Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Asuhan Kebidanan Pasca Persalinan

Dan menyusui

Disusun Oleh:

Suci Indah Sari (200206003)

Nova Yulita SST, M.Keb

KEBIDANAN

FAKULTAS MIPA DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH RIAU

2021
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr.wb

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan semesta alam atas izin dan
karunia-Nya, saya dapat menyelesaikan tugas laporan ini dengan baik. Tidak lupa
saya haturkan shalawat kepada nabi junjungan alam yakni nabi besar Muhammad
Saw, semoga syafaat nya mengalir pada kita di hari kelak.Penulisan makalah ini
berjudul ”fisiologis laktasi” untuk memenuhi tugas ashuan ibu pasca persalinan dan
menyusui

Saya menyadari masih banyak kekurangan di dalam laporan ini, semoga bisa di
ambil manfaat dan dapat menambah wawasan bagi yang membacanya.

Pekanbaru, 25 Mei 2022

` Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Setiap manusia pada umumnya mempunyai payudara, tetapi antara laki-laki dan
perempuan berbeda dalam fungsinya. Payudara yang matang adalah salah satu tanda kelamin
sekunder dari seorang gadis dan merupakan salah satu organ yang indah dan menarik. Untuk
mempertahankan kelangsungan hidup keturunannya, maka organ ini menjadi sumber utama
dari kehidupan, karena air susu Ibu (ASI) adalah makanan bayi yang paling penting pada
bulan-bulan pertama kehidupan

Menyusui (laktasi) adalah kelengkapan fisiologis dan penyempurna dari sebuah siklus
reproduksi (Rejeki, 2019). Masa Reproduksi merupakan masa dimana perempuan
menjalankan tugas kehidupannya yaitu mulai hamil, melahirkan, masa nifas dan menyusui
dan masa antara yaitu merencanakan jumlah atau jarak anak dengan menggunakan alat
kontrasepsi (Prijatni, 2016).

Menjelang akhir kehamilan, kelenjar mamae Ibu berkembang penuh untuk menyusui,
tetapi hanya beberapa mililiter cairan di sekresi setiap hari sampai setelah bayi di lahirkan
cairan ini di namakan kolostrum.. Penting untuk diketahui oleh ibu-ibu supaya menyususi
harus dilaksanakan berdasarkan permintaan/kebutuhan bayinya dan dilaksanakan secara
teratur sepanjang hari baik pagi maupun malam hari. Hal ini yang merupakan hambatan
paling besar untuk ibu-ibu, terutama ibu-ibu yang bekerja atau bagi ibu-ibu di negara-negara
maju, yang mengalami kesulitan dalam mengikuti pola menyusui yang demikian ketat.
Tetapi, meskipun demikian, harus diketahui bahwa ibu-ibu yang sudah melaksanakan pola
laktasi yang ketat itu, tetap saja antara 3-12 % akan menjadi hamil lagi sebelum kembalinya
haid pertama setelah melahirkan.
Laktasi bukan merupakan metode kontrasepsi yang dapat diandalkan. Ironinya,
banyak wanita yang tidak menyadari hal ini, dan masih banyak ibu-ibu yang baru melahirkan
yang tidak mendapatkan informasi maupun konseling mengenai keluarga berencana.

1.2 Rumusan masalah

1. Bagaimana struktur anatomi payudara wanita?

2. Bagaimana tahap perkembangan payudara?


3. Apa yang dimaksud dengan kolostrum?

4. Bagaimana fisiologi laktasi?

5. Bagaimana perana bidan dalam pemberian ASI?

6. Apakah yang diamksud dengan ASI?


BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian payudara

Payudara adalah Organ tubuh yang terletak bagian bawah kulit dan di atas otot dada.
Fungsi dari payudara adalah memproduksi susu untuk nutrisi bayi.Dengan kata lain, payudara
terletak di dinding depan fasia superfisialis antara tulang dada sampai tulang iga ke enam,
bentuknya cembung ke depan bervariasi dan di tengahnya terdapat putting susu yang terdiri
dari kulit dan jaringan erektil (Maryunani, 2010).
Ada tiga bagian utama payudara, yaitu :

