terbesar dari rahim dan terletak di antara fundus
dengan leher rahim. Leher rahim adalah bagian paling bawah dari rahim dan setengah
bagian leher rahim terjulur ke dalam orifisium vagina. Di dalam leher rahim terdapat
suatu terusan yang menghubungkan rongga rahim dengan rongga vagina. Leher rahim
berhubungan dengan rongga rahim melalui os interna dan leher rahim berhubungan
dengan rongga vagina melalui os eksterna.

8
Di bagian sisi fundus melekat suatu saluran yang di sebut tuba Fallopi. Rongga
rahim berhubungan dengan kedua tuba Fallopi di bagian atas dengan orifisium vagina
di bagian bawah.

1) Dinding rahim

Dinding rahim terdiri atas tiga lapisan, yaitu:

Endometrium

Endometrium tersusun atas tiga lapisan jaringan. Lapisan yang menghadap


ke rongga rahim terdiri atas jaringan epitel kolumnar.di bagian bawah terdapat
selapis jaringan ikat longgar serta di antara ikat longgar dan otot rahim terdapat
lapisan ketiga, yaitu jaringan ikat padat yang mengikat endometrium ke dinding otot
rahim.

Miometrium

Miometrium membentuk bagian utama dinding rahm. Serabut-serabut otot


ini menjulur ke seluruh bagian dinding rahim sebagai serabut transversal, horizontal,
dan longitudinal. Dinding otot di fundus lebih tebal dibandingkan bagian rahim yang
lain. Sedangkan dinding yang paling tipis adalah dinding leher rahim. Susunan ini
membantu pada saat melahirkan.

Peritoneum

Peritoneum tersusun atas jaringan serosa yang menyeliputi rahim.

2) Ligamen rahim

Peritoneum yang menyeliputi rektum melipat ke atas di permukaan belakang


rahim, lalu membentuk ruang rekto vaginal (Douglas). Lapisan ini naik setelah
menyelubungi permukaan belakang rahim, kemudian membalut fundus. Dari bagian
ini peritoneum berlanjut ke permukaan depan rahim(hanya ¾ bagian) sebelum
melipat ke pernukaan belakang kandung kemih. Kantung di antara rahim dan
kandung kemih disebut kantung utero-vasikuler.

3. Tuba Fallopi

Tuba Fallopi adalah saluran yang menghubungkan rahim dengan ovarium dan
berperan sebagai saluran untuk menghubungkan ovum ke rahim. Kedua tuba Fallopi
terikat pada sudut atas rahim dan lubangnya membuka ke dalam rongga rahim. Saluran-

9
saluran ini terletak di antara lapisan-lapisan ligamen lebar. Dari sudut atas rahim, setiap
tuba Fallopi mula-mula menjulur ke arah atas dan kemudian membelok ke bawah dan
belakang.

Tuba fallopi berfungsi untuk menyalurkan ovum kearah Rahim dengan gerakan
peristaltic dan dibantu oleh gerakan silia yang terdapat di dindingnya. Panjang saluran
ini sekitar 12 cm dan ujungnya berbentuk corong. Saluran telur juga berfungsi
menyediakan tempat untuk pembuahan.

1) Motilitas tuba

Kontraksi peristaltik dari serat otot polos di dinding tuba memungkinkan


gamet (sperma dan sel telur) untuk dibawa bersama-sama, sehingga memungkinkan
pembuahan dan transportasi berikutnya dari ovum dibuahi dari situs normal
fertilisasi di ampula ke situs normal implantasi di dalam rahim. Gerakan ini terutama
diatur oleh tiga sistem intrinsik: lingkungan hormonal estrogen-progesteron, sistem
adrenergik-nonadrenergic, dan prostaglandin.

Estrogen bertindak pada reseptor merangsang motilitas tuba, sedangkan


progesteron, yang mengaktifkan reseptor b, menghambat motilitas tuba. Sebelum
ovulasi, kontraksi yang lembut, dengan beberapa variasi individu dalam tingkat dan
pola. Pada ovulasi, kontraksi menjadi kuat dan kontrak mesosalping untuk membawa
Tuba di lebih banyak kontak dengan ovarium sedangkan kontrak fimbria berirama
untuk menyapu di atas permukaan ovarium. Sebagai tingkat progesteron meningkat
4-6 hari setelah ovulasi, menghambat motilitas tuba.

Hal ini dapat menyebabkan relaksasi dari otot-otot tuba untuk


memungkinkan bagian dari sel telur ke dalam rahim oleh aksi silia tuba. Efek
estrogen dan progesteron pada motilitas dan morfologi oviductal dimediasi melalui
reseptor steroid ini '. Perubahan tingkat reseptor sangat penting dalam menentukan
keadaan fungsional saluran telur.

