Anda di halaman 1dari 22

Tugas : Askeb III (Nifas)

Dosen : Syamsuriyati, S.ST

OLEH : KELOMPOK 1

Sherly Arsyad : 08 3145 106 209

Siswati : 08 3145 106 210

Sri Oktaviana : 08 3145 106 211

St. Sukriani : 08 3145 106 212

Sulfiana ningsih : 08 3145 106 213

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

(STIKES)

MEGA REZKY MAKASSAR

2009

KATA PENGANTAR
Assalamu alikum wrahmatullahi wabarakatu

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT kareana dengan rahmat dan

hidayahNyalah kita masi dapat mencicipi nikmatmya pendidikan pada saat ini.

Serta tak lupa salam dan shalawat kita junjungkan kepada nabi kita Muhammad

SAW

Dalam makalah yang sangat sederhana ini, kelompok kami akan membahas

mengenai Proses Laktasi Menyusui, yang akan membahas mengenai anatomi

payudara, dukungan bidan terhadap laktasi, manfaat ASI dan upaya

memperbanyak ASI.

Mungkin dalam pembuatan makalah ini jauh dari kesemmpurnaan, mohon

maaf atas segala kekurangan. Saran dan kritik yang bersifat membangun sangat

kami perlukan yang mungkin bias dijadikan sebagai batu loncatan agar kami lebih

teliti dan baik dikemudian hari.

Makassar, 13 Oktober 2009

Kelompok 1

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………………..

DAFTAR ISI………………………………………………………………....

BAB I PENDAHULUAN:…………………………………………………...

A. Latar Belakang………………………………………………………
B. Rumusan Masalah……………………………………………………

BAB II PEMBAHASAN :…………………………………………………..

A. Anatomi dan fisiologi payudara ………………………………


B. Dukungan bidan dalam pemberian ASI……………………….
C. Manfaat pemberian ASI………………………………………
D. Komposisi gizi yang terkandung dalam ASI………………….
E. Upaya untuk memperbanyak ASI……………………………..

BAB III PENUTUP : ………………………………………………………..

A. Simpulan…………………………………………………………….
B. Saran…………………………………………………………………

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………..

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Payudara merupakan salah satu organ tubuh manusia yang sangat

berbeda dengan organ lainnya. Tidak satupun organ lainnya yang

memperlihatkan perubahan bentuk, ukuran, dan fungsi yang begitu

dramatis seperti perubahan payudara mulai dari masa puberitas,

kehamilan dan masa menyusui. Istilah latin untuk payudara yaitu

mammae berasal dari tangisan bayi “ mamma” ketika mencari

payudara ibunya. Payudara wanita berfungsi ganda, yakni sebagai

penarik perhatian bagi pria dewasa, dan juga sebagai pemberi gizi

sekaligus menghidupi bayi.


Persiapan menyusui pada masakehamilan penting dilakukan. Ibu

yang menyiapkan diri sejak dini akan lebih siap menyusui bayinya. Di

beberapa tempat pelayanan kesehatan terdapat “bimbingan persiapan

menyusui”, program ini merupakan bagian dari pelayanan ibu hamil

yang mendukung keberhasilan menyusui.


B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Anatomi dan fisiologi payudara?
2. Bagaimana dukungan bidan dalam pemberian ASI?
3. Bagaimana manfaat pemberian ASI?
4. Bagaimana komposisi gizi yang terkandung dalam ASI?
5. Bagaimana upaya untuk memperbanyak ASI?

BAB II

PEMBAHASAN

A. Anatomi dan Fisiologi Payudara


1. Anatomi payudara
Payudara adalah kelenjar payudara yang terletak dibawa kulit

diatas otot dada untuk memproduksi ASI dan nutrisi bayi.


Secara vertical payudara terletak diantara kosta II dan IV, secara

horizontal mulai dari pinggir sternum sampai linea aksilaris medialis.