1. Korpus (badan), yaitu bagian yang membesar

2. Areola, yaitu bagian yang kehitaman di tengah

3. Papilla atau puting, yaitu bagian yang menonjol di puncak payudara.

Puting payudara dikelilingi oleh areola, suatu daerah berpigmen yang ukurannya
bervariasi, yang bertambah gelap saat hamil serta kaya akan pasokan pembuluh darah dan
serat saraf sensorik.
Disekitar puting payudara terdapat tuberkel Montgomeri, kelenjar sebasea yang
mengalami hipertrofi dan menjadi menonjol saat hamil, menghasilkan pelumas dan memberi
perlindungan. Pemakaian sabun dalam jumlah besar dapat meningkatkan risiko kerusakan
puting payudara, terutama kekeringan dan retak. Kepekaan puting payudara dan daerah di
sekitarnya sangat meningakt segera setelah persalinan. Persiapan menyebabkan influks
implus saraf aferen ke hipotalamus yang mengontrol laktasi dan perilaku ibu.
Dalam korpus mamae terdapat alveolus, yaitu unit terkecil yang memproduksi susu.
Alveolus terdiri dari beberapa sel Aciner, jaringan lemak, sel plasma, sel otot polos dan
pembuluh darah. Beberapa alveolus mengelompok membentuk lobules (kelenjar sekresi)
kemudian beberapa lobulus berkumpul menjadi 15-20 buah lobulus pada tiap payudara.
Dari alveolus, ASI disalurkan ke dalam saluran kecil (duktulus), kemudian beberapa saluran
kecil bergabung membentuk saluran yang lebih besar (duktus laktiferus).
Pada retro areolar ini, duktus yang berdilatasi itu menjadi lembut, kecuali selama masa
menyusui, ia akan mengalami distensi. Masing-masing duktus ini tak berisi, dan mempunyai
satu bukaan ke arah puting (duktus eksretorius). Tiap lobus dibagi menjadi 50-75 lobulus, yang
bermuara ke dalam suatu duktus yang mengalirkan isinya ke dalam duktus aksretorius lobus
itu. Diantara kelenjar susu dan fasia pektoralis, juga diantara kulit dan kelenjar tersebut
mungkin terdapat jaringan lemak. Diantara lobulus tersebut ada jaringan ikat yang disebut
ligamentum.

Payudara mengalami 3 macam perubahan yang dipengaruhi hormon. Perubahan pertama


ialah mulai dari masa hidup anak melalui masa pubertas, masa fertilitas, sampai ke
klimakterium dan menopause. Sejak pubertas, pengaruh estrogen dan progesteron yang
diproduksi ovarium dan juga hormon hipofise, telah menyebabkan duktus berkembang dan
timbulnya asinus. Perubahan kedua adalah perubahan sesuai dengan daur menstruasi. Sekitar
hari kedelapan menstruasi payudara jadi lebih besar dan pada beberapa hari sebelum
menstruasi berikutnya terjadi pembesaran maksimal. kadang-kadang timbul benjolan yang
nyeri dan tidak rata.

Selama beberapa hari menjelang menstruasi, payudara menjadi tegang dan nyeri sehingga
pemeriksaan fisik, terutama palpasi, tidak mungkin dilakukan. Pada waktu itu pemeriksaan
foto mammogram tidak berguna karena kontras kelenjar terlalu besar. Begitu menstruasi
mulai, semuanya berkurang. 5 Perubahan ketiga terjadi pada waktu hamil dan menyusui.
Pada kehamilan, payudara menjadi besar karena epitel ductus lobul dan ductus alveolus
berploliferasi, dan tumbuh ductus baru. Sekresi hormon prolaktin dari hipofisis anterior
memicu (trigger) laktasi. Air susu diproduksi oleh sel-sel alveolus, mengisi asinus, kemudian
dikeluarkan melalui ductus ke puting susu.