Adrenergik innervations diduga terlibat dalam peraturan motilitas tuba,


terutama perubahan motilitas isthmic. Selama menstruasi dan proliferasi
(preovulasi) fase, Tuba manusia sangat sensitif terhadap senyawa adrenergik seperti
norepinefrin. Setelah ovulasi dan selama fase luteal, respon terhadap norepinefrin
menurun dan efek penghambatan senyawa adrenergik b lebih jelas. Estrogen

10
mempotensiasi aktivasi dari reseptor, sedangkan progesteron mempotensiasi
aktivasi reseptor b. Aktivasi reseptor oleh tingkat progesteron yang diangkat dalam
fase luteal menyebabkan relaksasi dari otot melingkar; dengan demikian, diameter
luminal isthmic meningkat dan bagian transisthmic dari ovum dibuahi difasilitasi.

2) Cilia Tuba

Ada sel bersilia sedikit di tanah genting daripada di ampula tuba, sedangkan
mereka yang paling menonjol dalam infundibulum fimbriated. Rekonsiliasi dan
deciliation merupakan proses yang berkesinambungan sepanjang siklus menstruasi.
Rekonsiliasi adalah maksimum dalam periode periovulatory, khususnya di fimbria.
Estrogen meningkatkan proses rekonsiliasi, sedangkan progesteron menghambat itu,
sehingga deciliation signifikan terjadi pada Tuba pasca menopause atrofi.

4. Ovarium

Setiap wanita memiliki dua buah ovarium yang terletak di dalam rongga pelvis di
antara lapisan-lapisan ligamen lebar di sisi rahim. Pada orang dewasa, ovarium memiliki
panjang sekitar 3,8 cm dan lebar 1,9 cm. Ligamen ovarium mengikatkan ovarium ke
dinding rahim. Fimbriae dari tuba Fallopi mengelilingi permukaan luar ovarium, tetapi
tidak terikat pada ovarium. Kadang-kadang, ovum yang tersingkir keluar dari folikel
tidak terperangkap ke dalam lubang fimbriae dan ovum tersebut hilang di dalam rongga
pelvis.

Ovarium merupakan kelenjar kelamin perempuan yang berfungsi untuk


memproduksi ovum dan menyekresikan hormone estrogen dan progesterone.

2.2 Anatomi dan fisiologi sistem reproduksi pria

a. Struktur eksterna

 Organ luar :
 Penis
 Scrotum

11
Gambar 1.1 Organ Reproduksi Laki-Laki

1. PENIS

Penis merupakan salah satu organ reproduksi bagian luar pada laki- laki.
Struktur ini hanya terdiri atas jaringan khusus yang memiliki kemampuan untuk tegak.
Jaringan ini tersusun berbentuk silinder dan setiap bagian di selaputi oleh penutup
jaringan fibrosa. Kulit mengelilingi jaringan erektil tersebut.

Terdapat tiga bagian jaringan erektil dan dua dari tiga bagian tersebut dinamakan
corpus cavernosum dan sisa satu bagian lagi dinamakan corpus spongiosum. Corpus
cavernosum terletak di permukaan atas penis, sedangkan corpus spongiosum di
permukaan bawahnhya.

a. Corpus spongiosum—Corpus spongiosum bermula sebagai pangkal dan bagian ini


terikat pada pubis melalui ligamentum suspensorium. Ujungnya mengembang, lalu
membentuk glans penis. Kulit yang longgar mengelilingi glans penis. Kulit ini
disebut preputium. Urethra menembus corpus spongiosium dan lubang keluarnya
membuka di glans penis.
b. Corpus cavernosum—Corpus cavernosum bermula sebagai crus yang terikat pada
pubis. Struktur ini mengelilingi bagian atas dan sisi penis serta berakhir di collum
glandis.

Kedua jenis jaringan erektil ini mempunyai rongga-rongga kecil di dalamnya.

Rangsangan yang menstimulasi emosi kejantanan, memperbesar arteria di dalam


jaringan erektil tersebut. Oleh sebab itu, darah dari arteria di dalam jaringan erektil

12
mengalir keluar, kemudian masuk ke dalam rongga-rongga kecil (sebenarnya, rongga-
rongga ini adalah ruang pembuluh). Darah yang memenuho rongga-rongga kecil
tersebut memperbesar ukuran penis dan memegakkannya. Semen terpancar keluar
karena gerakan peristalsis yang kuat di saluran sperma dan uretra.

Fungsi penis dapat diringkas sebagai berikut.

a. Urethra di dalam penis menyalurkan urine.


b. Penis merupakan organ kopulasi yang memancarkan semen dan sperma untuk
reproduksi

2. SCROTUM

Scrotum adalah kantung kulit yang mengandung dua testis. Dinding sekat
memisahkan keduanya. Kulit di bagian ini berkerut-kerut dan di dalamnya terdapat
serabut otot yang disebut m. Cremaster. Otot ini dapat memperkecil atau memperbesar
scrotum. Pengecilan dan pembesaran scrotum dibutuhkan untuk mengatur suhu agar
tidak terlalu besar di dalam scrotum tersebut sehingga produksi sel sperma dari testis
tidak terganggu. Pada saat cuaca dingin, m. Cremaster memperkecil scrotum dan
menarik testis ke arah badan dan hal ini meningkatkan suhu di dalamnya. Biasanya
scrotum berada dalam keadaan longgar atau mengembang. Membran serosa yang
dikenal dengan nama tunica vaginalis melapisi permukaan bawah scrotum. Tunica
vaginalis juga mengelilingi testis. Susunan ini membentuk suatu rongga yang disebut
cavum tunica vaginalis.