Kelenjar susu berada di jaringan sub kutan, tepatnya diantara jaringan sub

kutansuperfisial dan profundus, yang menutupi muskulus pektoralis

mayor.

Ukuran normal 10-12 cm dengan beratnya pada wanita hamil

adalah 200 gram, pada wanita hamil aterm 400-600 gram dan pada masa

laktasi sekitar 600-800 gram. Bentuk dan ukuran payudara akan bervariasi

menurut aktivitas fungsionalnya. Payudara menjadi besar saat hamil dan

menyusui dan biasanya mengecil saat menopause. Pembesaran ini

terutama disebabkan oleh pertumbuhan struma jaringan penyangga dan

penimbungan jaringan lemak.


Ada 3 bagian utama payudara, korpus (badan), areola, papilla atau

putting. Areola mammae (kalang payudara) letaknya mengelilingi putting

susu dan berwarna kegelapan yang disebabkan oleh penipisan dan

penimbungan pigmen pada kulitnya. Perubahan warna ini tergantung dari

corak kulit dan adanya kehamilan. Pada wanita yang corak kulitnya

kuning langsat akan berwarna jingga kemerahan, bila kulitnya kehitaman

maka warnanya akan lebih gelap dan kemudian menetap.


Puting susu terletak setinggi interkosta IV, tetapi berhubung adanya

variasi bentuk dan ukuran payudara maka letaknya pun akan bervariasi

pula. Pada tempat ini terdapat lubang-lubang kecil yang merupakan muara
dari duktus laktiverus, ujung-ujung serat otot polos yang tersusun secara

sirkuler sehingga bila ada kontraksi maka duktus laktiferus akan memadat

dan menyebabkan putting susu ereksi, sedangkan serat-serat otot yang

longitudinal akan menarik kembali putting susu tersebut.


Ada empat macam bentuk puting yaitu bentuk yang normal/umum,

pendek/datar, panjang dan terbenam (inverted). Namun bentuk-bentuk

putting ini tidak terlalu berpengaruh pada proses laktasi, yang penting

adalah bahwa putting susu dan areola dapat ditarik sehingga membentuk

tonjolan atau “dot” ke dalam mulut bayi. Kadang dapat terjadi putting

tidak luntur terutama pada bentuk putting terbenam, sehingga butuh

penanganan khusus agar bayi bisa menyusu dengan baik.

Struktur payudara terdiri dari tiga bagian, yaitu kulit, jaringan sub

kutan (jaringan bawah kulit), dan corpus mammae. Corpus mammae

terdiri dari parenkim dan stroma. Parenkim merupakan suatu struktur yang

terdiri dari duktus laktiverus (duktus), duktulus (duktuli), lobus dan

alveolus.
Ada 15-20 duktus laktiferus. Tiap-tiap duktus bercabang menjadi

20-40 duktuli. Duktulus bercabang menjadi 10-100 alveolus dan masing-

masing dihubungkan dengan saluran air susu (system duktus) sehingga

merupakan suatu pohon. Bila diikuti pohon tersebut mulai dari akarnya

pada putting susu, akan didapatkan saluran air susu yng disebut duktus

laktiferus. Di daerah kalang payudara duktus laktiferus ini melebar

membentuk sinus laktiferus tempat penampungan air susu. Selanjutnya

duktus laktiferus terus bercabang-cabang menjadi duktus dan duktulus,

tapi duktulus yang pada perjalanan selanjutnya disusun pada sekolompok

alveoli. Di dalam alveoli terdiri dari duktulus yang terbuka, sel-sel kelenjar

yang menghasilkan air susu dan mioepitelium yang berfungsi memeras air

susu keluar dari alveoli.


2. Fisiologi laktasi
Selama kehamilan, hormone prolaktin dari plasenta meningkat, tetapi

ASI biasanya belum keluar, Karena masih dihambat oleh kadar

estrogen yang tinggi. Pada hari kedua atau ketiga pasca persalinan,

kadar estrogen dan progesterone turun drastis, sehingga pengaruh

prolaktin lebih dominan dan pada saat inilah mulai terjadi sekresi ASI.