Bentuk puting ada empat, yaitu bentuk yang normal, pendek/ datar, panjang dan
terbenam (inverted). Puting payudara dikelilingi oleh areola mamae , suatu daerah berpigmen
yang ukurannya bervariasi, yang bertambah gelap saat hamil serta kaya akan pasokan
pembuluh darah dan serat saraf sensorik. Disekitar puting payudara terdapat tuberkel
Montgomeri, kelenjar sebasea yang mengalami hipertrofi dan menjadi menonjol saat hamil,
menghasilkan pelumas dan memberi perlindungan. Pemakaian sabun dalam jumlah besar
dapat meningkatkan risiko kerusakan puting payudara, terutama kekeringan dan retak.
Kepekaan puting payudara dan daerah di sekitarnya sangat meningakt segera setelah
persalinan.

2.2 fisiologi laktasi

Laktasi atau menyusui mempunyai dua pengertian, yaitu produksi ASI (prolaktin) dan
pengeluaran ASI (oksitosin). Pembentukan payudara dimulai sejak embrio berusia 18-19
minggu, dan berakhir ketika mulai menstruasi. Hormon yang berperan adalah hormon
esterogen dan progesteron yang membantu maturasi alveoli. Sedangkan hormon prolaktin
berfungsi untuk produksi ASI.
Selama kehamilan hormon prolaktin dari plasenta meningkat tetapi ASI belum keluar karena
pengaruh hormon estrogen yang masih tinggi. Kadar estrogen dan progesteron akan menurun
pada saat hari kedua atau ketiga pasca persalinan, sehingga terjadi sekresi ASI.
1. Refleks prolaktin

Hisapan bayi akan merangsang puting susu dan kalang payudara, karena ujung-ujung
saraf sensoris yang berfungsi sebagai reseptor mekanik. Rangsangan ini dilanjutkan ke
hipotalamus melalui medulla spinalis hipotalamus dan akan menekan pengeluaran faktor
penghambat sekresi prolaktin dan sebaliknya merangsang pengeluaran faktor pemacu
sekresi prolaktin
Faktor pemacu sekresi prolaktin akan merangsang hipofise anterior sehingga keluar
prolaktin. Hormon ini merangsang sel-sel alveoli yang berfungsi untuk membuat air susu.

Pada ibu nifas yang tidak menyusui, kadar prolaktin akan menjadi normal pada
minggu ke 2 – 3. Sedangkan pada ibu menyusui prolaktin akan meningkat dalam
keadaan seperti: stress atau pengaruh psikis, anastesi, operasi dan rangsangan puting
susu.

2. Refleks Aliran (Let Down Reflek)


Faktor-faktor yang meningkatkan let down adalah: melihat bayi, mendengarkan suara
bayi mencium bayi, memikirkan untuk menyusui bayi. Faktor-faktor yang menghambat
reflek let down adalah stress seperti keadaan bingung, cemas, pikiran kacau, dan takut.

Mekanisme hisapan bayi

a) Refleksi mencari (Rooting reflex)


Payudara ibu yang menempel pada pipi atau derah sekeliling mulut merupakan rangsangan
yang menimbulkan refleks mencari pada bayi. Ini menyebabkan kepala bayi berputar
menuju puting susu yang menempel tadi diikuti dengan membuka mulut dan

kemudian puting susu ditarik masuk ke dalam mulut.

c) Refleks menelan (Swallowing reflex)

Pada saat air susu keluar dari puting susu, akan disusul dengan gerakan mengisap (tekanan
negatif) yang ditimbulkan oleh otot-otot pipi, sehingga pengeluaran air susu akan bertambah
dan diteruskan dengan mekanisme menelan masuk ke lambung. Keadaan akan terjadi berbeda
bila bayi diberisusu botol di mana rahang mempunyai peranan sedikit di dalam menelan dot
botol, sebab susu dengan mudah mengalir dari lubang dot.

Dengan adanya gaya berat, yang disebabkan oleh posisi botol yang dipegang ke arah bawah
dan selanjutnya dengan adanya isapan pipi (tekanan negatif) kesemuanya ini akan membantu
aliran susu, sehingga tenaga yang diperlukan oleh bayi untuk mengisap susu menjadi minimal.