b. Struktur interna

 Organ dalam :
 Testis dan salurannya
 Vas deferens
 Vesicula seminalis dan salurannya
 Prostata
 Glandula Cowperi atau glandula bulbo urethralis

13
1. TESTIS

Walaupun berada di luar tubuh, testis merupakan organ reproduksi dalam. Testis sendiri
berada di dalam kantung kulit yang membentuk scrotum. Dinding sekat scrotum itu
memisahkan kedua testis tersebut. Setiap testis terdiri atas lobula-lobula yang
mengandung struktur yang menghasilkan sel sperma. Kapsul yang mengelilingi testis
terdiri atas jaringan fibrous putih yang disebut tunika albuginea. Kapsul ini menyusun
dinding sekat untuk membentuk beberapa lobus didalam testis. Lobus-lobus ini
mengandung tubulus seminiferus. Dinding tubulus seminiferus tersusun atas sel-sel epitel
yang menghasilkan sel sperma. Produksi sel sperma ini di stimulasi oleh hormon
penstimulasi folikel (FSH/Follicle Stimulating Hormone) dari hipofisis anterior. Di antara
tubulus seminiferus di dalam lobus testis terdapat sel interstitial atau (sel leyding) sel ini
merupakan bagian dari sistem endokrin karena menghasilkan hormon testosteron jika di
stimulasi oleh hormon penstimulasi sel interstitial (ICSH/ Interstitial Cell Stimulating
Hormone) dari hipofisis anterior.

Tubulus seminiferus bersatu dibagian atas testis untuk membentuk epididimis yang
kemudian berlanjut ke atas sebagai vas deferens. Membran serosa yang disebut tunica
vaginalis menyelaputi testis dan melapisi permukaan scrotum. Ruangan diantara lapisan-
lapisan ini disebut ruang tunica vaginalis. Penyakit pembengkakan scrotum
merupakan keadan tertahannya cairan di dalam ruang tunica vaginalis.

2. TUBULUS SEMINIFERUS

Dinding saluran ini tersusun atas saluran epitel. Sel-sel epitel ini menghasilkan sel
sperma. FSH dari hipofisis anterior memengaruhi produksi sel sperma tersebut. Tubulus
seminiferus menyalurkan sel-sel sperma kebagian mediastinum testis dan di bagian ini,
saluran tersebut membentuk suatu rete testis. Dari rete testis, pembuluh pembuluh tersebut
berlanjut ke atas untuk kemudian membentuk epididimis.

3. EPIDIDIMIS

Epididimis terletak di sisi luar testis dan memiliki bentuk yang berbelit-belit. Struktur
ini dapat dikatakan sebagai suatu saluran yang memiliki bagian kepala, badan, dan ekor.
Ekor epididimis berlanjut keatas sebagai vas deferens. Vas deferens naik ke atas, melintasi

14
terusan inguina, dan akhirnya bertemu dengan kandung kemih. Jaringan epitel kolumnar
bersilia melapisi lapisan dalam vas deferens. Silia membantu pergerakan sperma.

4. SPERMA

Sperma merupakan sel kelamin jantan. Sel ini terdiri atas bagian kepala, badan, dan
ekor. Ekor sperma membantu pergerakan sperma. Pada setiap kali penyemburan sperma
dalam setiap cm kubik, terdapat sekitar 100 juta sel. Sperma yang menyembur kedalam
vagina pada saat berhubungan seksual bergerak secara mandiri, masuk ke dalam Tuba
Fallopi. Di bagian inilah terjadi vertilisasi. Ekor sel sperma terputus pada saat vertilisasi.

Semen mengandung sejenis enzim (yang disebut hialuronidase) yang dapat mencairkan
sel yang menyusun kantung ovum dan enzim ini membantu sel sperma menembus sel
ovum tersebut. Sperma yang menyembur kedalam vagina diperkirakan hidup selama 24
jam didalam vagina. Walaupun berjuta-juta sperma menyembur pada satu kali hubungan
seksual, hanya satu sperma saja yang dapat membuahi ovum.

5. TESTIS PADA MASA EMBRIO

Testis sebenarnya terbentuk didalam ronggan abdomen pada tahap janin. Testis
membesar di rongga ini, tetapi pada saat bayi akan di lahirkan, kedua testis turun ke
dinding belakang abdomen, lalu masuk ke dalam saluran inguina dan sampai kedalam
scrotum. Pada saat turun, testis ikut menarik peritoneum yang melapisi dinding abdomen.

