Pertanyaan :
1. Identifikasi 1 (satu) artikel (jurnal) tentang Isu End of Life terkait keperawatan
kritis, berikan telaah dan tanggapan terhadap hasil artikel tersebut.
Telaah Jurnal keperawatan Kritis
1. Judul
Pengalaman Perawat dalam Merawat Pasien Fase End Of Life di Ruang ICU
2. Penulis/Peneliti
a. Sisilia Mariani Destisary
b. Sih Ageng Lumadi
c. Feriana Ira Handian
3. Nama Jurnal
Jurnal Gawat Darurat Volume 3 No 1 Juni 2021, Hal 29 - 42
4. Tujuan penelitian
Menggali pengalaman perawat dalam merawat pasien fase end of life ruang ICU
di Rumah Sakit Baptis Batu
5. Metodologi penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi
untuk mengeksplorasi pengalaman perawat dalam merawat pasien fase end of
life di ruang ICU Rumah Sakit Baptis Batu
6. Populasi dan sampel
Lima perawat pelaksana di ruang ICU Rumah Sakit Baptis Batu dilibatkan dalam
penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi yang bekerja diatas 5
tahun
7. Teknik pengambilan data
Penelitian ini menggunakan teknik wawancara in-depth interview. Penelitian ini
menggunakan jenis wawancara semiterstruktur, menggunakan panduan yang
telah disusun. Lama wawancara 45-50 menit untuk masing-masing responden
8. Hasil penelitian
Hasil penelitian ini menemukan 5 tema yaitu:
a. Perawat memfokuskan perawatan pada spiritual pasien fase end of life
Perawat juga berperan sebagai pembimbing spiritual pasien maupun
keluarga diperkuat dengan pernyataan dari responden yaitu:
“kalau dia Muslim saya suruh nuntun kalau dia Kristen mari kita sama
sama berdoa” (R1), “karena ada petugasnya sendiri kita ya cuman apa ya
dek sekedar ya sekedar mendoakan aja gitu ndak mesti ke keluarga ya”
(R2), “kita sudah menawarkan misalkan apakah saya boleh berdoa untuk
ibu” (R3), “biasanya kita panggil pemuka agama sesuai dengan agama
masing masing” (R4), “kita harus bantu doakan dan kita bareng bareng
bantu mendoakan ” (R5).
Dapat disimpulkan bahwa sebagian besar perawat melakukan bimbingan
spiritual dengan diajak berdoa bersama sesuai keyakinan yang dianut
atau memfasilitasi pasien maupun keluarga pasien yaitu memanggil
petugas khusus atau menghadirkan pemuka agama yang dibutuh pasien
dan keluarga pasien sehingga kebutuhan spiritual pasien terpenuhi.
b. Pengelolaan emosi perawat saat merawat pasien fase end of life
Perawat berusaha tidak ikut dalam kesedihan yang dikuatkan dengan
pernyataan responden yaitu:
“nah itu tadi saya bolak balik kamar mandi” (R1), “biasanya aku
memalingkan diri aku pergi kemana gitu” (R2), “pergi dulu saya dari situ
dari tempat itu saya menata hati dulu (tertawa)” (R4), “Kita harus kuat
istilahnya yo meskipun ada yang orang kan bawaan perasaan sendiri ”
(R5).
Maka dapat disimpulkan bahwa saat mendampingi dan merawat pasien,
perawat merasakan sedih, berempati dan kecewa sehingga untuk
mengatasi perasaan tersebut perawat mengalihkan ke hal lainnya supaya
dapat mengontrol perasaan tersebut.
c. Perawat melibatkan keluarga dalam merawat
Pada tema ketiga ini yang terkait dengan perawat melibatkan keluarga
dalam merawat pasien yang pertama yaitu perawat mengedukasi
keluarga tentang prosedur medis dibuktikan dengan pernyataan
responden yaitu:
“Diagnosa itu kan dokter yang menjelaskan yang bagian keperawatan ya
kita jelaskan kondisinya nanti untuk kondisi terburuknya itu biar dokter
yang menjelaskan” (R1), “ya kita jelaskan ke keluarganya tadi kondisi
bapak ini lagi menurun nanti dokternya yang akan menjelaskan kondisi
pasien meninggal atau tidak” (R2), “kita harus intens memberikan
informasi tersebut dengan bahasa dan cara yang mudah dipahami kita
jelaskan dulu bahwa secara medis dari pemeriksaan…” (R3), “ kita
jelaskan kalau kondisinya ibu atau bapak turun kita jelaskan ini kita
sedang berusaha semaksimal ” (R4), “kita kan bisa kasih tahu ke
keluarganya dari pertama mungkin kesadarannya” (R5).