Dengan menyusukan lebih dini terjadi perangsangan putting susu,


terbentuklah prolaktin oleh hipofisis, sehingga sekresi ASI semakin

lancer. Dua refleks pada ibu yang sangat penting dalam proses laktasi,

yaitu refleks prolaktin dan refleks aliran timbul akibat perangsangan

putting susu oleh hisapan bayi.


1) Refleks prolaktin
Sewaktu bayi menyusu, ujung saraf peraba yang terdapat pada

puting susu terangsang. Rangsangan tersebut oleh serabut afferent

dibawa ke hipotalamus di dasar otak, lalu memacu hipofise anterior

untuk mengeluarkan hormon prolaktin ke dalam darah. Melalui

sirkulasi prolaktin memacu sel kelenjar (alveoli) untuk

memproduksi air susu. Jumlah prolaktin yang disekresi dan jumlah

susu yang diproduksi berkaitan dengan stimulus isapan, yaitu

frekuensi, intensitas dan lamanya bayi mengisap.


2) Refleks aliran (let down refleks)
Rangsangan yang ditimbulkan oleh bayi saat menyusu selain

mempengaruhi hipofise anterior mengeluarkan hormone prolaktin

juga mempengaruhi hipofise posterior mengeluarkan hormone

oksitosin. Dimana setelah oksitosin dilepas ke dalam darah akan

mengacu otot-otot polos yang mengelilingi alveoli dan duktulus

berkontrksi sehingga memeras air susu dari alveoli, duktulus dan

sinus menuju putting susu.


Refleks let-down dapat dirasakan sebagai sensasi kesemutan atau

dapat juga ibu merasakan sensasi apapun. Tanda-tanda lain dari let-

down adalah tetesan pada payudara lain yang sedang dihisap oleh

bayi. Refleks ini dipengaruhi oleh kejiwaan ibu


B. Dukungan bidan dalam pemberian ASI
1. Biarkan bayi bersama ibunya segera sesudah dilahirkan selama

beberapa jam pertama.


a. Membina hubungan / ikatan disamping bagi pemberian

ASI.
b. Memberikan rasa hangat dengan membaringkan dan

menempelkan pada kulit ibunya dan menyelimutinya.


Segera susui bayi maksimal setengah jam pertama setelah

persalinan. Hal ini sangat penting apakah bayi akan mendapat

cukup ASI atau tidak. Ini didasari oleh peran hormone pembuat

ASI, antara lain hormone prolaktin dalam peredaran darah ibu akan

menurun setelah satu jam persalinan yang disebabkan oleh

lepasnya plasenta. Sebagai upaya untuk tetap mempertahankan

prolaktin , isapan bayi akan memberikan rangsangan pada hipofisis

untuk mengeluarkan hormone oksitosin. Hormone oksitosin

bekerja merangsang otot polos untuk memeras ASI yang ada pada

alveoli, lobus serta duktus yang berisi ASI yang dikeluarkan

melalui putting susu. Apabila bayi tidak menghisap putting susu


pada setengah jam setelah persalinan, hormone prolaktin akan

turun dan sulit merangsang prolaktin sehingga ASI baru akan

keluar pada hari ketiga atau lebih.


2. Ajarkan cara merawat payudara yang sehat pada ibu untuk

mencegah masalah umum yang timbul. Perawatan yang dilakukan

bertujuan untuk melancarkan sirkulasi darah dan mencegah

tersumbatnya saluran susu sehingga memperlancar pengeluaran ASI.

Pelaksanaan perawatan payudara hendaknya dimulai sedini mungkin,

yaitu 1-2 hari setelah bayi dilahirkan dan dilakukan 2 kali sehari. Agar

tujuan perawatan ini dapat tercapai, bidan melakukan perawatan

payudara. Mengupayakan tangan dan puting susu tetap bersih, jangan

mengoleskan krim, minyak, alcohol atau sabun pada putting susu.