Bagian feritonium yang mengikuti scrotum kebawah membentuk lapisan tunica


vaginalis yang menyeliputi testis dan yang melapisi permukaan dalam scrotum. Pada saat
bayi dilahirkan, kedua testis sudan sampai kedalam scrotum. Kadang-kadang, perjalanan
testis kebawah terhenti, dan bayi tersebut terlahir dengan satu atau kedua testis tersekat di
rongga abdomen. Keadaan ini disebut ‘testis tidak turun’ atau kriptokisme. Jika
peritoneum yang terbawa testis tidak memisahkan rongga abdomen dari scrotum, hal ini
berarti rongga abdomen terhubung langsung dengan rongga scrotum. Organ dalam
abdomen, misalnya usus, dapat menjulur ke luar ke dalam scrotum. Keadaan ini dikenal
dengan nama hernia inguina.

15
6. FUNIKULUS SPERMATIKUS

Pada saat turun dari rongga abdomen ke scrotum, testis turut membawa pembuluh
darah, saraf, dan pemburuh limfa yang menyuplainya. Di saluran inguina, vas deferens
dan struktur yang disebutkan diatas, semua tertutup dengan sempurna di dalam suatu
penutup yang menjaganya. Penutup ini disebut funikulus spermatikus.

7. SUPLAI DARAH TESTIS

Arteri testikularis menyuplai testis dengan darah beroksigen. Arteri ini adalah arteri
berpasangan yang datang dari aorta abdominalis. Darah yang telah beredar di dalam testis
mengalir keluar melalui venula. Pembuluh ini membentuk suatu rangkaian pampiniforma
di bagian luar testis. Dari rangkaian ini, vena testikularis muncul. Vena testikularis naik
keatas melalui saluran inguina lalu bersatu dengan vena kava inferior.

8. VAS DEFERENS

Vas deferens adalah suatu saluran, dengan panjang sekitar 45,7 cm. Saluran ini bermula
di ekor vas deferens, naik ke atas melintasi saluran inguina (dalam perlindungan funikulus
spermatikus) dan sampai di dalam rongga pelvis. Di rongga pelvis, vas deferens melintas
di permukaan atas kandung kemih (di bawah peritoneum), kemudian sampai ke belakang
kandung kemih sebagai ampula. Saluran dari bagian ampula vas deferens bersatu dengan
saluran dari vesikula seminalis. Kedua saluran ini membentuk dukrus ejakulatorik. Dulkus
ejakutalorik membuka ke dalam uretra bagian prostat. Vas deferens membawa sperma dari
testis ke dalam uretra

9. VESIKULA SEMINALIS

Di belakang kandung kemih terdapat dua kantung kecil yang disebut vesikula
seminalis. Vesikula seminalis terdapat di depan rektum. Rongga di dalam vesikula
seminalis menunjukkan beberapa kantung kecil. Vesikula seminalis menghasilkan suatu
cairan pekat yang bercampur dalam semen. Cairan ini mengandung zat makanan yang
membantu metabolisme sel sperma. Saluran dari vesikula seminalis bersatu dengan vas
deferens untuk membentuk duktus ejakulatorik yang membuka ke dalam uretra.

16
10. KELENJAR PROSTAT

Kelenjar prostat adalah suatu kelenjar kecil yang terletak di bawah dasar kandung
kemih, yaitu di sekeliling uretra bagian prostat terdapat rektum. Kelenjar prostat terdiri
atas jaringan glandular, otot bebas, dan jaringan ikat. Jaringan fibrous membentuk
kapsulnya. Kelenjar ini menghasilkan cairan yang bersifat basa. Cairan tersebut
merupakan salah satu bagian dari komponen semen. Cairan ini mengalir ke dalam uretra
melalui beberapa saluran kecil. Cairan prostat menjaga sel sperma dari reaksi asam di
dalam uretra laki-laki (karena mengandung urine yang bersifat asam). Selain itu, jika sel-
sel sperma berada di dalam vagina, cairan prostat melindungi sel sperma dari reaksi asam
di dalam vagina perempuan. Reaksi asam, jika kuat, dapat menghancurkan sel sperma di
lubang vagina.

11. KELENJAR BULBOURETRA ATAU KELENJAR COWPER

Kelenjar Cowper merupakan sepasang kelenjar yang terdapat di bawah kelenjar prostat
di samping uretra bagian selaput. Ukuran setiap kelenjar Cowper kurang lebih seperti
ukuran kacang hijau. cairan yang dihasilkan dari kelenjar ini mengalir ke dalam uretra dan
bertindak seperti cairan prostat untuk menghalangi reaksi asam di uretra.

12. SEMEN

Semen adalah cairan pekat yang terdiri atas campuran dari cairan vas deferens, cairan
prostat, cairan vesikula seminalis, dan cairan kelenjar Cowper.