Perawat berusaha menjelaskan dengan cara yang mudah dipahami oleh
keluarga tentang kondisi dan hal yang terjadi pada pasien. Sebagian
perawat berkolaborasi dengan dokter untuk memberitahu keluarga pasien
jika pasien meninggal dunia ataupun terjadi perburukan
d. Perawat memenuhi kebutuhan dasar pasien fase end of life
Pada tema keempat ini yang terkait dengan perawat memenuhi
kebutuhan dasar pasien fase end of life yang pertama yaitu perawat
memenuhi kebutuhan makan dan minum pasien untuk pasien sadar
maupun tidak sadar.
Perawat mampu memenuhi kebutuhan eliminasi pasien fase end of life
sehingga pasien dapat merasakan nyaman.
Perawat memenuhan kebutuhan tidur dan istirahat pasien dikuatkan
dengan pernyataan responden.
Perawat mampu melakukan pembersihan badan pasien dari kulit, oral
maupun perineal secara rutin tiap harinya dikuatkan dengan perkataan
responden
e. Perawat mampu memahami kondisi pasien fase end of life
Perawat mengobservasi monitor untuk mengetahui tanda-tanda pasien
berada pada fase end of life. Selain dilihat dari monitor beberapa tanda
yang dikenali perawat bahwa pasien berada pada fase end of life adalah
dilihat dari pupil, perubahan tanda tanda vital, tingkat kesadaran,
hemodinamik, denyut jantung dan saturasi diperkuat dengan pernyataan
responden yaitu:
“Dilihat dari monitor, monitor dan pupil” (R1), “kita lihat dari kalau disini ya
kita lihat monitornya” (R2), “ untuk mengidentifikasi dari hasil observasi
kita observasi secara menyeluruh ” (R3), “tensi cenderung turun, tapi ada
sih tensi yang tinggi banget ” (R4), “untuk mengidentifikasi itu tadi dari
kesadarannya kita bisa lihat terus dari hemodinamiknya” (R5).
9. Kelebihan dan Kekurangan Artikel
peneliti tidak menyebutkan kelebihan dan kekurangan dalam jurnal
10. Simpulan
Setelah melakukan penelitian dan analisa maka dapat dapat disimpulkan bahwa
perawatan yang dilakukan perawat pada pasien fase end of life sudah cukup
baik yang mana dapat memenuhi kebutuhan dasar sebagai manusia secara
holistik. Perawat dapat melihat pasien sebagai manusia yang utuh dengan
memfasilitasi dan membantu kebutuhan yang diperlukan serta mampu
mengatasi masalah pasien sesuai dengan prosedur yang berlaku. Pada
penelitian ini ditemukan interaksi keluarga dan perawat demi kepentingan
pasien untuk mencapai kenyaman dan pemenenuhan kebutuhan pasien.
11. Tanggapan/Saran
Akan lebih baik jika peneliti menuliskan kelebihan dan kekurangan dari
penelitian yang dilakukan agar bisa menjadi acuan peneliti lain untuk melakukan
penelitian lanjutan terkait masalah yang diteliti.
2. Jelaskan tentang aspek psikososial dari keperawatan kritis
Psikososial aspek dari keperawatan kritis
Aspek psikososial dari sakit kritis merupakan suatu tantangan yang unik bagi
perawat pada keperawatan kritis. Perawat harus secara seimbang dalam
memenuhi kebutuhan fisik dan emosional dirinya maupun kliennya
dalam suatu lingkungan yang dapat menimbulkan stress dan dehumanis.
Untuk mencapai keseimbangan ini perawat harus mempunyai pengetahuan
tentang bagaimana keperawatan kritis yang dialami mempengaruhi
kesehatan psikososial pasien, keluarga dan petugas kesehatan.
2. Fenomena Stress
ICU seringkali digambarkan sebagai suatu tempat yang penuh dengan stress,
tidak hanya bagi klien dan keluarganya tetapi juga bagi perawat. Pemahaman
yang baik tentang stres dan akibatnya akan membantu ketika bekerja pada
unit keperawatan kritis.
Stress didefinisikan sbg respon fisik dan emosional terhadap tuntutan yang
dialami individu yang diiterpretasikan sebagai sesuatu yang mengancam
keseimbangan (Emanuelsen & Rosenlicht, 1986). Stres merupakan
suatu fenomena komplek, dimana sekumpulan komponen saling berinteraksi
dan bekerja serentak. Ketika sesuatu hal mengubah satu komponen
subsistem, maka keseluruhan sistem dapat terpengaruh. Jika tuntutan untuk
berubah menyebabkan ketidakseimbangan (disequilibrium) pada sistem,
maka terjadilah stress.
3. Klien
Klien yang sakit dan harus masuk ke ruang ICU tidak saja bertambah
menderita akibat stress sakit fisiknya tetapi juga stress akibat psikososialnya.
Konsekuensinya, perawat yang melakukan asuhan keperawatan pada
unit keperawatan kritis didesign untuk memelihara atau mengembalikan
semua fungsi fisik vital dan fungsi-fungsi psikososial yang terganggu oleh
keadaan sakitnya.