3. Bantu ibu pada waktu pertama kali menyusui. Segera susui bayi

maksimal setengah jam pertama setelah persalinan. Hal ini sangat

peenting apakah bayi akan mendapat cukup ASI atau tidak. Ini didasari

oleh peran hormone pembuat ASI, antara lain hormone prolaktin dalam

peredaran darah ibu akan menurun setelah satu jam persalinan yang

disebabkan oleh lepasnya plasenta.


Sebagai upaya untuk tetap mempertahankan prolaktin, isapan bayi

akan memberikan rangsangan pada hipofisis untuk mengeluarkan

hormone oksitosin. Hormone oksitosin bekerja merangsang otot polos

untuk memeras ASI yang ada pada alveoli, lobus serta duktus yang

berisi ASI yang dikeluarkan melalui putting susu.


Posisi menyusui yang benar disini adalah penting:
a. Berbaring miring
Ini merupakan posisi yang amat baik untuk pemberian ASI yang

pertama kali atau bila ibu merasa lelah atau nyeri.

b. Duduk
Penting untuk member topangan atau sandaran pada punggung ibu

dalam posisinya tegak lurus (90o) terhadap pangkuannya. Ini

mungkin dapat dilakukan dengan duduk bersila ditempat tidur atau

dilantai atau duduk dikursi.


4. Bayi harus ditempatkan dekat dengan ibunya di kamar yang sama

(rawat gabung / roming in).


Tujuan rawat gabung atau roming in adalah:
a. Agar ibu dapat menyusui bayinya sedini mungkin, kapan

saja dan dimana saja dan dapat menunjukkan tanda-tanda yang

menunjukkan bayi lapar.


b. Ibu dapat melihat dan memahami cara perawatan bayi

secara benar yang dilakukan oleh bidan, serta mempunyai bekal

keterampilan merawat bayi setelah ibu pulang ke rumahnya.


c. Dapat melibatkan suami/keluarga klien secara aktif untuk

membantu ibu dalam menyusui dan merawat bayinya.


5. Memberikan ASI pada bayi sesering mungkin.
Menyusui bayi secara tidak dijadwal (on demand), karena bayi akan

meenentukan sendiri kebutuhannya. Ibu harus menyusui bayinya bila

bayi menangis bukan karena sebab lain (kencing, dll) atau ibu sudah

merasa perlu menyusui bayinya. Bayi yang sehat dapat mengosongkan

satu payudara sekitar 5-7 menit dan ASI dalam lambung bayi akan

kosong dalam waktu 2 jam.


Menyusui yang dijadwalkan akan berakibat kurang baik, karena isapan

sangat berpengaruh pada rangsangan produksi ASI selanjutnya.


Dengan menyusui tidak dijadwal sesuai kebutuhan bayi, akan

mencegah banyak masalah yang mungkin timbul.


Bagi ibu menyusui yang bekerja
a. bayi sesering mungkin selama ibu cuti bekerja, minimal 2

jam sekali.
b. Susuilah bayi sebelum berangkat kerja dan segera setelah

ibu tiba di rumah, terutama pada malam hari dan selama libur

dirumah.
c. Selama ditempat kerja, ASI harus dikeluarkan, lalu

dimasukkan kedalam tempat (wadah) yang bersih dan tertutup

kemudian disimpan pada lemari es atau termos es. ASI ini dibawa

pulang, simpang lagi di dalam lemari es dan diberikan oleh

pengasuh kepada bayi saat ibu bekerja esoknya. Suapkan ASI

tersebut dengan sendok kecil.


d. Ibu harus cukup istirahat dan banyak minum serta makan

makanan yang bergizi agar ASI lancer.

Dari hasil peenelitian Auerbach dkk (1984) terhadap 567 ibu bekerja

juga menunjukkan bahwa ibu yang memberikan ASI mempunyai

prestasi kerja yang meningkat.