2.3 Anatomi fisiologi payudara wanita

a. ANATOMI PAYUDARA
Payudara adalah pelengkap organ reproduksi pada wanita dan mengeluarkan air susu.
Buah dada terdiri dari bahan-bahan kelenjar susu (jaringan alveolar) tersusun atas
lobus-lobus yang saling terpisah oleh jaringan ikat dan jaringan lemak, setiap lobus
bermuara ke dalam duktus laktiferus (saluran air susu).

17
Anatomi payudara bagian luar :
 Korpus (badan payudara)
 Areola
 Puting susu

Anatomi payudara bagian dalam :


 Jaringan lemak
 Lobulus, lobus, dan saluran air susu
 Pembuluh darah dan
kelenjar limfe

Payudara adalah perlengkapan pada organ reproduksi wanita dan berfungsi untuk
mengeluarkan air susu. Buah dada terletak di dalam fasia superfisialis didaerah pectoral
antara sternum dan aksila dan melebar dari kira kira iga kedua atau ketiga sampai iga
keenam atau ketujuh.

 FUNSI ANATOMI PAYUDARA BAGIAN LUAR :


1. Korpus (badan payudara)
Korpus adalah bagian melingkar yang mengalami pembesaran pada payudara atau bisa
disebut dengan badan payudara. Sebagian besar badan payudara terdiri dari kumpulan
jaringan lemak yang dilapisi oleh kulit.

2. Areola
Areola adalah daerah berwarna cokelat yang melingkari puting.

3. Puting susu
Puting merupakan saluran dari kelenjar susu. Puting berlubang-lubang 15 sampai 20
buah. Di dekat dasar putting terdapat kelenjar sebaseus, yaitu kelenjar Montgomery,
yang mengeluarkan zat lemak supaya puting tetap lemas.

18
 FUNGSI ANATOMI PAYUDARA BAGIAN DALAM :
1. Jaringan lemak
Sejumlah besar lemak ada didalam jaringan pada permukaan buah dada dan juga di
antara lobus. Pada wanita, jumlah lemak yang akan menentukan perbedaan ukuran
payudara wanita satu dengan lainnya. Jaringan ini juga memberikan konsistensi yang
lembut pada payudara.

2. Lobulus, lobus, dan saluran air susu


Buah dada terdiri atas bahan kelenjar susu atau jaringan alveolar, tersusun atas lobus
lobus yang saling terpisah oleh jaringan ikat dan jaringan lemak. Setiap lobules terdiri
dari sekelompok alveolus yang bermuara ke dalam duktus laktiferus (saluran air susu)
yang bergabung dengan duktus duktus lainnya untuk membentuk saluran yang lebih
besar dan berakhir dalam saluran sekretorik. Ketika saluran-saluran ini mendekat
putting, membesar untuk membentuk wadah penampungan air susu, yang disebut sinus
laktiferus; kemudian saluran-saluran itu menyempit lagi dan menembus puting dan
bermuara di atas permukaannya.

3. Pembuluh darah dan kelenjar limfe


pembuluh darah di payudara bertugas memasok nutrisi yang dibutuhkan untuk produksi
ASI. Sedangkan kelenjar limfe untuk membawa sel-sel yang membantu tubuh untuk
melawan infeksi. Saluran limfe mulai sebagai pleksus halus dalam ruang interlobular
jaringan kelenjar, bergabung dan membentuk saluran lebih besar, yang berjalan kearah
kelompok pectoral kelenjar aksiler, yaitu kelenjar mama bagian dalam dan kelenjar
supraklavikuler. Persedian darah diambil dari cabang arteria aksilaris, interkostalis, dan
mama interna, dan pelayanan persarafan dari saraf saraf kutan di dada.

2.4 Siklus Menstruasi

A. Pengertian

Menstruasi adalah perdarahan periodik dari uterus yang dimulai sekitar 14 hari
setelah ovulasi secara berkala akibat terlepasnya lapisan endometrium uterus (Bobak,
2004).

19
Suzannec (2001), mendeskripsikan siklus menstruasi adalah proses kompleks yang
mencakup reproduktif dan endokrin. Menurut Bobak (2004), siklus menstruasi
merupakan rangkaian peristiwa yang secara kompleks saling mempengaruhi dan terjadi
secara simultan.

B. Fisiologis Siklus Menstruasi

Fungsi menstruasi normal merupakan hasil interaksi antara hipotalamus, hipofisis,


dan ovarium dengan perubahan-perubahan terkait pada jaringan sasaran pada saluran
reproduksi normal, ovarium memainkan peranan penting dalam proses ini, karena
tampaknya bertanggung jawab dalam pengaturan perubahan-perubahan siklik maupun
lama siklus menstruasi (Bobak, 2004).

Ovarium menghasilkan hormon steroid, terutama estrogen dan progesteron.