Kebanyakan bayi-bayi yang masih baru belajar menyusui pada ibunya, kemudain dicoba
dengan susu botol secara bergantian, maka bayi tersebutkan menjadi bingung puting (nipple
confusion). Sehingga sering bayi menyusu pada ibunya, caranya menyusui seperti mengisap
dot botol, keadaan ini berakibat kurang baik dalam pengeluaran air susu ibu. Oleh karena itu
kalau terpaksa bayi tidak bisa langsung disusui oleh ibunya pada awal-awal kehidupan,
sebaiknya bayi diberi minum melalui sendok, cangkir atau pipet, sehingga bayi

tidak mengalami bingung putting.

1. Memberikan bayi bersama ibunya segera sesudah lahir selama beberapa jam pertama.
Bayi mulai menyusui sendiri setelah lahir, sering disebut inisiasi menyusu dini (early
initiation) atau permulaan menyusu dini. Hal ini merupakan peristiwa penting, dimana bayi
dapat melakukan kontak kulit langsung dengan ibunya dengan tujuan dapat memberikan
kehangatan. Selain itu, dapat membangkitkan hubungan/ikatan antara ibu dan bayi.
Pemberian ASI seawal mungkin lebih baik, jika memungkinkan paling sedikit 30 menit
setelah lahir.

2. Mengajarkan cara merawat payudara yang sehat pada ibu untuk mencegah masalah umum
yang timbul.

Tujuan dari perawatan payudara untuk melancarkan sirkulasi darah dan mencegah
tersumbatnya saluran susu, sehingga pengeluaran ASI lancar. Perawatan payudara dilakukan
sedini mungkin, bahkan tidak menutup kemungkinan perawatan payudara sebelum hamil
mulai dilakukan sebelum menyentuh puting susu, pastikan tangan ibu selalu bersih dan cuci
tangan sebelum menyusui. Kebersihan payudara paling tidak dilakukan minimal 1 kali dalam
sehari, dan tidak diperkenankan mengoleskan krim, minyak, alkohol ataupun sabun pada
puting susu.

3. Membantu ibu pada waktu pertama kali memberi ASI.

Membantu ibu segera untuk menyusui bayinya setelah lahir sangatlah penting semakin
sering bayi mengisap puting susu ibu, maka pengeluaran ASI juga semakin lancar. Hal ini
disebabkan, isapan bayi akan memberikan rangsangan pada hipofisis untuk segera
mengeluarkan hormon oksitosin yang bekerja merangsang otot polos untuk memeras ASI.
Pemberian ASI tidak terlepas dengan teknik/posisi ibu dalam menyusui.

Posisi menusui dapat dilakukan dengan:

1) Posisi berbaring miring

Posisi ini baik dilakukan pada saat pertama kali atau ibu dalam keadaan lelah/nyeri.

2) Posisi duduk

Pada saat pemberian ASI dengan posisi duduk dimaksudkan untuk memberikan
topangan/sandaran pada punggung ibu dalam posisi tegak lurus (90 derajat) terhadap
pangkuannya. Posisi ini dapat dilakukan dengan bersila diatas tempat tidur/lantai/duduk di
kursi.
3) Posisi ibu tidur terlentang

Seperti halnya pada saat dilakukan inisiasi menyusu dini, maka posisi ini juga dapat
dilakukan oleh ibu. Posisi bayi berada diatas dada ibu diantara payudara ibu.

Tanda –tanda bayi bahwa telah berada pada posisi yang baik pada payudara, antara lain:

a) Seluruh tubuhnya berdekatan dan terarah pada ibu.


b) Mulut dan dagu bayi berdekatan dengan payudara.
c) Areola tidak akan tampak jelas
d) Bayi akan melakukan hisapan lamban dan dalam , dan menelan ASInya.
e) Bayi terlihat senang dan tenang.
f) Ibu tidak akan merasa nyeri pada daerah payudaranya.

4) Menempatkan bayi didekat ibu pada kamar yang sama (rawat gabung).

Rawat gabung merupakan salah satu cara perawatan dimana ibu dan bayi yang baru dilahirkan
tidak dipisahkan, melainkan ditempatkan bersama dalam ruangan selama 24 jam penuh.