Penelitian Cohen dkk, di Amerika pada tahun 1995 menunjukkan

bahwa ibu yang memberikan ASI pada bayinya lebih jarang bolos

(25%) dibandingkan ibu yang memberikan susu formula pada bayinya

(75%) karena bayi yang diberikan ASI lebih jarang sakit dibandingkan

dengan bayi yang diberikan susu formula.

6. Hanya berikan kolostrum dan ASI saja


ASI dan kolostrum adalah makanan terbaik bayi. Kolostrum

merupakan cairan kental kekuning-kuningan yang dihasilkan oleh

alveoli payudara ibu pada periode akhir atau trimester ketiga.

Kolostrum dikeluarkan pada hari pertama setelah persalinan, jumlah

kolostrum akan bertambah dan mencapai komposisi ASI biasa/matur

sekitar 3-4 hari. Dibandingkan dengan ASI matang, kolostrum

mengandung laktosa, lemak, dan vitamin larut dalam air yang lebih

rendah, tetapi memiliki kandungan protein, mineral dan vitamin larut

dalam lemak, dan beberapa mineral seperti seng dan sodium yang

lebih tinggi. Kolostrum juga merupakan pencahar untuk mengeluarkan

mekonium dari usus bayi.


Banyak keunggulan ASI yang penting disampaikan oleh bidan pada

ibu menyusui, untuk memacu agar ibu menyusui lebih bersemangat

dalam memberikan ASI pada bayinya.


7. Hindari susu botol dan “dot empeng”
Secara psikologis, bayi yang disusui oleh ibunya sejak dini sudah

terlatih bahwa untuk mendapatkan sesuatu harus adaa usaha yang

harus dilakukan, semakin kuat usaha yang dilaksanakan maka semakin

banyak yang diperoleh. Berbeda dengan bayi yang menggunakan susu

botol dan empengan, dari awal sudah membiasakan bayi menyuapi.

Kabiasaan ini akan membentuk pribadi anak menjadi malas dan

kurang berusaha, sehingga sangat merugikan bayi yang akhirnya bayi

akan mengalami bingung putting, ini terjadi bila bayi pada saat

menyusui bersikap pasif (menunggu tetesan ASI), sedangkan ASI tidak

akan keluar. Pada akhirnya bayi kecewa dan menyusu dengan berkali-
kali melepas isapan atau terputus seperti menyusui padaa botol

sedangkan mekanisme mengisap botol atau empengan berbeda dari

mekanisme menghisap putting susu pada payudara ibu.


C. Manfaat Pemberian ASI
1. Manfaat bagi bayi
a. Komposisi sesuai kebutuhan. Air susu setiap spesies

makhluk hidup yang menyusui itu berbeda-beda sesuai dengan laju

pertumbuhan dan kebiasaan menyusu anaknya. Jadi ASI memang

dirancang sedemikian rupa untuk bayi manusia.


b. Kalori dan ASI memenuhi kebutuhan bayi sampai usia 6

bulan. Dengan manajemen laktasi yang baik, produksi ASI cukup

sebagai makanan tunggal untuk pertumbuhan bayi normal sampai

usia 6 bulan.
c. ASI mengandung zat pelindung. Antibody (zat kekebalan

tubuh) yang terkandung dalam ASI akan memberikan perlindungan

bagi bayi baru lahir. Antibody dalam ASI ini belum bisa ditiru pada

susu formula.
d. Perkembangan psikomotorik lebih cepat. Berdasarkan

penelitian, bayi yang mendapat ASI bisa berjalan dua bulan lebih

cepat bila dibandingkan dengan bayi yang diberi susu formula.


e. Menunjang perkembangan kognitif. Daya ingat dan

kemampuan bahasa bayi yang mendapat ASI lebih tinggi bila

dibandingkan bayi yang diberikan susu formula.


f. Menunjang perkembangan penglihatan. Hal ini antara lain

karena ASI mengandung asam lemak omega 3.


g. Memperkuat ikatan batin ibu-anak. Rasa aman dalam diri

bayi akan tumbuh saat ia berada dalam dekapan ibunya. Ia

menikmati sentuhan kulit yang lembut dan mendengar bunyi


jantung sang ibu seperti yang telah dikenalkannya selama

kehamilan.
h. Dasar untuk perkembangan emosi yang hangat. Melalui

proses menyusui, anak akan belajar berbagi dan memberikan kasih

saying pada orang-orang yang disekitarnya.


i. Dasar untuk perkembangan kepribadian yang percaya diri.