Beberapa estrogen yang berbeda dihasilkan oleh folikel ovarium, yang mengandung
ovum yang sedang berkembang dan oleh sel-sel yang mengelilinginya. Estrogen
ovarium yang paling berpengaruh adalah estradiol. Estrogen bertanggung jawab
terhadap perkembangan dan pemeliharaan organorgan reproduktif wanita dan
karakteristik seksual sekunder yang berkaitan dengan wanita dewasa. Estrogen
memainkan peranan penting dalam perkembangan payudara dan dalam perubahan
siklus bulanan dalam uterus. Progesteron juga penting dalam mengatur perubahan yang
terjadi dalam uterus selama siklus menstruasi. Progesteron merupakan hormon yang
paling penting untuk menyiapkan endometrium yang merupakan membran mukosa
yang melapisi uterus untuk implantasi ovum yang telah dibuahi. Jika terjadi kehamilan
sekresi progesteron berperan penting terhadap plasenta dan untuk mempertahankan
kehamilan yang normal. Sedangkan endrogen juga dihasilkan oleh ovarium, tetapi
hanya dalam jumlah kecil. Hormon endrogen terlibat dalam perkembangan dini folikel
dan juga mempengaruhi libido wanita (Suzannec, 2001).

Menstruasi disertai ovulasi terjadi selang beberapa bulan sampai 2-3 tahun setelah
menarche yang berlangsung sekitar umur 17-18 tahun. Dengan memperhatikan
komponen yang mengatur menstruasi dapat dikemungkakan bahwa setiap
penyimpangan system akan terjadi penyimpangan pada partum umun menstruasi. Pada
umumnya menstruasi akan berlangsung setiap 28 hari selama ±7 hari. Lama
perdarahannya sekitas 3-5 hari dengan jumlah darah yang hilang sekitar 30-40 cc.

20
Puncak pendarahannya hari ke-2 atau 3 hal ini dapat dilihat dari jumlah pemakaian
pembalut sekitar 2-3 buah. Diikuti fase proliferasi sekitar 6-8 hari (Manuaba dkk,
2006).

C. Bagian-bagian Siklus Menstruasi

Menurut Bobak (2004), ada beberapa rangkaian dari siklus menstruasi, yaitu:

1. Siklus Endomentrium

Siklus endometrium menurut Bobak (2004), terdiri dari empat fase, yaitu :

a. Fase menstruasi

Pada fase ini, endometrium terlepas dari dinding uterus dengan disertai
pendarahan dan lapisan yang masih utuh hanya stratum basale. Rata-rata fase
ini berlangsung selama lima hari (rentang 3-6 hari). Pada awal fase menstruasi
kadar estrogen, progesteron, LH (Lutenizing Hormon) menurun atau pada kadar
terendahnya selama siklus dan kadar FSH (Folikel Stimulating Hormon) baru
mulai meningkat.

b. Fase proliferasi

Fase proliferasi merupakan periode pertumbuhan cepat yang


berlangsung sejak sekitar hari ke-5 sampai hari ke-14 dari siklus haid, misalnya
hari ke-10 siklus 24 hari, hari ke-15 siklus 28 hari, hari ke-18 siklus 32 hari.
Permukaan endometrium secara lengkap kembali normal sekitar empat hari atau
menjelang perdarahan berhenti. Dalam fase ini endometrium tumbuh menjadi
setebal ± 3,5 mm atau sekitar 8-10 kali lipat dari semula, yang akan berakhir
saat ovulasi. Fase proliferasi tergantung pada stimulasi estrogen yang berasal
dari folikel ovarium.

c. Fase sekresi/luteal

Fase sekresi berlangsung sejak hari ovulasi sampai sekitar tiga hari
sebelum periode menstruasi berikutnya. Pada akhir fase sekresi, endometrium
sekretorius yang matang dengan sempurna mencapai ketebalan seperti beludru

21
yang tebal dan halus. Endometrium menjadi kaya dengan darah dan sekresi
kelenjar.

d. Fase iskemi/premenstrual

Implantasi atau nidasi ovum yang dibuahi terjadi sekitar 7 sampai 10


hari setelah ovulasi. Apabila tidak terjadi pembuahan dan implantasi, korpus
luteum yang mensekresi estrogen dan progesteron menyusut. Seiring
penyusutan kadar estrogen dan progesteron yang cepat, arteri spiral menjadi
spasme, sehingga suplai darah ke endometrium fungsional terhenti dan terjadi
nekrosis. Lapisan fungsional terpisah dari lapisan basal dan perdarahan
menstruasi dimulai.

2. Siklus Ovulasi

Ovulasi merupakan peningkatan kadar estrogen yang menghambat pengeluaran


FSH, kemudian hipofise mengeluarkan LH (lutenizing hormon). Peningkatan kadar LH
merangsang pelepasan oosit sekunder dari folikel. Folikel primer primitif berisi oosit
yang tidak matur (sel primordial). Sebelum ovulasi, satu sampai 30 folikel mulai matur
didalam ovarium dibawah pengaruh FSH dan estrogen. Lonjakan LH sebelum terjadi
ovulasi mempengaruhi folikel yang terpilih. Di dalam folikel yang terpilih, oosit matur
dan terjadi ovulasi, folikel yang kosong memulai berformasi menjadi korpus luteum.
Korpus luteum mencapai puncak aktivitas fungsional 8 hari setelah ovulasi, dan
mensekresi baik hormon estrogen maupun progesteron. Apabila tidak terjadi
implantasi, korpus luteum berkurang dan kadar hormon menurun. Sehingga lapisan
fungsional endometrium tidak dapat bertahan dan akhirnya luruh.