2.3. Air Susu Ibu (ASI)

ASI adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktose dan garam organik yang
disekresi oleh kedua belah kelenjar payudara ibu, sebagai makanan utama bagi bayi.
Komposisi asi tidak sama berdasarkan waktu ke waktu, hal ini berdasarkan stadium laktasi.

ASI dibedakan dalam tiga stadium yaitu:


1. Kolustrum,

Kolustrum adalah air susu yang pertama kali keluar. Kolustrum ini disekresi oleh
kelenjar payudara pada hari pertama sampai hari ke empat pasca persalinan.Kolustrum
merupakan cairan dengan viskositas kental , lengket dan berwarna kekuningan. Kolustrum
mengandung tinggi protein, mineral, garam, vitamin A,nitrogen, sel darah putih dan
antibodi yang tinggi daripada ASI matur. Selain itu,kolustrum masih mengandung rendah
lemak dan laktosa.

Protein utama pada kolustrum adalah imunoglobulin (IgG, IgA dan IgM), yang digunakan
sebagai zat antibodi untuk mencegah dan menetralisir bakteri, virus, jamur dan parasite.
Meskipun kolostrum yang keluar sedikit menurut ukuran kita, tetapi volume kolostrum yang
ada dalam payudara mendekati kapasitas lambung bayi yang berusia 1-2 hari. Volume
kolostrum antara 150-300 ml/24 jam. Kolostrum juga merupakan pencahar ideal untuk
membersihkan zat yang tidak terpakai dari usus bayi yang baru lahir dan mempersiapkan
saluran pencernaan makanan bagi bayi makanan yang akan datang.

2. ASI Transisi / Peralihan

ASI peralihan adalah ASI yang keluar setelah kolostrum sampai sebelum ASI matang,
yaitu sejak hari ke-4 sampai hari ke-10. Selama dua minggu, volume air susu bertambah
banyak dan berubah warna serta komposisinya. Kadarimunoglobulin dan protein menurun,
sedangkan lemak dan laktosa meningkat.
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Setiap manusia pada umumnya mempunyai payudara, tetapi antara laki-laki dan
perempuan berbeda dalam fungsinya. Payudara yang matang adalah salah satu tanda
kelamin sekunder dari seorang gadis dan merupakan salah satu organ yang indah dan
menarik. Untuk mempertahankan kelangsungan hidup keturunannya, maka organ ini
menjadi sumber utama dari kehidupan, karena air susu Ibu (ASI) adalah makanan bayi
yang paling penting pada bulan-bulan pertama kehidupan.

Jaringan payudara terentang dari sekitar iga ke 2 sampai ke 6 (Bergantung pada kostur).
Pada awal kehamilan, ukuran payudara dan pigmentasi Aerola meningakt Tuberkel
Montgomery membesar dan puting payudara menjadi tegak. Aliran darah ke payudara
berlipat dua sehingga pembuluh darah menjadi jelas, dan kulit mungkin tampak seperti
marmer tpaslusen.

3.2 SARAN

Bagi ibu menyusui perawatan puting susu merupakan hal yang sangat penting
sehingga harus dibersihkan. Sebagai seorang wanita harus menjaga organ refroduksi
terutama payudara agar dapat terhindar dari penyakit yang menyerang payudara.
Selain itu dengan merawat payudara kitaterutama pada seorang Ibu maka zat gizi yang
di perlukan bayinya akan terpenuhi dengan baik, sehingga pertumbuhan bayi
dapat berjalan dengan lancar.
DAFTAR ISI

Ambarwati, 2008. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Mitra. Evulanda, Ayu F.


2011. Biologi Reproduksi. Jakarta : Salemba Medika.

Kristiyanasari, W. 2009. ASI, Menyusui dan Sadari. Yogyakarta : Nuha medika. Marimbi, H.
2010. Biologi Reproduksi. Yogyakarta : Nuha Medika.

Maryunani, A. 2010. Biologi Reproduksi dalam Kebidanan. Jakarta : CV Trans Info

Roesli, U. 2005. Panduan Praktis Menyusui. Jakarta: Puspaswara. Saryono. 2009.


Biokimia Reproduksi. Yogyakarta : Mitra Cedika.

Anda mungkin juga menyukai