Terjalinnya komunikasi langsung antara ibu dan bayinya selama

proses menyusui akan meningkatkan kelekatan di antara mereka.

Rasa lekat dan percaya bahwa ada seseorang yang selalu ada

apabila dibutuhkan lambat laun akan berkembang menjadi percaya

pada diri sendiri.

2. Manfaat bagi ibu


a. Mencegah perdarahan pasca persalinan dan mempercepat

kembalinya rahim ke bentuk semula. Hal ini karena hormone

progesterone yang merangsang kontraksi otot-otot di saluran ASI

sehingga ASI terperah keluar juga akan merangsang kontraksi

rahim. Jadi susuilah bayi segera setelah lahir, agar tidak terjadi

perdarahan pasca persalinan dan proses pengerutan rahim

berlangsung lebih cepat.


b. Mencegah anemia defisiensi zat besi. Bila perdarahan pasca

persalinan tidak terjadi atau berhenti lebih cepat, maka resiko


kekurangan darah yang menyebabkan anemia pada ibu akan

berkurang.
c. Mempercepat ibu kembali ke berat sebelum hamil. Dengan

menyusui, cadangan lemak dalam tubuh ibu yang memang

disiapkan sebagai sumber energy selama kehamilan untuk

digunakan sebagai energy pembentuk ASI akan menyusut.

Penurunan berat badan ibu pun akan terjadi lebih cepat.


d. Menunda kesuburan. Peemberian ASI dapat digunakan

sebagai cara mencegah kehamilan. Namun ada tiga syarat yang

harus dipenuhi, yaitu: bayi belum diberi makanan lain, bayi belum

berusia 6 bulan, dan ibu belum haid.


e. Menimbulkan perasaan dibutuhkan. Rasa bangga dan

bahagia karena dapat memberikan sesuatu dari dirinya demi

kebaikan bayinya akan memperkuat hubungan batin antara ibu dan

bayinya.
f. Mengurangi kemungkinan kanker payudara dan ovarium.

Penelitian membuktikan bahwa ibu yang memberikan ASI secara

ekslusif memiliki resiko terkena kanker payudara dan kanker

ovarium 25% lebih kecil bila dibandingkan dengan ibu yang tidak

menyusui secara eksklusif.


3. Manfaat bagi keluarga
a. Mudah pemberian. ASI selalu tersedia dalam suhu yang

sesuai, dan dapat diberikan kapan saja saat bayi merasa lapar
b. Mengurangi biaya rumah tangga. ASI tidak perlu dibeli,

sepertti halnya susu formula.uang untuk membeli susu bisa

dialihkan untuk membiayai kebutuhan rumah tangga yang lain.


c. Mengurangi biaya pengobatan. Bayi yang mendapat ASI

jarang sakit, sehingga dapat menghemat biaya untuk berobat.


4. Manfaat bagi Negara
a. Menurunkan angka kesakitan dan kematian anak
Anak yang mendapatkan ASI jarang sakit dan mempunyai tumbuh

kembang yang optimal yang akan tumbuh menjadi orang yang

bertanggung jawab dan berpotensi sebagai SDM yang berkualitas.


b. Mengurangi subsidi untuk rumah sakit
c. Mengurangi devisa untuk membeli susu formula
d. Meningkatkan kualitas generasi penerus bangsa.
D. Komposisi Gizi yang terkandung dalam ASI
ASI adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa, dan garam

organic yang disekresi olh kedua belah kelenjar payudara ibu, sebagai

makanan uttama bagi bayi. Komposisi ASI tidak sama dari waktu ke

waktu, hal ini berdasarkan stadium laktasi.