3. Siklus Hipofisis-hipotalamus

Menjelang akhir siklus menstruasi yang normal, kadar estrogen dan progesteron
darah menurun. Kadar hormon ovarium yang rendah dalam darah ini menstimulasi
hipotalamus untuk mensekresi gonadotropin realising hormone (Gn-RH). Sebaliknya,
Gn-RH menstimulasi sekresi folikel stimulating hormone (FSH). FSH menstimulasi
perkembangan folikel de graaf ovarium dan produksi estrogennya. Kadar estrogen

22
mulai menurun dan Gn-RH hipotalamus memicu hipofisis anterior untuk mengeluarkan
lutenizing hormone (LH). LH mencapai puncak pada sekitar hari ke-13 atau ke-14 dari
siklus 28 hari. Apabila tidak terjadi fertilisasi dan implantasi ovum pada masa ini,
korpus luteum menyusut, oleh karena itu kadar estrogen dan progesteron menurun,
maka terjadi menstruasi.

Gambar Siklus Menstruasi

D. Faktor-faktor yang Berperan dalam Siklus Menstruasi

Menurut Praworohardjo (1999), ada beberapa faktor yang memegang peranan dalam
siklus menstruasi antara lain:

23
1) Faktor enzim

Dalam fase proliferasi estrogen mempengaruhi tersimpannya enzimenzim


hidrolitik dalam endometrium, serta merangsang pembentukan glikogen dan asam-
asam mukopolisakarida. Zat-zat yang terakhir ini ikut berperan dalam pembangunan
endometrium, khususnya dengan pembentukan stroma di bagian bawahnya. Pada
pertengahan fase luteal sintesis mukopolisakarida terhenti, yang berakibat
mempertinggi permeabilitas pembuluh-pembuluh darah yang sudah berkembang sejak
permulaan fase proliferasi. Dengan demikian lebih banyak zat-zat makanan mengalir
ke stroma endometrium sebagai persiapan untuk implantasi ovum apabila terjadi
kehamilan. Jika kehamilan tidak terjadi, maka dengan menurunnya kadar progesterone,
enzim-enzim hidrolitik dilepaskan, karena itu timbul gangguan dalam metabolisme
endometrium yang mengakibatkan regresi endomentrium dan perdarahan.

2) Faktor vaskuler

Mulai fase proliferasi terjadi pembentukan sistem vaskularisasi dalam lapisan


fungsional endometrium. Pada pertumbuhan endometrium ikut tumbuh pula arteri-
arteri, vena-vena. Dengan regresi endometrium timbul statis dalam vena serta saluran-
saluran yang menghubungkannya dengan arteri, dan akhirnya terjadi nekrosis dan
perdarahan dengan pembentukan hematom baik dari arteri maupun dari vena.

3) Faktor prostaglandin

Endometrium mengandung banyak prostaglandin E2 dan F2. Dengan


desintegrasi endometrium, prostaglandin terlepas dan menyebabkan berkontraksinya
miometrium sebagai suatu faktor untuk membatasi perdarahan pada haid.

2.5 Respon Seksualitas

Siklus respons seksual mengacu pada urutan perubahan fisik dan emosional. Hal ini
terjadi ketika seseorang menjadi terangsang secara seksual dan turut berpartisipasi atau
melakukan kegiatan rangsangan seksual, seperti berhubungan seksual.

24
Menurut Masters and Johnson (1996) respon seksual dapat dianalisis melalui 2 proses:
Vasokongesti dan Miotonia.

Vasokongesti adalah pergerakan atau pengumpulan darah yang menyebabkan timbul


perasaan terangsang secara seksual pada bagian ventral atau ventral seks flush pada laki-
laki maupun wanita. Vasokongesti antara lain adalah ereksi primer pada penis maupun
klitoris, ereksi sekuder pada puting susu, bahkan fenomena vagina berkeringat. Fenomena
ini terjadi akibat berkumpulnya darah pada bagian permukaan internal, sebagai akibat
tekanan dari darah mengumpul dan mendorong cairan darah melewati dinding vagina.

Miotonia adalah kontraksi otot yang seringkali bersifat tak terkendali, yang
menghasilkan gelombang kontraksi disekitar saluran reproduksi laki-laki maupun wanita
dan juga anus saat orgasme. Miotonia juga menghasilkan tremor atau getaran padang
bokong, lengan, dan kaki saat klimaks. Sedangkan kontraksi minor yang lebih superfisisal,
yang terjadi sebagai fenomena aftershock atau buntutan setelah selesainya respons seksual.