Komposisi ASI dibedakan menjadi 3 macam :
1. Kolostrum
ASI yang dihasilkan pada hari pertama sampai hari ketiga setelah bayi

lahir.
Kolostrum merupakan cairan yang agak kental berwarna kekuning-

kuningan, lebih kuning disbanding dengan ASI mature, bentuknya

agak kasar karena mengandung butiran lemak dan sel-sel epitel,

dengan kasiat kolostrum sebagai berikut:


a. Sebagai pembersih selaput usus BBL sehingga saluran

pencernaan siap untuk menerima makanan


b. Mengandung kadar protein yang tinggi terutama gama

globulin sehingga dapat memberikan perlindungan tubuh terhadap

infeksi.
c. Mengandung zat antibody sehingga mampu melindungi

tubuh bayi dari berbagai penyakit infeksi untuk jangka waktu s/d 6

bulan.
2. ASI masa transisi
ASI yang dihasilkan mulai hari keempat sampai hari kesepuluh.

3. ASI mature
ASI yang dihasilkan mulai hari kesepuluh sampai seterusnya.

Untuk lebih jelas perbedaan kadar gizi yang dihasilkan kolostrum, ASI

transisi, dan ASi mature dapat dilihat pada table berikut ini:

Table 1. komposisi kandungan ASI

kandungan kolostrum transisi mature


Energy (kg kla) 57,0 63,0 65,0
Laktosa (gr/100ml) 6,5 6,7 7,0
Lemak (gr/100 ml) 2,9 3,6 3,8
Protein (gr/100 ml) 1,195 0,965 1,324
Mineral (gr/ 100 ml) 0,3 0,3 0,2
Immunoglobulin:
Ig A (mg/100 ml) 335,9 - 119,6
Ig G (mg/100 ml) 5,9 - 2,9
Ig M (mg/100 ml) 17,1 - 2,9
Lisosim (mg/100 ml) 14,2-16,4 - 24,3-27,5
laktoferin 420-520 - 250-270

Table 2. perbedaan komposisi ASI, susu sapi dan susu formula

Komposisi/100 ml ASI matur Susu sapi Susu formula


Kalori 75 69 67
Protein 1,2 3,5 1,5
Lactalbumin (%) 80 18 60
Kasein (%) 20 82 40
Air (ml) 87,1 87,3 90
Lemak (gr) 4,5 3,5 3,8
Ash (gr) 7,1 4,9 6,9
0,21 0,72 0,34
Mineral

Na 16 50 21
K 53 144 69
Ca 33 128 46
P 14 93 32
Mg 4 13 5,3
Fe 0,05 Trace 1,3
zn 0,15 0,04 0,42
Vitamin

A (iu) 182 140 210


C (mg) 5 1 5,3
D (iu) 2,2 42 42
E (iu) 0,08 0,04 0,04
Thiamin (mg) 0,01 0,04 0,04
Riboflamin (mg) 0,04 0,03 0,06
Niacin (mg) 0,2 0,17 0,7
Ph Alkaline Acid Acid
Bacteria iontent Sterile nonsterile Sterie

E. Upaya untuk Memperbanyak ASI


Pada ibu yang normal dapat mengasilkan ASI kira-kira 550-1000 ml setiap

hari, upaya untuk memperbanyak ASI tersebut dipengarruhi oleh beberapa

factor sebagai berikut :


1. Makanan
Produksi ASI sangat dipengaruhi oleh makanan yang dimakan ibu,

apabila makanan ibu secara teratur dan cukup mengandung gizi yang

diperlukan dapat mempengaruhi produksi ASI, karena kelenjar

pembuat ASI tidak dapat bekerja dengan sempurna tanpa makanan

yang cukup. Untuk membentuk produksi ASI yang baik, makanan

harus memenuhi jumlah kalori, protein, lemak, dan vitamin serta

mineral yang cukup selain itu ibu dianjurkan minum lebih banyak

kurang lebih 8-12 gelas / hari.


Bahan makanan yang dibatasi untuk ibu menyusui :
a. Yang merangsang seperti : cabe, merica, jahe,kopi,

alcohol
b. Yang membuat kembung seperti : ubi, singkong,

kool, sawi dan daun bawang


c. Bahan makanan yang banyak mengandung gula dan

lemak.
2. Ketenangan jiwa dan fikiran
Produksi ASi sangat dipengaruhioleh factor kejiwaan, ibu yang selalu

dalam keadaan tertekan, sedih, kurang percaya diri dan berbagai

bentuk ketegangan emosional akan menurunkan volume ASI bahkan

tidak jadi produksi ASi. Untuk memproduksi ASI yang baik harus

dalam keadaan tenang.


3. Penggunaan alat kontrasepsi
Pada ibu yang menyusui bayinya penggunaan alat kontrasepsi

hendaknya diperhatikan karena pemakaian kontrasepsi yang tidak tepat

dapat mempengaruhi produksi ASI


4. Perawatan payudara
Dengan merangsang buah dada akan mempengaruhi hypopise untuk

mengeluarkan hormone progesterone dan estrogen lebih banyak lagi

dan hormone oxytocin.


5. Anantomis buah dada
Bila jumlah lobus dalam buah dada berkurang, lobules pun berkurang.

Dengan demikian, produksi ASI juga berkurang karena sel-sel acini

yang menghisap zat-zat makan dari pembuluh darah akan berkurang.


6. Fisiologi
Terbentuknya ASI dipengaruhi oleh hormone, terutama hormone

prolaktin ini merupakan hormone laktgenik yang menentukan dalam

hal pengadaan dan mempertahankan sekresi air susu.

7. Factor isapan anak


Bila ibu menyusui anak segera jarang dan berlangsung sebentar maka

hisapan anak berkurang, dengan demikian pengeluaran ASI berkurang


8. Factor obat-obatan
Diperkirakan obat-obatan yang mengandung hormone, mempengaruhi

hormone prolaktin dan oxytocin yang berfungsi dalam pembentukan

dan pengeluaran ASI.

BAB II

PENUTUP

A. Simpulan
Persiapan menyusui pada masa kehamilan penting dilakukan. Ibu yang

menyiapkan diri sejak dini akan lebih siap menyusui bayinya.


Payudara adalah kelenjar payudara yang terletak dibawa kulit diatas

otot dada untuk memproduksi ASI dan nutrisi bayi.


Dua refleks pada ibu yang sangat penting dalam proses laktasi, yaitu

refleks prolaktin dan refleks aliran timbul akibat perangsangan putting

susu oleh hisapan bayi.

B. Saran
Karena setiap bayi lahir merupakan individu tersendiri, yang

mempunyai variasi dan spesiffikasi tersendiri. Dengan demikian ibu

perlu belajar berinteraksi dengan bayi yang baru lahir ini agar dapat

berhasil dalam menyusui. Untuk itu diperlukan motivasi yang tinggi

sejak dini dan dukungan serta bimbingan yang optimal dari keluarga,

lingkungan dan tenaga kesehatan yang merawat ibu sejak hamil,

bersalin dan masa nifas. Dengan mengikuti dan mempelajari segala

pengetahuan mengenai laktasi diharapkan ibu dapat memberika ASI

secara optimal , sehingga bayi dapat tumbuh kembang normal sebagai

calon sumber daya manusia yang berkualitas tinggi.

DAFTAR PUSTAKA

Ambarawati, Eny Retna & Wulandari, Diah. 2008. Asuhan

Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Mitra Cendikia Press


A.Mappaware, Nasruddin. 2009. Diktat Kuliah Biologi

Reproduksi. Makassar.
Manjoer, Arif. 1999. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : media

aesculapius

Anda mungkin juga menyukai