Sejak dipublikasikan sejak tahun 1966 oleh Masters & Johnson, dalam buku yang
berjudul Human Sexual Response secara berurutan pada laki-laki dan perempuan terbagi
ke dalam empat fase atau tahapan. Excitement, Plateau, Orgasm dan Resolution.

1. Fase : Fase rangsangan (excitement) melibatkan stimuli sensoris. Tubuh


memperlihatkan perubahan dan tanda terangsang dan bangkitan seksual.
Pria :
 Ereksi penis (penambahan ukuran dari yang sebelunya)
 Penebalan dan elevasi skrotum
 Pembesaran skrotum

25
 Ereksi puting susu dan pembengkakan

Wanita :
- Lubrikasi vaginal : yaitu dinding vagina berkeringat
- Ekspansi 2/3 bagian dalam rongga vagina (lorong vagina membuka)
- Peningkatan sensitivitas dalam pembesaran klitoris serta labia
- Terjadi ereksi putting dan peningkatan ukuran payudara

2. Fase: Fase plateu ( pendataran). Bangkitan seksual terus meningkat dan terpelihara
terus dalam jangka waktu yang relatif lama sebelum klimaks seksual.
Pria;
 peningkatan ukuran glans (ujung) penis
 peningkatan intensitas warna glans
 elevasi dan peningkatan 50% ukuran testis
 peningkatan tegangan otot, frekuensi denyut jantung, tekanan darah dan
pernapasan.

Wanita:
- Pembesaran klitoris
- Pembengkakan 1/3 luar vagina dan labia minora
- elevasi serviks dan uterus
- pembesaran areola dan payudara
- peningkatan tegangan otot dan pernafasan, peningkatan frekuensi jantung denyut
nadi dan tekanan darah.

3. Fase: Fase orgasme ; melibatkan ejakulasi, kontraksi otot. Pencapaian klimaks


atau puncak dari ketegangan seksual.
Pria :
 penutupan sfinter urinarius internal
 sensasi ejakulasi yang terjadi tertahankan
 kontraksi duktus prostat dan duktus ejakularius
 relaksasi sfinter kandung kemih
 memuncaknya frekuensi jantung, pernafasan dan tekanan darah

26
Wanita:
- kontraksi volunteer platformorgasmik uterus, rektal, spinter uretral dan kelompok
otot lain
- hiperventilasi dan peningkatan frekuensi jantung, pernapasan dan tekanan darah

4. Fase: Fase resolusi (mencakup pasca senggama). Relaksasi dan kembali ke keadaan
semula sebelum mengalami rangsangan seksual.
Pria:
 kehilangan ereksi penis
 periode refrakftori dilanjutkan stimulasi menjadi tidak enak
 reaksi berkeringat
 penurunan testis
 secara bertahap frekuensi jantung, tekanan darah dan pernapasan kembali normal.

Wanita:
- relaksasi bertahap pada dinding vagina
- perubahan warna yang cepat pada dinding labia minora
- Berkeringat
- secara bertahap frekuensi jantung, tekanan darah dan pernafasan kembali normal.

27
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Anatomi sistem reproduksi wanita terdiri dari dua bagian yaitu organ reproduksi
eksterna dan interna. Sistem reproduksi eksterna terdiri dari mons veneris, labia
mayora, labia minora, klitoris, vestibulum dan perineum), sedangkan sistem reproduksi
interna terdiri atas vagina, uterus, serviks, tuba fallopii dan ovarium.

Menstruasi merupakan peristiwa meluruhnya dinding rahim. Ada beberapa fase


yang terjadi yaitu fase menstruasi, fase proliferasi, fase sekresi/luteal dan fase
iskemi/premenstrual di mana fase-fase tersebut berhubungan dengan sekresi hormon
estrogen, progesteron dan LH serta FSH.

3.2 Saran

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan dapat memberikan
pengetahuan sedikit tentang reproduksi yang dialami manusia. Kami mengetahui
bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak terdapat kekurangan baik dari segi
penulisannya, bahasa dan lain sebagainnya. Untuk itu saran dari pembaca yang bersifat
membangun sangat diharapkan agar dapat terciptannya makalah yang baik yang dapat
memberi pengetahuan yang benar kepada pembaca.

28
DAFTAR PUSTAKA

Budiyono, Setiadi. 2013. Anatomi Tubuh Manusia. Jawa Barat: Laskar Aksara.

Lukaningsih, Zuyina Luk. 2011. Anatomi dan Fisiologi Manusia. Yogyakarta: Nuha Medika.

Pearce, Evelyn C. 2011. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama.

Syaifuddin. 2006. Anatomi Fisiologi untuk Mahasiswa Keperawatan. Jakarta : Buku


Kedokteran EGC.

Heffner, Linda J. dan Danny J. Schust (Ed.). 2005. At A Glance Sistem Reproduksi. Edisi 2.
Jakarta: Erlangga.

FEBRUARY 2, 2017 BY DR. OKA NEGARA http://blog.angsamerah.com/respon-seksual/

29

Anda mungkin juga menyukai